011. Reason

91 23 2
                                    

— ∞ —

"Sep, giliran lo sep."

Asahi melirik Somi dengan sinis. Ia pun melanjutkan menyiapkan diri untuk menepuk stick miliknya.

Kelas Winter mendapat jamkos. Kebetulan guru guru pengajar kelas 2 tengah mengadakan rapat di kantor. Entah membahas apa.

Beberapa dari anak kelas berkumpul di tengah, bermain adu stick. Sedangkan yang lain sibuk dengan urusan masing masing.

"Le, giliran lo le." Ucap Winter buru-buru, sehabis Chenle adalah gilirannya.

"Bentar win, gue memilih stick andalan dulu. Menghitung sudut yang tepat."

Winter memukul lengan Chenle. "Banyak gaya ah, cepetan!"

Chenle menepuk stick nya dengan baik. Kini bergerak mendekati stick Winter. Winter menatapnya sinis. Chenle balas tersenyum sombong. Ia tak yakin bisa menang darinya.

"Awas ya lo gue kalahin, liat aja." Ancam Winter.

Chenle mengangkat bahunya acuh. Ia bersidekap tangan hendak melihat performa Winter.

Winter menatap serius stick nya, dengan hati hati ia menepuk sticknya.

Berhasil.

Stick Winter menindih stick Chenle. Chenle terkejut, matanya memelotot melihat sticknya. Ia kalah telak.

Pemain selain mereka berdua tertawa. Mengingat seringai sombongnya Chenle sebelum Winter menepuk sticknya.

Winter turut tertawa puas.

Hingga matanya tak sengaja menatap sosok yang melintas melewati kelas mereka.

"Eh bentar, gue keluar dulu."

Winter pun berjalan keluar kelas. Ia memanggil lelaki yang belum jauh darinya. Tepat sebelum ia memasuki kelasnya yang berada di samping kelas Winter.

"Guanlin."

Lelaki jangkung itu menoleh. Tubuhnya berbalik melihat Winter. Winter berjalan mendekatinya.

"Kenapa win?"

Winter memikirkan alasan apa yang harus ia beri. "Ah ini, lo waktu itu bilang buat nagih lo lagi kan. Nah gue mau nagih matriks revisian itu. Udah selesai kan?"

"Ah, iya udah, ada di kelas. Bentar gue ambil."

Guanlin melangkah masuk kedalam kelasnya. Winter menunggu nya di depan.

Tak lama, lelaki itu keluar kembali menghampiri Winter sembari memberikan selebaran kertas yang penuh dengan kotak kotak.

"Ini yang versi kertasnya, yang versi pdf nya gue kirim di WA ya nanti."

Winter mengangguk mengiyakan. Ia memerhatikan kertas yang diberikan Guanlin.

"Udah bener kan?"

Winter terkejut. "Eh? Ah, iya. Udah kok."

Winter mengutuki dirinya sendiri. Kenapa jadi mudah sekali terkejut kalau sama Guanlin?

"Oh iya, gue juga pernah ada janji buat ngajak lo nonton kan sebagai permintaan maaf gue? Lo besok kosong ga?" Tanya Guanlin membuat Winter terkejut.

'Bentar lin bentar, gue napas dulu. Lo kalo ngomong begini kasih aba aba napa?!' Batinnya.

"A-ah, kosong sih. Gue gak ngapa ngapain juga."

Guanlin tersenyum manis. "Kalo gitu besok siap siap ya. Gue jemput."

"Bentar, yang ikut nonton siapa aja?"

Intuisi | Winter x JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang