Selamat membaca guys ( ^▽^)
.
.
.
Tandai jika ada typo ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
.Zeyran tengah sibuk memperhatikan seorang anak kecil yang masih terlelap di brankar ruang inap.
Sang papa bersama Joo. Tengah berbincang pada sofa tamu yang tersedia beberapa meter di depan brankar pasien.
Jangan tanya apa yang mereka bicarakan, sebab Zeyran pun tidak tahu.
Setelah melirik sekilas dua orang itu, matanya kembali menatap anak kecil itu. Setelah Zeyran perhatikan, ia sepertinya seumuran dengan Arsha dan luka gores di pipinya membuat pemuda itu teringat ucapan Feron.
"....Korbannya ditemukan tewas dengan luka sayat delapan puluh persen di wajah dan bola mata yang menghilang...."
Segera Zeyran menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran buruk yang bermunculan.
"Tolong ya Joo, jaga dia untuk sementara waktu. Untuk tugas di organisasi, akan di serahkan pada Haydar. Jangan khawatir." Feron mengatakannya itu sembari melihat ke arah brankar, lalu beralih pada Joo dan tersenyum tipis. Tangannya bergerak menepuk bahunya.
"Yok, pulang Zey." Ajaknya pada Zeyran yang tengah memberikan sesuatu pada anak laki-laki yang sudah bangun itu.
Sebelum menyusul sang papa, Zeyran menyempatkan untuk mengacak rambutnya, juga memberikan salam ala-ala pada Joo.
Joo lantas mengayunkan tungkainya pada Arvan yang masih menunduk menatap tangannya yang menggenggam dua buah permen susu.
"Laper ngga?"
Pertanyaan itu di jawab gelengan oleh Arvan.
Krukk
Krukkk
Suara dari perutnya memecah keheningan di ruangan itu, Joo tersenyum, lantas mengacak acak rambut bocah laki-laki itu.
Tangannya kemudian menekan tombol samping brankar guna meminta suster untuk membawa makanan.
Sedangkan Arvan sudah tertunduk malu dengan warna merah yang mendominasi wajahnya.
_______■□■_______
"Ngasih apa tadi?"
Pertanyaan dari Feron membuat Zeyran yang tadinya asik memperhatikan luar jendela menoleh, tak lama mendengus.
"Kepo." Ucapnya sembari menaikkan sebelah kakinya, lalu kembali memperhatikan luar jendela.
Feron memutar bola matanya, lantas mencolek pinggang anaknya dengan jari telunjuk. Dimana membuat Zeyran sedikit terlonjak karena kaget ples geli.
"Apaan si? Ngajak berantem?" Zeyran menatap jengkel sang papa, tanda jika berhenti menganggu dirinya.
Reaksi Zeyran yang seperti itu membuat Feron tersenyum misterius. Perlahan ia mencondongkan tubuhnya pada Zeyran membuat pemuda itu ketar-ketir sendiri.
Saya lanang lho mas!
Apa jangan-jangan papanya kerasukan?
Aing maung! Rrrraww
"Pa, pa. Nyebuttt pa. Astagfirullah. Ingat mama pa, ingat mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become a Brother
Fiksi Umum[ Libur bentar yaw ] ִ ࣪𖤐 𝔹𝕝𝕦𝕣𝕓 Pemuda yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun, tengah disibukkan dengan tugas proyek besar-besaran yang di berikan oleh sang dosen. Ketika membuka mata, ia malah disambut dengan mobil yang lalu lalang di b...