🌻 Bagian 25

396 38 1
                                    

Selamat membaca guys ( ^▽^)
.
.
.
Tandai jika ada typo dan kesalahan kebahasaan ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
.

Setelah merasakan suhu susu pada botol sudah pas, ia berbalik dan berjalan menuju sofa ruang keluarga, setelah bokongnya mendarat, ia mengintip si kecil yang masih betah pada posisinya.

"Minum dulu susunya, dek."

Arsha mengangkat wajahnya dan langsung meraih botol yang Zeyran sodorkan. Ia segera menyamakan posisi, kepalanya bersandar nyaman di dada bidang Zeyran, mulutnya aktif menyedot cairan manis yang berada dalam botol.

Mamanya menyarankan untuk memakai botol dengan niple silikon, sebab khawatir jika si bungsu minum dengan gelas, akan jatuh dan pecah. Ia kira, si kecil akan menolak, tapi Arsha terus memakainya sampai sekarang, lagipula keluarganya tidak mempermasalahkan itu.

Tangan yang di hiasi dengan urat itu sontak mengelus lembut surai Arsha sambil menatap lamat wajah si kecil.

Perlahan mata jernih itu mulai redup dengan pipi tembem yang bergoyang seirama dengan isapan pada niple silikon, senyum tipis pun terbit dibibir, ia yakin sebentar lagi adiknya akan terlelap.

Matanya melirik jam yang menunjukkan pukul dua lewat, ia menghela nafas, perlahan disandarkan badannya pada sofa dan meluruskan kaki. Entah kenapa rasa letih dan pegal hinggap di tubuhnya, akibatnya timbul rasa kantuk.

Saat matanya terkatup, suara dengan nada khas bangun tidur, membuat Zeyran mengerjap pelan dan menoleh.

"Abangg..."

"Lho? Avan udah bangun? Kenapa, hm?"

Perkataan Zeyran tidak langsung dijawab oleh Arvan, kakinya pun melangkah mendekat, lantas langsung bersandar pada tubuhnya.

Merebahkan diri pada paha dan mendusel pada perut si abang. Tanpa mempedulikan Arsha yang sudah terlelap, sedikit terganggu karenanya.

Zeyran kebingungan melihat tingkah si tengah, tapi tak ayal memperbaiki posisi agar kedua adiknya tidak terganggu dan merasa nyaman.

Arsha yang bersandar secara vertikal di sebelah kanan dan Arvan yang berbaring di sisi satunya dengan kepala berpangku pada paha Zeyran.

Melihat Arvan yang kembali menutup mata membuat si abang meletakkan bantal kecil di tepi agar si tengah tidak terjatuh, lalu menepuk-nepuk pelan pantatnya.

Zeyran kembali menunduk pada Arsha yang masih menghisap dot yang isinya telah tandas, segera ia melepaskan benda tersebut dan mengelus rambut si bungsu.

Keadaan yang hening ditambah suasana yang sejuk akibat angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela yang terbuka, membuat si sulung mengantuk.

Karena matanya tidak bisa di ajak kompromi, kepalanya terjatuh pada sandaran sofa, perlahan kelopak matanya tertutup dan ikut terlelap bersama kedua adiknya.

_____■□■_____

WARNING ⚠️
Di sini ada adegan kekerasan dan penyiksaan yang dapat membuat pembaca tidak nyaman, bagi yang tidak suka, silahkan di skipp yaa

Di dalam sebuah ruangan persegi yang cukup sempit dan minim udara , terlihat seorang pria mengasah benda runcing, menimbulkan suara yang menyeramkan.

Suddenly Become a BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang