24. Pengharapan Yang Baru (3)

1.7K 131 4
                                    

Hai! Aku balik lagi dengan cerita ini ^~^

Aku harap kalian tetap setia bacanya yaa, soalnya akan mendekati ending.Makasih sudah mendukung cerita aku dari awal, aku ga nyangka akan mendapatkan banyak dukungan dari kalian.

Tetap dukung cerita aku dengan vote & comment yaa ^^


Happy reading~



"Haechan?!"


Tampak Mark sedang berlari ke arah Haechan yang terbaring pingsan. Entah bagaimana ia bisa menemukan Haechan di sini, ketika ia sedang dalam perjalanan ingin pulang. Ia segera berlari ke arah Haechan dan menggendongnya lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. 


Kesadaran Haechan mulai kembali, ia bisa mencium aroma obat-obatan yang sangat tajam dan juga suasana yang sedikit bising. Ia mulai membuka matanya dan ia mulai menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit.


'Apa yang terjadi denganku?'


"Bagaimana dengan keadaannya, dok?" tampak Mark sedang berhadapan dengan seorang dokter yang menangani Haechan. "Sepertinya pasien keracunan makanan yang kadaluarsa, untung dia segera dibawa ke rumah sakit." ujar dokter tersebut. "Apa dia baik-baik saja dok?" tanya Mark kembali. "Selama dia diberikan obat, dia akan baik-baik saja." ucap dokter tersebut sambil tersenyum. "Baiklah, terima kasih dok." ucap Mark sambil membungkukkan badannya. "Sama-sama." balas dokter tersebut kemudian meninggalkan Mark dan Haechan.


Mark pun mengalihkan pandangannya kepada Haechan, dan ia mengetahui kalau Haechan sudah sadar. Mark pun duduk disamping ranjang rumah sakit dan mengamati Haechan.


"Apa yang terjadi denganmu? Bagaimana bisa kau keracunan makanan yang sudah kadaluarsa?" tanya Mark yang sedikit khawatir. Haechan pun mengalihkan pandangan dan memunggungi Mark. "Bukan urusanmu." ucap Haechan datar. Melihat keadaan Haechan sekarang, ia sedikit khawatir, Haechan banyak sekali kehilangan berat badan.


"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Mark membuka pembicaraan. Haechan hanya terdiam, jujur ia tidak ingin Mark melihatnya dalam keadaan seperti ini. Ia sangat malu dan tidak memiliki muka untuk bertemu dengan Mark. 


"Na Haechan...?" ucap Mark lembut dan membalikkan badan Haechan yang sempat memunggunginya. Haechan pun dengan enggan membalikkan badannya. Matanya langsung tertuju pada wajahnya. Ia sangat merindukan sosok lelaki yang ada di hadapannya. Tanpa terasa air mata mulai jatuh disudut matanya. Ia ingat bahwa dulu Mark sangat membencinya karena Na Jaemin.


"M-maaf.." ucap Haechan pelan, namun masih dapat didengar oleh Mark.


"Maaf karena kau harus melihat keadaanku yang seperti ini." sambung Haechan. Isak tangis Haechan pun tak terelakkan, sebisa mungkin Mark menenangkan Haechan yang sepertinya banyak sekali beban pikiran. Ia pun menarik tubuh Haechan dan memeluknya lembut. "Ssstt... kau tidak perlu meminta maaf kepadaku atas apa yang kau alami sekarang." Memang dulunya ia sangat membenci Haechan, tapi itu dulu. Dia sudah mulai mau memaafkan Haechan, karena dia menganggap untuk apa ia lama-lama mendendam karena itu tidak akan mengubah apapun di dalam hidupnya. Dia juga sudah berdamai dengan masa lalunya. 

bittersweet || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang