Selamat membaca guys :)
.
.
.
Tandai jika ada typo ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
.Mentaripun muncul di garis cakrawala, burung berkicauan bagai nyanyian pagi hari dan ayam mulai berkokok ria.
Zeyran merapikan kerah seragam putihnya setelah dasi abu-abu dengan lambang tut wuri handayani di ujung terpasang rapi disana.
Setelah menyemprotkan parfum di bagian tertentu tubuhnya, ia lantas meraih kunci motor dan tas yang ada di meja belajar. Lalu tidak lupa mengecup singkat kening Arsha yang masih menyelam di alam mimpi.
Di bawah, Sania tengah menyiapkan sarapan dengan Feron yang santai menikmati kopi hitam buatan sang istri.
Zeyran ikut bergabung di meja makan, setelah menyapa kedua orang yang ia sayangi itu.
Setelah nasi yang ada di piringnya tandas, pemuda itu pun berpamitan dan melajukan kuda besi hitamnya menuju sekolah.
Karena ini adalah hari perdana sekolah setelah libur semester, sekolah tentu mengadakan upacara bendera. Dimana yang terlambat di pisahkan barisannya, begitu pun yang tidak memakai topi dan dasi.
Siswa ber jas putih mulai tersebar di setiap penjuru barisan, jaga-jaga kalau ada murid yang sakit dan pingsan.
Upacara berjalan dengan hikmad, tapi ada saja siswa yang mencari kesempatan untuk tidak mengikuti upacara dengan izin ke toilet atau beralasan sakit.
Hayo siapa yang kayak gitu juga? :)
Setelah beberapa pengumuman dari guru, siswa pun bubar dan masuk ke kelas masing-masing untuk memulai pembelajaran.
Tapi, beda dengan Zeyran yang malah nyangkut di kantin, bersama dengan Fauqi dan Rian.
Zeyran yang sedang memakan roti lapisnya, dibuat sedikit terganggu karena Fauqi yang terus menerus menghela nafas.
"Kenapa lu?"
Fauqi diam tak menjawab, kemudian meletakkan sendok pada piring yang masih tersisa setengah nasi goreng.
Rian yang melihat itu, mendengus.
Brak!!!
"ALLAHUAKBAR!!"
Zeyran yang terkejut, refleks memeluk Rian yang berada di samping nya dengan mulut menggembung penuh dengan roti.
"Hiks! Gue tuh lagi galau, lo berdua tau nggak? Nggak nyangka sekarang gue udah kelas 12 dan bentar lagi gue udah ngga jadi beban sekolah lagi." Ucap Fauqi dengan nada dramatis.
"Walah, kenapa toh? Pagi gini udah sedih aja." Perkataan itu membuat Fauqi menoleh pada perempuan berpenampilan sederhana dengan rambut yang di ikat rendah.
Ia adalah anak dari ibu kantin, setiap pagi selalu membantu mengantarkan makanan yang akan di jual, umurnya 2 tahun lebih tua dari mereka dan memilih membantu orang tuanya berjualan saat lulus SMA.Tak hanya itu, parasnya yang cantik juga membuat ia kerap di goda oleh siswa di sekolah mereka, bahkan ada yang mengajak pacaran.
"Eh, mbak Mawar. Kiw, makin cantik aja." Ucapan Fauqi membuat Zeyran tak habis pikir. Cepat sekali mood pemuda itu berubah.
Rian memutuskan untuk menghabiskan nasi uduknya, daripada mendengar gombalan receh dari Fauqi.
Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok di seberang sana yang membuat matanya melotot, lalu menabok lengan Zeyran. Yang di respon angkatan alis.
Rian memberi kode lewat mata, Zeyran dengan raut linglung mengikuti arahan Rian, setelah itu, ikut melototkan mata.
Tanpa babibu, mereka berduapun langsung angkat kaki dari sana, meninggalkan Fauqi seorang diri, sebelum Zeyran kembali lagi untuk mengambil roti lapisnya yang tersisa satu.
"Kamu bisa aja." Mbak Mawar tersenyum malu. Lalu berlalu begitu saja.
Fauqi pun mengibas rambutnya kebelakang, menebar pesona sekaligus bangga karena gombalan nya berhasil.
Fauqi menatap ke depan dimana tempat duduk yang di tempati Zeyran dan Rian sudah kosong, mengernyitkan dahi. Menanyakan keberadaan mereka, tapi tak lama mengangkat bahu tidak peduli.
Namun, ia merasa ada yang menepuk pundak nya dari belakang, membuat Fauqi berpikir bahwa itu adalah Mbak Mawar. Berdeham singkat, sebelum bertanya.
"Ada apa sih, Mbak? Pakai nepuk segala? Masih mau di gombalin?"
Fauqi mengatakan itu sambil mengambil sendoknya, masih belum berbalik. Tangan itu masih tetap bertengger, tapi kemudian sekali lagi menepuknya. Membuat Fauqi yang ingin memasukkan nasi goreng ke mulut terhenti. Lantas menoleh ke samping, menatap sekilas tangan besar dan banyak urat di pundak nya.
"Aiss, Mbak pakai malu-malu segala, ya udah kalau gitu." Ucapnya sebelum memasukkan nasi goreng ke mulut.
"Mbak Mawar bagai bunga yang menarik perhatian ku, tak seperti Pak Daris yang hitam besar bagai...."
Perkataan Fauqi tertelan begitu saja saat ia berbalik sambil merentangkan tangan, seolah memperlihatkan apa yang ia katakan tadi.
"....Gorila"
Satu kata itu refleks ia katakan saat melihat orang yang di depannya bukan Mbak Mawar melainkan Pak Daris. Orang yang ia sebutkan tadi.
Fauqi langsung terkejut dan menutup mulut dengan tangannya. Sekarang ia tahu, kenapa kedua curut itu tidak ada. Karena mereka sudah tahu Pak Daris akan kesini.
Sialan! Mampus lu Qi!
Batinnya berteriak sambil melihat gurunya itu tengah menatapnya dengan tajam dengan hidung nya yang kembang kempis, mirip sekali dengan perumpamaan yang di sebut tadi.
_____________________
🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become a Brother
Tiểu Thuyết Chung[ Libur bentar yaw ] ִ ࣪𖤐 𝔹𝕝𝕦𝕣𝕓 Pemuda yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun, tengah disibukkan dengan tugas proyek besar-besaran yang di berikan oleh sang dosen. Ketika membuka mata, ia malah disambut dengan mobil yang lalu lalang di b...