8. Memories

3.7K 438 88
                                    

Hai semuanya aku kembali lagi~
Makasih udah support fanfiction aku.. makasih juga udah luangin waktu untuk membaca fanfiction aku ٩(๑>ꇴ< ๑)و
Jangan lupa vote & comment yaa~


Happy reading~







Hari ini adalah hari Minggu. Di mana keluarga Jaemin semuanya tidak bekerja dan tidak sekolah. Karena hari ini adalah hari libur, tuan Na memutuskan untuk berlibur dengan keluarga mereka. Hari ini mereka akan jalan-jalan dan bertamasya. Jaemin yang berpikir akan diajak, dia pun mempersiapkan diri untuk pergi juga. Sesampainya di ruang tamu, papanya pun melihat bingung Jaemin yang sudah rapih.

"Kau mau kemana?" tanya papanya.

"Aku? Bukankah papa akan mengajak kami berlibur?" ucap Jaemin.

"Kami? Kau pikir aku akan mengajak kau juga untuk pergi dengan kami?" ucap papanya. Jaemin pun terdiam, dia mengerti situasi sekarang. Papanya tidak akan mengajaknya berlibur. Jaemin pun hanya menunduk melihat sepatunya yang sudah terikat rapi.

"Kau tinggal di rumah. Bersihkan seisi rumah, ketika aku pulang aku harap semuanya sudah rapi dan bersih." perintah Tuan Na. Seketika hati Jaemin sangat perih mendengar perkataan papanya. Hanya dia sendiri yang tidak pergi berlibur, sedangkan Haechan ikut dengan orangtua mereka.

"Kau dengar tidak?" tanya papanya ketus. "I-iya pa.." ucap Jaemin dengan nada yang bergetar. Jaemin sedih, dia berusaha airmatanya tidak keluar di depan papanya.

"Yasudah, kalau gitu kami berangkat." ucap papanya acuh. "Ayo sayang." ucap papanya lembut kepada Haechan. Papanya pun menggandeng lembut tangan Haechan, dan mereka pun segera meninggalkan Jaemin. Jaemin melihat kepergian mereka dengan raut wajah yang amat sedih. Airmatanya menetes ketika ia berdiri di depan pintu melihat mobil papanya mulai menghilang dari pandangannya.

"Apa benar aku anak papa? Kenapa hanya aku yang tidak diizinkan pergi hiks... hiks..." ucap Jaemin sambil sesegukan dan menghapus airmatanya menggunakan punggung tangannya. Jaemin pun menutup pintu dan menangis. Dia pergi ke arah dapur dan melihat tumpukan piring dan gelas kotor. Dia harus membersihkan ini semua sendirian. Disaat keluarga asik liburan, dia harus membersihkan rumah layaknya pembantu.

Semenjak kecil, dia tidak pernah diajak pergi dengan papanya liburan. Jaemin selalu dititipkan di penitipan anak, dan meninggalkan Jaemin yang menangis ingin ikut. Bahkan papanya pernah lupa menjemputnya dari tempat penitipan anak, saking tidak pedulinya dia dengan Jaemin. Kalau saja waktu itu penjaga penitipan anak tidak menelpon papanya, mungkin dia akan bermalam disana.

Bahkan disaat dia sudah dimobil pun, papanya tidak segan-segan membentak Jaemin karena membuat papanya repot harus menjemput Jaemin.

"Dasar merepotkan, aku sudah lelah berjalan seharian terpaksa harus menjemputmu dari penitipan anak. Padahal aku ingin tidur."

Jaemin mengingat waktu kecilnya hanya menangis dalam diam, sungguh dia sangat sakit hati mendengar amarah papanya waktu itu. Ingin sekali Jaemin menjawab perkataan papanya, tapi dia takut. Dia sangat berharap papanya mengajak sesekali dirinya untuk pergi liburan.



<>




Ketika semuanya telah bersih, tiba-tiba perut Jaemin lapar. Dia pun melihat ke meja makan, ternyata kosong. Mamanya tidak meninggalkan sedikitpun makanan untuk Jaemin. Jaemin pun mengusap perutnya yang berbunyi.

"Apa aku harus membeli makanan ke luar? Aku lapar sekali." ucap Jaemin. Dia pun pergi ke kamar, mengambil dompet dan mengenakan jaketnya. Dia pun pergi ke mini market terdekat. Setelah sampai dia masuk ke mini market tersebut untuk mencari cemilan yang ada. Dia melirik ke cemilan yang berada pada rak paling atas, dia menginginkan itu.

bittersweet || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang