Nikah dadakan

541 16 0
                                    

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke rumah Pak Ustadz, kami pun tiba. Istri dan anaknya juga sudah menunggu kami dengan senyuman. Sangat berbeda sekali dengan ekspresi mereka semua yang sudah menggerebek aku dan Bara, meskipun kami berdua tidak berbuat macam-macam.

"Ayo nak, silakan masuk!" ucap Istri dari Pak Ustadz mengarahkan kami untuk segera masuk ke dalam. Pak Ustadz juga sudah menunggu diruang tamu sambil duduk bersila diatas karpet tebal dan juga ada satu meja kecil disampingnya.

"Asalamu'alaikum Tadz, ini mereka yang saya bicarakan tadi di telepon," tutur Pak RT sambil memandang ke arah ku dan Bara.

"Baiklah kalau begitu, bisa kita mulai sekarang saja prosesi akadnya? Agar lebih memudahkan mendapat berkah dari-Nya. Allahu subhanahuwata'ala. Serta mendapat pintu maaf dan juga taubat-Nya. Mari kita mulai sekarang. Bismillahirrahmanirrahim. Dengan mengucap basmalah, mari perkenalkan dulu siapa namanya nak?" tanya Pak Ustadz.

"Nama saya Bara Kertajaya Muhammad," jawab Bara sambil menatap serius ke arah Pak Ustadz.

"Adiknya siapa namanya?" kini giliranku yang ditanya Pak Ustadz. Aku yang ditanya tiba-tiba gelagapan dan terkejut.

"Sa-saya... Ana Bella," jawabku gugup.

"Iya sudah tidak apa-apa. Mungkin masih ada trauma sedikit dari kejadian tadi. Kalau boleh tahu, siapa nama Ayahmu nak?" tanya Pak Ustadz padaku.

"Malik Ahmad, Pak Ustadz," ucapku tertunduk malu.

"Baik, bismillahirrahmanirrahim. Kita akan mulai sekarang," tutur Pak Ustadz sambil mengulurkan tangannya pada Bara.

"Oh iya, kita hampir lupa. Maharnya mana nak?" kilahnya lagi.

"Kalau pake HP bisa gak, Pak ustadz?" tanya Bara.

"Bisa, apa saja. Asal tidak memberatkan."

"Baik, ikuti saya ya nak Bara. Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan Bara Kertajaya Muhammad dengan Ana Bella binti Malik Ahmad dengan mas kawin berupa alat elektronik Handphone dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Ana Bella binti Malik Ahmad dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Bara mengucapnya dengan lancar.

"Bagaimana para saksi?" tanya Pak Ustadz pada semua saksi mata yang melihat acara pernikahanku dengan Bara.

Iya, pernikahan yang diselenggarakan atas kesalahpahaman. Penggerebekan yang mereka lakukan padaku berakhir begini. Sungguh menyedihkan kamu, Ana.

SAH

SAH

SAH

"Alhamdulillah," ucap Pak Ustadz sambil memanjatkan doa, yang aku sendiri tidak tahu doa apa yang dia bacakan.

"Sekarang kalian berdua sudah sah sebagai Suami dan Istri. Tanggung jawab sepenuhnya sudah diserahkan kepada nak Bara sekarang. Meskipun saya bukan orang tua dari nak Bella, tapi saya disini wajib menggantikan posisi sebagai Ayah atau Wali dari nak Bella. Saya harap, nak Bara bisa menjadi Suami yang bertanggung jawab serta bisa membahagiakan nak Bella sebagai seorang Istri. Pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa dilakukan begitu saja, lalu ditinggalkan dengan tidak sebaik-baiknya. Semoga pernikahan ini bisa langgeng sampai akhir hayat hingga mau memisahkan. Baik, sudah selesai sampai disini. Ada yang mau ditanyakan sebelum saya pergi? Kebetulan sekarang saya ada jadwal kajian di masjid," jelas Pak Ustadz.

Sementara aku dan Bara hanya saling diam sekarang. Tanpa bicara sepatah kata pun. Tak juga berani menatapnya. Aku benar-benar kecewa pada anak ini!

Rasanya aku bahkan seperti tidak punya muka. Meskipun kami tidak melakukan apa-apa. Tetapi di pergoki begini sampai akhirnya dinikahkan oleh para warga. Yang aku bahkan sendiri tidak akrab dengan mereka semua, apalagi kenal. Rasanya seperti suatu aib bagiku.

Bara benar-benar menyebalkan! Eh, bukan hanya menyebalkan. Tapi juga sudah merusak nama baikku! Harkat, martabat dan citraku telah dirusak olehnya. Meski sebenarnya kami tidak berbuat seperti yang mereka tuduhkan.

Setelah selesai akad, aku kembali lagi ke kosan ku. Diikuti Bara yang mengekor dibelakangku. Dengan lemah ku langkahkan kakiku masuk ke dalam kamar kos menuju kasur empukku. Entah Bara mungkin sedang mengunci pintu depan. Aku tak peduli dengannya, gara-gara dia aku jadi dinikahkan begini secara tiba-tiba.

Menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak aku kenal

sebelumnya. Bahkan aku sendiri tidak tahu bebet serta bobotnya seperti apa. Orang tuanya, tempat tinggalnya, pun aku juga tidak mengetahui. Seperti orang yang sudah menikah siri namanya kalau seperti ini. Bara.... kamu membuat aku benci dengan kehidupanku!

"Kak."

"Hm."

"Aku juga mau tiduran dong."

"Tidur aja di karpet," jawabku kesal. Biarkan saja. Toh, aku juga begini gara-gara dia kan.

Eh.

"Kan aku udah jadi Suami kakak, aku tidur dikasur juga ya?"

Duh, malesin banget kalau aku harus berbagi ranjang dengannya. Mana bantalnya cuma satu pula. Kalau aku biarkan dia tidur dikarpet kasihan juga sih. Huh, dasar aku. Gak tegaan banget jadi orang.

"Yaudah sini, sebelum aku berubah pikiran."

Bara beranjak ke tempat tidur, aku langsung berubah posisi menjadi duduk selonjoran diatas kasur.

"Aku boleh peluk Kakak gak?"

Ini bocil maunya apa sih? Etdah, tadi minta tidur dikasur. Sekarang minta peluk, besok kalau tiba-tiba minta keperawananku bagaimana? Duh, gusti!

"Kamu jangan mancing emosiku deh! Aku masih kecewa sama kamu!" umpatku kesal.

"Iya, iya. Aku minta maaf, Kak."

Bara pun tiduran dengan posisi membelakangiku disamping. Dengan berbagi satu bantal dan ranjang. Aku tak tega melihatnya yang meringkuk begitu, ku selimutkan tubuhnya dengan selimut tebalku. Padahal sebentar lagi memang sudah mau masuk waktu Ashar. Sekarang sudah pukul 14.30 WIB. Kegiatan kampus ku memang tidak banyak hari ini, hanya sampai pukul 11.30 WIB. Makanya aku pingin buru-buru pulang ke kosan buat langsung istirahat. Jarang-jarang aku dapat mata kuliah sedikit kayak gini.

Kulihat Bara nampak sudah memejamkan matanya, gak tega juga aku sama dia. Duh kok aku malah jadi begindang sye. Harusnya aku tuh marah. Bukan malah kasihan. Gara-gara dia masuk kesini aku jadi di gerebek.

Haish. Ana.. Ana.

Aku memutuskan untuk tidur juga barang sejenak untuk menghilangkan rasa lelah. Tanpa terasa mataku sudah terpejam dan tertidur pulas. AC dikamarku tidak begitu dingin, memang sengaja tidak ku dinginkan terlalu. Ini saja sudah dingin, apalagi kalau suhu nya ditambahin.

Dinikahi BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang