19. Hatred

3.8K 357 76
                                    


Happy reading~




"Jeno?"

"Hm?"

Pandangan Jeno teralihkan dari ponselnya dan menatap Jaemin yang sedang memasak makanan. Mereka sekarang ada di apartemen Jaemin, seperti yang Jeno inginkan tadi di sekolah. Jaemin hanya menolehkan wajahnya sebentar dan tersenyum.

"Hanya ingin memanggil namamu saja." ucap Jaemin.

Jeno tersenyum mendengar hal itu, dia menghampiri Jaemin dan memeluk pinggang ramping Jaemin dari belakang. Dagunya pun tertumpu dipundak Jaemin.

"Apa yang kamu masak?" tanya Jeno dengan suara beratnya. "Nasi goreng." jawab Jaemin. Dia memasukkan bumbu nasi goreng ke dalam wajan. Dia mengaduk nasi goreng tersebut secara perlahan.

"Aku menyukai caramu memasak." ucap Jeno. "Memang ada yang spesial dari caraku memasak sampai kamu menyukainya?" tanya Jaemin sambil tersipu malu. "Kamu sangat cantik ketika memasak." puji Jeno. Seketika wajah Jaemin merah padam saking malunya. "Hentikan, kamu membuatku malu." ucap Jaemin sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan pernah menginginkan pria lain selain aku Jaemin-ah. Kamu hanya milikku." ucap Jeno dan mengeratkan pelukannya posesif. "Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu." ucap Jaemin. Jeno pun melirik Jaemin sebentar. "Kenapa harus aku?" tanya Jeno. Jaemin pun mematikan kompornya dan menghela napas berat.

"Karena aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirimu Jen. Kamu dari keluarga orang kaya, apa yang kamu inginkan akan dikabulkan. Sedangkan aku? Hanya seorang pria yang tidak jelas identitasnya." ucap Jaemin sedih. Badannya bergetar menandakan bahwa dia sedang menahan tangis. Jeno yang merasakan itu langsung membalikkan badan Jaemin lembut.

"Apa yang kamu bicarakan sayang?" tanya Jeno lembut. "Aku takut kamu sewaktu-waktu akan bosan dengan ku dan meninggalkan aku hiks.." ucap Jaemin sambil terisak. Jeno pun langsung memeluk Jaemin dan merengkuh tubuh ringkih Jaemin. "Ssstt... itu tidak akan terjadi sayang." ucap Jeno sambil menenangkan Jaemin.

"Jeno-ya, apakah kamu tidak malu memiliki kekasih sepertiku?" tanya Jaemin sambil menatap mata Jeno. "Mana mungkin aku malu hm? Aku malah sangat bersyukur memilikimu." ucap Jeno sambil tersenyum. Dia mengusap helai rambut Jaemin secara perlahan. Dia mendekatkan wajahnya kepada Jaemin dan mulai mencium bibir Jaemin lembut. Jaemin pun membalas ciuman Jeno sembari mengalungkan tangannya dileher Jeno.

Jeno pun mengangkat tubuh Jaemin dan mendudukkannya di atas meja makan. Mereka pun melanjutkan cumbuan mereka dan menikmati setiap sentuhan yang mereka berikan masing-masing. Jeno pun melepaskan tautan mereka dan menatap intens wajah Jaemin.

Tangannya pun diletakkan di atas meja disamping kedua paha Jaemin. Dia pun mengukung tubuh Jaemin di dalam dekapannya. Jaemin pun harus menahan napas karena wajah Jeno sangatlah dekat dengan wajahnya. Dia hanya mampu menelan ludahnya sendiri saking gugupnya ditatap oleh Jeno.

"Jangan menatapku seperti itu, aku bisa saja menerkammu di dapur ini." ucap Jeno seductive. Jaemin langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah yang lain. "K-kamu tidak bisa menerkamku sekarang." ucap Jaemin gugup. "Kenapa tidak bisa hm?" ucap Jeno sambil setengah berbisik.

"K-karena kita belum menikah." jawab Jaemin asal-asalan. Jeno yang melihat tingkah manis Jaemin hanya tersenyum gemas. "Baiklah, kita akan menikah nantinya." ucap Jeno. Jaemin terkejut mendengar perkataan Jeno.

"A-apa??" tanya Jaemin. "Aku akan menikahimu dan saat waktunya tiba, tidak ada kata penolakan yang bisa kamu lontarkan lagi ketika aku ingin menerkammu." ucap Jeno sambil mengedipkan matanya kepada Jaemin. "Jeno-yaaa~" rengek Jaemin sambil memukul bahu Jeno pelan. Jeno hanya tersenyum manis melihat tingkah Jaemin.

bittersweet || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang