Selamat membaca guys :)
.
.
.
Tandai jika ada typo ya ><
.
.
.
Koreksi dan saran juga boleh 😃👍
..
."Gimana adik kamu? Aman?"
"Iya, baik-baik aja. Sekarang lagi tidur, aku tadi ajak main ke luar" ia membuka pintu kamar adik. Mendapati ada jendela yang sedikit terbuka.
"Oh gitu, good lah kalian udah akrab"
****
"Tapi pa... waktu bertemu Arsha, ada kejadian atau sesuatu?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Waktu nonton pertunjukan drama, dia ketakutan, badannya juga gemetar. Ini cuma dugaan, Arsha mungkin trauma pada sesuatu yang aku ngga tau apa"
Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara diseberang sana.
"Papa akan cari tahu itu apa" kali ini nada bicaranya cukup serius.
"Ya, makasih pa"
"........"
"Ehem, iya. Udah tidur sana, jangan begadang mulu"
Mendengar itu, Zeyran tersenyum geli, papanya mengubah topik karena salah tingkah.
"Situ nggak ngaca, apalagi kegiatan papa selain ngurus kertas-kertas itu, dikatain udah, malah kebablasan sampai pagi"
"Ya.. ya itu-"
"Siap ini, papa istirahat, ngga ada alasan lain. Kalau masih ngeyel, aku kasih tau mama, biar tidur di luar, sekalian di usir dari rumah, trus jadi gelandangan"
"Ya jangan..."
Zeyran menghela nafas, "Ya udah, jaga kesehatan di sana, jangan sering minum kopi, udah tua juga, ngerti pa?"
"Ish.. iya ngerti, masih muda aku mah" jawabnya pelan di akhir kalimat.
"Aku tutup, ingat pesan tadi pa" peringat Zeyran dengan sedikit ancaman.
"Iyaa.... galak banget si"
Tutt.
Pemuda bermata hitam itu menatap langit malam dari kaca jendela, memikirkan siapa yang kini tengah menjadi ayah dan anak, papanya memang keras kepala, jika tidak di ingatkan, ia tak akan berhenti.
"Eugg.. hiks"
Ia menoleh mendengar suara sang adik, mendapatinya tengah bergerak gelisah dengan mata masih terpejam, lantas mendekat, duduk perlahan di samping Arsha.
"Abang..."
"Hiks... jangan pergi hiks"
"Hiks hiks"
Gumaman itu terdengar seiring dengan isak tangisnya. Zeyran meletakkan ponselnya di nakas, lalu berbaring di samping sang adik, membawa ke dalam dekapannya.
"Shutt... Iya, abang di sini" bisiknya pelan sambil mengusap lembut surai Arsha. Sang adik yang setengah sadar, menyamankan posisinya di pelukan sang abang, ia sudah lebih tenang.
Tak lama, Arsha pun tertidur akibat usapan Zeyran. Sang abang yang melihatnya tersenyum kecil, lantas menutup matanya, menyusul sang adik yang terlelap.
Mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari kegiatan yang melelahkan, tapi sayangnya menyenangkan itu.
》》》《《《
Zeyran mengernyit dengan mata tertutup ketika tangan mungil sedikit gembul itu bermain-main di permukaan wajahnya. Oh, sekarang ia merasakan ada yang masuk ke dalam lubang hidungnya.
Karena ia masih mengantuk, biarkan saja. Tapi, tangan kecil itu beralih menarik ke dua sisi pipinya, membuat wajahnya kian melebar. Pemuda itu membuka matanya sedikit, terlihat lah sang adik yang tengah cekikikan menguyel-uyel pipinya.
Berniat mengerjai, ia pun dengan segera memeluk erat tapi tidak menyakitinya, memberikan kecupan ringan di seluruh wajah Arsha.
"Adik siapa si ini? Hm? Lucu banget, gemes banget" Zeyran berucap. Si kecil yang menerima kecupan dari sang abang, terkikik geli.
"Ahaha udah bang, geli hihihi"
"Hm? Apa? Abang ngga denger"
Zeyran terus mengecupi wajah adiknya, setelah itu beralih menggelitikinya. Meledak lah tawa Arsha di ruangan itu. Sang abang bersyukur dalam hati, karena suasana hati adiknya yang membaik. Tiba-tiba....
Broooooottt.....
Broott.....
Broooottt....
Suara itu sontak membuat Zeyran menghentikan aksinya, dan beralih menatap sang adik yang kini memerah malu.
Brot...
Eh masih ada yang tersisa ternyata.
Pemuda itu merusaha matian-matian agar tidak tertawa mendengar suara gas yang dikeluarkan Arsha. "Nggak papa dek, berarti racun dalam tubuh adek hilang"
"Abang..." cicitnya melihat pada Zeyran dengan mata berair, siap menumpahkan air mata. Membuat yang dipanggil terkejut lantas mendudukkan diri.
"Adek kenapa?"
"Emm..."
"It-itu... e'eknya keluar abang" ia menunduk sambil meremas bagian bawah bajunya.
Benar saja, setelah itu bau yang sangat wangi pun menguar di kamar tersebut.
》》《《
Kini Zeyran tengah memilih mie apa yang akan di beli dengan Arsha yang duduk di atas troli belanja, memandang penuh binar di sekitarnya.
Setelah kejadian tadi pagi, Zeyran bergegas membawa sang adik ke kamar mandi. Selama itu pula, Arsha hanya diam, sesekali sungai tampak muncul di sudut mata.
Zeyran tahu, adiknya tengah merajuk. Ia pun membujuk Arsha dengan berbagai cara, sampai dimana sang abang menawarkan si kecil untuk berbelanja di minimarket.
Begitulah. Yah, setidaknya Arsha tidak diam-diam saja, ia pun juga ingin membeli stok untuk persiapan keberangkatan mereka berdua besok.
Setelah memasukan satu pack mie ke dalam troli, Zeyran mengalihkan pandangannya pada sang adik yang masih berdiri memandang rak jelly.
"Adek mau?"
Sang adik tersentak, lantas menoleh, bertanya dengan mata berbinar lucu.
"Boleh?"
Zeyran yang melihat itu terkekeh gemas, lantas mengecup singkat pipi bakpau si adik, lantas mengusap lembut rambut yang terasa halus di telapak tangan.
"Boleh dong, kalau ada yang mau adek beli, ambil aja, ngga papa, lebih dari satu juga boleh"
Mwhehehehe, sekarang abang mu ini sultan dek, mini market ini pun bisa di beli batinnya tersenyum geli.
__________
🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become a Brother
General Fiction[ Libur bentar yaw ] ִ ࣪𖤐 𝔹𝕝𝕦𝕣𝕓 Pemuda yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun, tengah disibukkan dengan tugas proyek besar-besaran yang di berikan oleh sang dosen. Ketika membuka mata, ia malah disambut dengan mobil yang lalu lalang di b...