23. Pengharapan Yang Baru (2)

1.7K 129 5
                                    

Hai aku kembali lagi, maaf udah membuat kalian menunggu lama. Aku harap kalian ga bosan sama cerita fiksi aku.

Jangan lupa vote & comment yaa..





Happy reading...



"Haechan? Kau mau pergi kemana?" tanya Jinho kepada sang anak.

"Aku? Tentu saja bertahan hidup." ucap Haechan cuek.

Setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, Haechan bersama orangtuanya mengalami masa-masa sulit. Rumah mereka disita, Haechan tidak bisa bersekolah dimana pun atas tindak percobaan bunuh diri tersebut, dan juga keluarga mereka terlilit hutang.

Mungkin itu karma yang harus mereka jalani, anak penindasan yang mereka lakukan kepada Jaemin. Teringat hal itu, membuat Haechan menjadi sosok yang pendiam bahkan tidak sekali dua kali dia kedapatan ingin bunuh diri.

Haechan terpaksa harus mencari kerja sampingan, menjadi seorang petugas kasir di mini marker dekat rumah yang mereka sewa. Dia menyesali segala tindakannya kepada Jaemin. Membuat dia tersadar, bahwa apa yang dia perbuat kepada Jaemin pada masa lalu tidak sebanding dengan yang dia alami sekarang.


Na Jinho? Dia menjadi buruh kerja di sebuah pabrik yang mengelola buah-buahan segar. Akibat kinerjanya yang buruk, dia susah mendapatkan pekerjaan. Dia harus membanting tulang demi menghidupi keluarganya.


Sementara Dami? Masih berkutat dengan ketidakpuasannya dengan uang yang dia terima dari Jinho. Terbiasa dengan hidup mewah membuat dirinya tidak bisa hidup miskin. Kerjanya hanya mengeluh dengan kehidupan mereka yang serba berkekurangan ini.


"Kalau begitu hati-hati di jalan. Kalau kau merasa kurang enak badan izinlah kepada bos mu agar diberikan waktu istirahat." ucap Jinho kepada Haechan. Dia merasa sedih melihat keadaan Haechan sekarang, pipinya yang dulu chubby menjadi tirus, dan badannya juga ikutan kurus dan tidak terawat.


"Iya aku tahu." ucap Haechan dingin. Dia sangat membenci ayahnya sekarang. Karena segala kekejaman dan ketamakannya terhadap Jaemin, hidupnya juga menjadi sengsara.


Dia pun berangkat untuk bekerja, dan mulai menjalani hidupnya yang entah kapan akan berubah.




<>




Hari kelulusan Jeno dan Jaemin tiba, mereka berdua merayakannya di sekolah mereka. Semenjak kejadian kecelakaan yang menimpa Jaemin, tidak ada seorang pun di sekolah yang berani untuk mendekati Jaemin. Bahkan Yeri yang dulu sangat membenci Jaemin, tidak berani untuk mengangkat kepalanya di hadapan Jaemin.


Itu semua karena ulah Jeno yang memberikan ultimatum selama perawatan Jaemin berlangsung. Barang siapa yang masih membully Jaemin ketika ia masuk sekolah, akan berhadapan langsung dengan Lee Jeno.


"Selamat atas kelulusanmu sayang." ucap Jeno kepada Jaemin dengan memberikan bucket bunga yang besar kepada Jaemin. Jaemin menerima itu dengan tersenyum. "Selamat juga atas kelulusanmu sayang." balas Jaemin. Mereka pun berpelukan dan saling berbagi kehangatan. "Kau ingin makan apa sepulang dari sini, hm?" tanya Jeno. "Apapun asal bersama mu." jawab Jaemin.


Jaemin dan Jeno berjalan ke arah parkiran mobil Jeno. Jeno mempersilahkan Jaemin masuk terlebih dahulu dan menyusul dengan Jeno yang duduk di kursi kemudinya. Jeno menghidupkan mesin mobilnya dan melaju ke arah rumah mereka.




<>




Ketika mereka sampai, Jaemin menyandarkan badannya ke sofa milik mereka. Rasanya ia tidak menyangka akan lulus bersama dengan kekasihnya, Jeno. Dia pikir hidupnya tidak akan bertahan sampai ke titik ini. Mengingat hal itu kembali entah kenapa air matanya langsung mengenang di kantung matanya.


Jeno yang memperhatikan Jaemin sedari tadi duduk disamping Jaemin. "Apa yang kau pikirkan, hm?" tanya Jeno sambil menatap teduh ke wajah Jaemin. Jaemin pun buyar dari pikirannya tadi. Ia pun menatap Jeno sambil tersenyum. "Tidak ada, hanya aku tidak menyangka akan lulus sekolah bersamamu." ucap Jaemin.


Jeno tersenyum lalu mengusap lembut surai coklat madu milik Jaemin. "Kau pantas mendapatkannya sayang." ucap Jeno lembut. Mereka pun terdiam sejenak sambil menikmati kemesraan mereka berdua. Tiba-tiba Jaemin bersandar dibahu Jeno, Jeno hanya diam saja membiarkan kekasihnya itu mencari posisi yang nyaman untuknya.

"Aku tiba-tiba teringat oleh Haechan." ucap Jaemin pelan tetapi masih bisa didengar oleh Jeno. "Kau... merindukannya?" tanya Jeno hati-hati, ia tidak ingin mengubah suasana hati Jaemin menjadi buruk.


"Tidak juga, hanya aku penasaran bagaimana kehidupannya sekarang." ucap Jaemin. Jujur, ia masih belum bisa memaafkan keluarga angkatnya dulu, sekelebat kejadian masa lalunya tiba-tiba terlintas begitu saja dibenaknya.

Betapa kejamnya Na Jinho memperlakukannya, Haechan yang memfitnahnya, bahkan Dami yang berusaha mencari-cari kesalahannya agar ayahnya bisa menghukum dirinya. Mengingat hal tersebut, Jaemin mempererat pelukannya kepada Jeno. Jeno tau apa yang dipikiran Jaemin sskarang, tetapi dia berusaha memberikan pelukan yang hangat agar Jaemin nyaman.


"Kalau kau ingin, kita bisa menemuinya."





<>





PRANG

"Kau bisa becus tidak bekerja?!" tampak bos Haechan sangat murka sekarang. Akibat Haechan yang lalai, dan berakibat ia dituduh mengambil uang pembeli. "Sungguh pak, saya sudah mengembalikan uang ibu tersebut." sanggah Haechan. Jujur saja dia tidak mengambil uang ibu itu, tetapi ibu tersebut bersikeras uangnya telah dicuri.

"Perhatikan kinerja kau Na Haechan. Ini bukan pertama kalinya kau melakukan kesalahan. Kau sudah banyak membuat kerugian di toko ku. Apabila kau terus bekerja seperti ini, lebih baik aku mencari orang yang lebih becus dari padamu."


"Apa untungnya aku memperkerjakan orang yang tidak lulus sekolah, cih!" kalimat sarkas itu terus dilayangkan oleh pemilik toko tempat Haechan bekerja. Haechan hanya bisa menundukkan kepala sambil meremat jarinya. Sebisa mungkin ia tidak menangis di depan bosnya.

Karena kejadian tersebut, Haechan pergi ke belakang toko untuk menenangkan pikiran. Ditemani dengan sekotak susu yang hampir kadaluarsa di tangannya. Dia membuka kotak susu tersebut dan mulai meminum isinya. Dia tau rasanya tidak enak lagi, tetapi setidaknya itu dapat mengisi perutnya yang kosong.

Tetapi sepertinya pilihan tersebut tidaklah tepat, karena sekarang ia mengalami sakit perut. Dia teringat, dia tidak ada sarapan tadi pagi. Ia pun memegangi perutnya yang melilit sekarang. Keringat dingin pun mulai keluar dari keningnya. Kesadarannya mulai menipis, dan dia pun pingsan. Sebelum itu ia masih terdengar sayup seseorang memanggil namanya.



"Haechan?!"




Bersambung...



Ceritanya mulai membosankan ya? Ini updatenya agak pendek, mianhaee~

bittersweet || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang