Selamat membaca guys ( ^▽^)
.
.
.
Tandai jika ada typo dan kesalahan kebahasaan ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
.Beberapa hari telah berlalu sejak kedatangan Arvan.
Kini Zeyran dan Arvan tengah berada di dapur, lebih tepatnya si sulung yang sedang membuatkan susu untuk si bungsu yang kini sedang berada di kamar. Sementara Arvan berdiri di samping Zeyran dengan menjijitkan kaki demi melihat 'proses pembuatan susu ala Zeyran.'
Tumben sekali adik bungsunya, biasanya akan selalu rewel ingin ikut kemana saja Zeyran pergi, walaupun jaraknya terbilang dekat.
Atensinya teralih pada si tengah yang sibuk menjaga agar kakinya tetap menjijit, sehingga tubuhnya terkadang akan oleng ke kanan maupun kiri. Kekehan geli keluar dari bibir tipis itu, sedetik kemudian, Arvan sudah berada di gendongannya.
"Avan mau susu juga, hm?" Sembari mengecup singkat pipinya.
Manik si empu yang semula tertuju pada air yang sudah mendidih, mendongak melihat wajah Zeyran yang kini juga menatapnya.
Tak lama alisnya menukik dengan bibir sedikit mengerut, khas wajah yang sedang marah.
"Nggak mau! Aku dah besar."
Jawaban dengan nada ketus itu terucap, tak lupa membuang mukanya kesamping.
Bukannya terkejut, Zeyran malah tertawa lepas sehingga badannya bergetar.
"Abang kenapa ketawa?!"
Menurut si sulung, Arvan yang seperti ini terlihat lebih menggemaskan dengan wajah marah khasnya, apalagi apa-apaan dengan nada suaranya tadi?
"Cute." Zeyran mengecup pipi itu berkali-kali, membuat Arvan segera menjauhkan wajahnya.
"Akuu ngga lucu abang." Arvan merengek sambil memukul dada Zeyran. Ia kesal saat seseorang menyebut dirinya lucu.
Dia tidak lucu, tapi ganteng!
Sementara si sulung, semakin menjadi-jadi untuk mengusili si anak tengah.
Arsha tengah asik mencoret buku gambar dengan pensil warna di tangan kanannya, di sekelilingnya juga berserakan pensil warna lain yang sebelumnya sudah ia gunakan.
Ia pun mematut sejenak hasil gambarnya, setelah itu kembali menggores si alat warna pada bagian yang dirasanya kurang.
Beberapa menit kemudian, ia meletakkan asal pensil itu dan mengangkat kertas gambar yang berisi 2 orang dengan proporsi badan berbeda tengah bergandengan tangan.
Di bawah gambar dua orang tersebut tertulis 'Asa & Abang.'
Senyum lebar pun terbit di bibir mungilnya, segera ia beranjak keluar dari kamar untuk menunjukkan hasil karya pada abangnya.
Tapi belum sempat ia sampai di tangga terakhir, langkah nya pun berhenti ketika netra bulat itu menangkap abangnya dan anak laki-laki yang Arsha ketahui sudah tinggal disini beberapa hari lalu, tengah sibuk saling menjahili dan bercanda.
Terlihat abangnya tampak menganggunya, kemudian terdiam melihat anak itu tertawa dan menyembunyikan wajahnya pada pundak sang abang, ditatapnya kertas yang berada di tangannya, kemudian tanpa sadar menggenggamnya kuat, menjadikan kertas tersebut kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become a Brother
General Fiction[ Libur bentar yaw ] ִ ࣪𖤐 𝔹𝕝𝕦𝕣𝕓 Pemuda yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun, tengah disibukkan dengan tugas proyek besar-besaran yang di berikan oleh sang dosen. Ketika membuka mata, ia malah disambut dengan mobil yang lalu lalang di b...