010. Another Mind Burden

88 22 4
                                    

- ∞ -

Winter bosan. Ia mengaduk aduk jus mangga yang dibelinya dengan sedotan. Makanannya sendiri telah habis.

Singkatnya, saat ini Winter dan ketiga sahabatnya tengah berada di kantin. Kalau tanya kenapa, tadi pagi mereka tak sempat sarapan. Jadi siang hari di jam istirahat, mereka buru buru makan. Kasihan cacing cacing di perut butuh makan.

"Oh iya, masalah lo ketemu kak Junkyu kemaren. Itu lo baru ketemu lagi kan setelah ada sekitar 5 harian dari waktu lo berhenti kencan-kencanan itu??"

Winter mengangguk mendengar pernyataan Somi.

Minju turut berujar, "Kasian banget lo ya, jarang keluar rumah, mager banget kalo diajak keluar, sekalinya keluar malah ketemu sama orang yang gak pengen lo temuin."

Winter memerosot, kepalanya bersandar pada meja kantin. "Gak tau ya, kenapa harus ketemu nya sama Junkyu."

Somi menempeleng kepala Winter pelan. "Yeuh, Junkyu Junkyu, pake kak manggilnya. Dia lebih tua dari lo."

"Dih, orang dianya sendiri yang bilang manggilnya senyamannya aja. Ya gue panggil aja gitu dong."

Minju tertawa. "Gue kalo di posisi kak Junkyu udah ngamuk sih. Pengen gue cakar muka lo, kayak gak ada adab banget."

Winter hanya menampilkan senyum tanpa dosa pada Minju.

Tiba tiba matanya melihat Karina, kakak sepupunya yang nampaknya kebingungan di tengah tengah kantin.

Tangannya pun teracung, melambai pada Karina. Mengisyaratkan nya untuk duduk bersama Winter dan kawan kawan.

Karina pun menurut. Ia menghampiri Winter. Sampai Winter mengisyaratkan kembali untuk duduk, ia pun terduduk.

"Kak, sendiri aja tumben?"

Karina mengangguk. "Iya, anak kelas gak pada mau keluar. Pada mendem di kelas. Ada anak baru, cakep anaknya. Jadi aja lebih pada milih liat pemandangan di kelas. Belum aja yang cowo nya misuh misuh."

Somi tertawa mendengarnya. "Anak barunya cowo?? Sampe bikin cowo cowo misuh gitu takut cewe-cewenya pada oleng."

Karina mengangguk dan ikut tertawa. "Iya, cowo."

"Kalian sendiri kenapa ke kantin tapi belinya nasi? Abis sarapan?"

Mata Karina menatap pada bungkus bungkus styrofoam yang sudah habis isinya.

Mereka berempat kompak mengangguk. "Iya kak, tadi pagi gak sempet sarapan. Kan abis agenda menginap di apartemen Winter. Terus Minju dandan nya lama. Gak keburu sarapan jadinya."

"Ealah, ada ada aja kalian tuh."

Winter melihat jus mangganya yang telah habis. Ia jadi berkeinginan membeli lagi. Akhirnya ia bangkit berdiri untuk kembali membeli jus mangga.

"Gue mau beli jus mangga lagi, ada yang mau nitip?"

Ketiga sahabatnya itu menggeleng. Mereka tak ingin memesan apapun. Lalu Winter mengalihkan tatapannya pada Karina.

"Kak mau nitip apa gitu gak?"

Karina pun menggeleng. Ia mengangkat jajanan yang dibawanya tadi saat datang ke meja ini.

"Ini udah beli."

"Oke. Bentar, nanti gue kesini lagi."

Winter pun pergi meninggalkan meja itu. Ia menghampiri tempat penjual jus mangga. Dirinya tak banyak bicara disana. Yang penting jus mangganya selesai dahulu, pikirnya.

Tak pakai lama, jus mangga itu selesai. Bibi penjual memberikan nya pada Winter, dan Winter juga menyerahkan uang sebagai bayarannya.

"Eh, katanya ada anak baru di kelas 3?"

"Ganteng katanya."

Winter terkekeh menguping itu. Perempuan itu ya, kalau sudah berkaitan dengan tampannya rupa lelaki, sudah deh.

"Eh itu gak sih kakaknya??"

Mendengar sosok anak baru itu berada di kantin, Winter jadi ikut penasaran. Siapa sih orangnya? Sampai kakak sepupunya saja bilang teman kelas kakaknya itu tak ingin keluar kelas karenanya.

Winter memundurkan wajahnya sedikit untuk melihat arah pandangan kedua gadis yang ia dengarkan obrolannya. Mulutnya masih menyesap jus mangga dengan sedotan.

Anak baru itu berkumpul bersama kakak kelas yang ia kenal. Itu Haechan, Jaemin, dan teman temannya.

'Cepet banget akrab? Sama gengnya kak Haechan gitu lagi.'

Namun menyayangkan, Winter tak berhasil melihat wajah anak baru itu. Tubuhnya membelakangi Winter. Winter hanya dapat melihat punggungnya dari sini.

Ah sudahlah, ia tak peduli. Ia ingin segera kembali ke meja nya dan teman temannya.

Baru beberapa langkah berjalan, sosok gadis yang diduganya adik kelas berlari ke arahnya. Gadis itu menyenggol bahunya hingga hampir saja menumpahkan jus mangga nya kalau ia tak lebih cepat.

Winter membalikkan badannya.

"Hei, jangan lari larian!"

Gadis itu jadi turut panik. Ia menunduk berkali kali, merasa bersalah. "Maaf kak, ini salah aku."

Winter menghela napas pelan. Ia menepuk nepuk bahu gadis itu. "Lain kali hati hati, jangan lari larian di tempat kayak gini, oke?"

Gadis itu tertunduk. "Iya kak."

Winter mengangguk. Dan saat itu juga, matanya tak sengaja menatap meja yang sebelumnya coba ia lihat. Awalnya masih tak terlihat karena tubuhnya terhalang Haechan, tapi makin melihat, Winter tahu.

Ini awal bencana baginya. Winter jelas mengenali siapa anak baru yang dimaksud. Sosok yang mengejarnya hari kemarin. Sosok yang sangat tak ingin ia temui saat ini.

Kim Junkyu. Ia duduk disana menatap balik Winter yang terkejut. Ia menarik senyum menyebalkan. Seolah olah memberi sapaan pada Winter atas kedatangannya di sekolah ini.

Winter buru buru berbalik dan menghampiri meja dimana teman temannya dan Karina berada. Ia butuh memastikan bahwa apa yang dilihatnya itu salah. Junkyu tak mungkin berada di sini.

"Kak, bilang sama gue kalo anak barunya bukan dia."

Karina yang melihat Winter tiba tiba datang dan berucap kepadanya itu bingung. "Dia siapa emang?"

"Arah jam 3 dari kakak. Di meja kak Haechan sama temen temennya."

Karina menoleh untuk melihat siapa yang dimaksud Winter. Matanya menyipit melihat orang orang yang duduk di meja itu.

"Ah, iya bener itu mah win. Si Junkyu. Kok kamu kenal?"

Winter meneguk ludah tak percaya. Ketiga sahabatnya turut kaget mendengar nama yang disebutkan Karina. Mereka sontak menatap Winter.

"Kak, ini maaf banget tapi kayaknya kita harus balik sekarang kak. Nanti kalo mau ngobrol ngobrol lagi, gue main ke rumah lo aja ya."

Karina lagi lagi bingung. Ia hanya mengiyakan Winter yang menarik ketiga sahabatnya untuk segera pergi meninggalkan kantin. Termasuk meninggalkan dirinya. Tapi dirinya tak keberatan, toh ia pun sudah selesai.

Sepanjang berjalan di koridor, sahabatnya ikut ramai berucap karena terkejut dengan kehadiran Junkyu di sekolah ini.

"Jangan bilang dia pindah gara gara mau nyamperin lo win??!"

Winter menggeleng. "Gak gak!! Jangan gila."

"Tapi iya loh masuk akal."

"Oh iya kenapa dia bisa langsung akrab sama temen temennya kak Jaemin deh? Mereka kan disebutnya circle yang susah ditembus."

Winter tak menjawab. Somi mengisyaratkan dua lainnya untuk tidak lanjut berkata apapun. Ia paham Winter sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini.

"Sstt, jangan digangguin dulu anaknya. Lagi mode maung."

- ∞ -

Intuisi | Winter x JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang