"Melangkahlah. Masa depan yang indah sedang menunggumu."Kata-kata dari mamanya itulah yang menggiring langkah Yota menapaki anak tangga menuju teras yang segaris lurus dengan pintu utama kediaman Bram.
"Yota ... oma kangen. Kamu ke mana aja?" sambut oma di ambang pintu sambil merentangkan kedua tangan, memeluk Yota kemudian. "Oma kira kamu kapok main ke sini sejak Bram tahu rahasia kita," lanjutnya sambil melepas pelukannya.
Yota tersenyum. "Enggaklah, Oma. Saya sudah bertekad pengen bisa merajut seperti, Oma."
"Baguslah kalau begitu. Ayo masuk."
Oma Bram membimbing Yota menuju ruang tempat mereka biasa merajut. Melewati ruang keluarga di mana foto Bram dan omanya menggantung di dinding. Yota memperhatikan bingkai foto ukuran besar itu. Bram tampak tersenyum lebar sambil membungkuk memeluk oma dari belakang. Senyum yang akhir-akhir ini sedikit mengacaukan pikirannya.
Yota dan oma sudah berada di ruang merajut. Aktifitas mereka dimulai.
"Yota, sebelumnya oma minta maaf kalau kemarin Bram bukannya mengantarkanmu pulang malah membawamu jalan sampai larut malam."
Sejenak Yota menghentikan pergerakannya. "Oh ... itu. Nggak apa, Oma," balasnya sambil tersenyum canggung.
"Anak itu memang nakal."
Yota menunduk sambil meneruskan kegiatan merajutnya.
"Apa dia bersikap baik selama kalian jalan?"
Yota mengangguk.
Oma menghela napas. "Kalau gitu, oma harap kalian bisa menjalin hubungan baik. Setidaknya kalian bisa berteman dulu, kan?"
Berteman?
"Selama ini oma selalu berdoa, Bram bisa menemukan orang yang tepat. Supaya kelak kalau oma sudah tidak ada lagi di dunia ini, ada yang merawat Bram dengan baik."
Yota tersentuh. "Oma," ucapnya sambil menggenggam telapak tangan keriputnya dengan tulus. "Oma jangan ngomong kayak gitu."
Oma membalas genggaman tangan Yota dengan menyentuh telapak tangan gadis itu. "Oma sudah tua, hari itu pasti datang. Oma selalu mengkhawatirkan Bram. Walaupun dia sudah dewasa, tapi rasanya tugas oma belum selesai sebelum melihat Bram bahagia."
Ruangan lengang sedetik.
"Bisakah, kamu bantu oma menjaganya, Yota?"
Yota tertegun, menoleh penuh ke arah oma.
"Yota?"
"Eem ..., Oma, saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya dan Bram ...." Yota menggantung kalimat. Gadis itu menunduk. Yota tidak mengerti mengapa oma memintanya untuk membantu menjaga Bram. Dia merasa dia bukan siapa-siapa dan tidak memiliki kapasitas itu.
"Kamu dan Bram bisa lebih dekat lagi dari ini," balas oma menjawab keresahan yang terpahat dari wajah gadis itu.
"Eem ...." Yota menunduk memainkan jemarinya. Bagaimana cara dia menjelaskan pada oma tentang luka masa kecil yang masih terasa hingga saat ini. Itu menjadi sebab dia tidak mudah percaya dan menerima kehadiran orang baru dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erstwhile Memory (On going)
RomanceViota Larasati Jasmine (Yota) tumbuh dengan inner child-nya yang terluka. Dia menganggap bullshit ungkapan ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Dari luka masa kecilnya itu, Yota berusaha membatasi diri dari lawan jenis tak terkecuali Te...