009. Mischance

96 19 1
                                    

— ∞ —

"Lo kata siapa?"

"Ish lo mah gak percaya sama gue."

"Bukan gitu. Tapi kan gak lucu kalo gue udah rapi gini taunya lo boongan, nju."

"Nggak, gue gak boong. Percaya sama gue win. Yuri cerita sendiri sama gue, katanya hari ini."

"Ish gue malu banget, berasa penguntit."

"Ya nggak lah, lo kan cuma liatin dari jauh."

"Iya-iya. Telponnya jangan dimatiin, nju. Lo temenin gue ngobrol."

"Iya."

Winter melangkah mengendap endap masuk ke dalam kafe di tengah kota. Ia memilih meja di pojok ruangan. Dengan posisi itu, jarak pandangnya bisa melihat seisi kafe.

"Dah nemu win?"

"Tar dulu nju, gue baru duduk. Belum napas."

"Lawak lo."

Winter membenarkan duduknya sampai dirinya nyaman dengan posisinya, barulah dirinya mulai memandangi seisi ruangan.

Matanya berhenti pada meja yang cukup jauh dari posisinya, berada di sisi lain kafe ini. Maksudnya, apabila posisi dirinya berada di sebelah kanan dari pintu masuk, meja itu berada di sebelah kiri.

"Ketemu nju."

"Terus gue sekarang harus ngapain."

"Diem aja disitu win, perhatiin."

Winter cukup kebingungan dengan titah sahabatnya, tapi baiklah, ia menurut.

Beberapa menit memperhatikan, sambil menyeruput es jeruk yang dipesannya beberapa saat yang lalu, lama lama dirinya panas juga. Bahkan es yang diminumnya tak terasa cukup mendinginkan pikirannya.

"Aduh bagus ketawa ketawa mulu. Cape liatnya ah."

"Napa lo? Cembokur?"

"Ish ya lo pikir nju, kalo lo–"

Pintu kafe terbuka. Sosok lelaki jangkung memasuki pelataran kafe.

Winter menepuk jidatnya, ia mencoba menyembunyikan dirinya dengan menurunkan topi yang dipakainya.

"Ju, ju, ju. Ini urgent banget."

"Napa? Kenapa? Mereka ngapain?"

"Nggak. Bukan soal Guanlin sama Yuri, ini ada orang yang baru masuk kafe."

"Terus hubungannya apa Kim Minjeong??"

"Ish, orangnya itu Junkyu, nju."

Winter membereskan barang-barangnya. Ia memastikan Junkyu yang baru saja masuk kafe itu tak melihatnya. Dan betapa beruntungnya ia karena Junkyu duduk di meja yang cukup jauh. Ditambah posisinya yang membelakangi Winter.

Winter memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Ia berjalan dengan hati hati menuju meja kasir, membayar minuman yang dipesannya dan bersegera pergi meninggalkan kafe itu.

Namun keberuntungan tak berpihak pada Winter untuk yang kali ini. Sebab saat dirinya berjalan meninggalkan kafe, kaca kafe yang besar dan jelas membuat pandangan Junkyu menangkapnya. Dan tepat sebelum Winter benar benar hilang dari penglihatannya, Junkyu berlari keluar kafe.

"Hei!" Teriak Junkyu.

Winter menoleh. Ia melihat Junkyu yang mengikutinya.

'Sial.'

Intuisi | Winter x JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang