Selamat membaca guys :)
.
.
.
Tandai jika ada typo ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
."Hei, dengar suara kakak?"
*****
Kepala anak itu sedikit menoleh padanya, berharap akan keluar satu kata di bibirnya.
Tapi harapan itu harus pupus, melihat anak laki-laki itu masih diam.Joo. Pria itu menggaruk belakang kepala nya, bingung apa yang harus dilakukan.
Ah iya, Joo bego, kenapa kau tidak memanggil dokter? Batinnya menggerutu.
Segera ia menekan tombol di samping tempat tidur untuk memanggil dokter. Setelah itu, seorang dengan jas putih khasnya masuk di ikuti dengan dua orang suster.
(Mon maap ganggu dikit yaa ges, aku mau nanya dong.
Tempat tidur rumah sakit itu, nama lainnya apa ya?
Brankar? Betul kah? Kalau salah tolong kasih tau yaa ges
Sip, silahkan lanjut bacanya ya)
"Dok, tadi saya sudah coba bicara dengannya, tapi tidak ada respon" Jelas Joo begitu sang dokter sudah berada di samping ranjang rumah sakit.
"Baik tuan, saya akan memeriksa kondisi pasien dulu." Ucap sang dokter yang dijawab anggukan oleh Joo, segera ia mundur beberapa langkah guna memberi ruang untuk mereka memeriksa anak itu.
Dokterpun mulai memeriksa nadi yang ada ditangan, mata kemudian detak jantungnya. Melepas stetoskop, ia pu membuka mulut.
"Kamu tahu sekarang ada dimana?"
Sang anak cukup lama terdiam, sampai ia mengangguk pelan.
"Ru.. rumah sakit"
Lirihan yang tidak begitu terdengar, membuat si dokter melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya.
"Ingat siapa namamu?"
"Ar..arv.. Arvan."
Meski sedikit kesulitan, tapi bocah laki-laki bernama Arvan itu tidak pantang menyerah dan akhirnya berhasil.
Suster dengan segera mencatat pada kertas yang dilapisi papan abo di tangan. Sedangkan yang satunya tengah menyesuaikan alat yang dipakai oleh Arvan.
Dokter dengan kacamata itupun tersenyum dan perlahan mengusap pelan rambut anak itu.
"Oke Arvan, sekarang kamu istirahat dulu ya, ngga boleh keluar dulu, jalan boleh tapi di ruang ini aja ya?"
Pertanyaan itu dijawab anggukan dari Arvan.
Dokter itu mendekat pada Joo yang senantiasa menunggu di belakang.
"Kondisinya sudah stabil. Tapi, karena ia baru bangun setelah beberapa bulan, perlu sedikit waktu agar organ dan anggota tubuh nya kembali bekerja normal, anda jangan khawatir."
Penjelasan dari dokter tersebut membuat Joo merasa lega, lantas mengangguk dan tersenyum tipis.
"Baik, terimakasih banyak dokter."
Sang dokter pun membalas hal yang sama.
"Sama-sama tuan, kalau ada yang ditanya atau diperlukan, panggil saja kami. Saya permisi."
Joo pun membalas dan segera mempersilahkan sang Dokter, tidak lupa sedikit membungkuk pada dua suster yang mengikuti sebagai ucapan terima kasih.
Kini perhatian Joo tertuju pada Arvan yang terbaring diam, ia pun beranjak ke sana. Mengambil segelas air putih hangat sebelum duduk pada kursi di samping tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become a Brother
General Fiction[ Libur bentar yaw ] ִ ࣪𖤐 𝔹𝕝𝕦𝕣𝕓 Pemuda yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun, tengah disibukkan dengan tugas proyek besar-besaran yang di berikan oleh sang dosen. Ketika membuka mata, ia malah disambut dengan mobil yang lalu lalang di b...