🌻 Bagian 3

5.7K 440 10
                                    

Selamat membaca ges
.
.
.
.
.
Tandai jika ada typo :)
.
.
.
.

Sarannya juga boleh 😃👍
.
.
.
.
.

Zeyran membuka pintu kamar  dengan Arsha yang tertidur pulas digendongannya.

Setelah Arsha berhenti menangis, sang abang mengajaknya makan malam dengan menu spesial buatannya, martabak mie.

Meskipun masih sedikit canggung dan takut, tapi Arsha sudah mulai banyak bicara dan tersenyum dan ia sungguh lega melihat kemajuan itu.

Zeyran perlahan meletakkan si mungil ke tempat tidur, lalu menyelimutinya hingga sebatas dada.

Menekuk lututnya dan meletakkan kedua tangannya di sisi tempat tidur sambil memandang wajah Arsha yang tertidur. Matanya sedikit bengkak dengan hidung yang memerah, akibat menangis tadi.

Sungguh menggemaskan.

Mengelus lembut pipi sang adik, lantas mengecup keningnya.

"Good night my little brother"

》》《《

Kelopak matanya terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya mentari lembut di atas sana.

Tunggu, cahaya matahari?

Pemuda itu bergegas bangkit, menatap sekitar yang sangat asing baginya.

Dimana?

Saat ini Zeyran tengah berada di... Bisakah ini sebut ruangan? Sekelilingnya hanya terlihat warna putih, tanpa ujung. Saat sedang asik mengamati sekitar, suara gaduh membuatnya buyar.

Tak jauh darinya, terdapat seorang dengan pakaian serba putih dan seekor burung yang bertengger dipundaknya.

"Selamat datang"

Siapa?

"Saya Julius, bertanggung jawab atas jiwa yang sudah terpisah dari raganya"

"Bisa dibilang saya yang mengatur apakah jiwa ini pantas menerima kehidupan baik atau mendapat balasan atas apa yang telah ia perbuat semasa hidup"

Zeyran yang mendengar itu pun membulatkan mata.

Berarti ia sudah mati??!!

"Tenang saja, belum saat nya kau melalui itu semua" seakan membaca pikirannya, orang itu berkata demikian.

"La-ntas kenapa aku ada di sini?" Iapun memberanikan diri bertanya.

Julius tersenyum kecil. Menjentikkan jari, lantas mereka sudah duduk dikursi dengan meja yang menyajikan teh dan aneka kue kering.

Sebuah cahaya kecil bewarna biru pun muncul, lantas melesat cepat memasuki kepala pemuda di depannya.

Zeyran yang melihat itu nge-bug.

Deg!

Ngingggg

Kepalanya tiba-tiba serasa dihantam palu baja, memejamkan mata menahan rasa sakit yang terus menghujam.

Suddenly Become a BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang