Aku sangat nyaman terlelap dalam dekapannya. Belum pernah sebelumnya aku merasakan tidur dipeluk oleh seseorang. Namun, sekarang aku sudah merasakannya. Dipeluk oleh Suamiku, Bara. Aku terbangun dalam tidurku.
Setelah kejadian semalam yang lelah menguras energi. Terlihat Bara masih terlelap dalam tidurnya yang masih memelukku erat. Aku tersenyum sesaat menatap wajah tampannya. Yang masih terbilang seperti baby face itu. Ku elus pipinya yang lembut, agar segera terbangun juga.
Dia hanya menggeliat, namun matanya masih terpejam.
“Bara, bangun. Udah jam empat subuh lho ini.” Ucapku lembut membangunkannya. Sementara yang dipanggil tidak kunjung bangun.
Ku putuskan untuk bangun lebih dulu, sambil mencari kain atau handuk disekitar tempat tidur untuk menutupi tubuhku yang polos. Akhirnya aku hanya mengenakan kain sarung Bara yang terlipat rapi diatas meja samping tempat tidur kami. Entahlah apa maksudnya menaruh sarung disana. Padahal diatas sofa juga bisa ya? Tak apalah, yang penting aku tidak polosan untuk sampai ke kamar mandi.
Bergegas ku lepas lengan Bara yang masih erat memeluk tubuhku. Pelan-pelan ku pindahkan tangannya untuk memeluk guling. Duh, gemasnya. Padahal semalam dia baru saja berbuat begitu padaku. Tapi sekarang sudah seperti bocah kecil lagi. Setelah bebas dari jeratan tangan Bara, buru aku mengambil beberapa pakaian yang berserakan dibawah tempat tidur. Dengan cepat kemudian aku masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Tidak lupa untuk membaca doa untuk mandi hadas, doa yang sudah sering kubaca saat selesai datang bulan. Setelah selesai dengan ritual mandiku, dan tak lupa untuk membaca niat untuk mensucikan diri. Buru-buru aku memakai sarungnya Bara lagi. Karena tadi tak sempat untuk membuka koper dan mengambil pakaianku. Setelah badanku terbungkus kain, dengan cepat melafalkan niat wudhu.
Aku keluar dari dalam kamar mandi, kulihat Bara sudah terbangun. Namun aku tidak mendekatinya. Aku lebih memilih untuk mendekati koperku dan mengambil beberapa pakaian untuk ku kenakan. Saat hendak berbalik badan, Bara sudah berada dibelakangku hanya dengan memakai celana kolor saja. Dasar, Bara. Mau apasih dia? Belum puas memangnya yang semalam? Tega banget sih dia hu hu hu.“Kamu mau ngapain sih, Bar? Aku udah wudhu lho ini. Nanti kalau batal gimana?” Ucapku dan berusaha menjauh darinya.
Tapi sia-sia ku lakukan itu, karena tangan Bara sudah mencekal erat tanganku dan mejatuhkan dirinya ke dalam pelukanku. Kok malah jadi begindang sye? Amsyeng deh.
“Kakak udah mandi ya? Wangi banget.” Tutur nya sambil mengendus tubuh dan rambutku. Dasar aneh, ya iyalah wangi.
“Sayang, udah dong. Aku gak jadi sholat kalau begini terus.”
“Kakak gak nungguin aku bangun, kan kita bisa mandi bareng.” Ucapnya sambil memasang wajah sok imut.
Dikira aku gak tau apa, kalau mandi bareng bukannya mandi aja.
“Kamu aku bangunin tapi gak bangun-bangun. Sarungmu aku pakai gak apa-apa kan?”
“Gak apa-apa sayang. Aku malah lebih suka kalau kamu pake kayak gini aja hehehe.” Ucapnya sembari mengeratkan pelukannya.
Duh kalau begini terus kapan sholatnya kalau gitu.
“Udah dong Bar, aku mau wudhu lagi. Kamu jangan lupa keramas dan baca niat.”
“Iya sayangku. Kita sholat bareng yuk?” Ajaknya. Mandi saja belum, heleh.
“Kamu mandinya jangan lama-lama. Kalau lama, aku sholat duluan.”
“Yaudah makanya temani aku mandi.” Rengeknya menampilkan wajah sok imutnya lagi. Ah kalau begitu kenapa aku jadi gemas sih. Cium nih. Eh.
“Tapi hanya mandi, oke?”
“Oke, tapi kamu juga harus mandi lagi. Gimana?”
“Gak oke kalau gitu. Udah sekarang kamu mandi aja sendiri. Cus masuk buruan, aku tunggu disini aja.” Ucapku sambil melepas pelukannya dan mendorongnya masuk ke kamar mandi.
Selama Bara mandi, buru-buru ku pakai pakaianku. Pakaian kaos panjang dan celana panjang. Karena memang itu yang aku punya kebanyakan. Sekitar lima belas menit Bara menyelesaikan ritual mandinya tak lupa dengan membaca niat mandi hadas. Sebentar banget ya, perasaan aku tadi hampir tiga puluh menit.
Ceklek
Bara keluar hanya menggunakan handuk putihnya yang melilit dipinggang dengan keadaan rambut yang basah. Sesekali ia menyeka rambutnya. Duh tampannya Suamiku yang imut. Hehehe.
“Kenapa ngeliatin aku kak? Terpesona ya? Hayo ngaku.” Ucapnya menghentikan lamunanku.
His, ketahuan kan aku.
“Ih pede banget kamu, udah cepetan sana pakai baju. Aku mau wudhu dulu.”
“Iya Isteriku yang cantik. Ehehehe.” Jurus jitu buaya nya mulai keluar.
Dulu waktu masih lajang jadi buaya darat, sekarang sudah nikah jadi buaya muara.
“Gombal melulu kamu tuh.” Dia hanya menyengir.
~~
Kami melaksanakan sholat subuh berjamaah, rasanya berbeda sekali dengan sebelum menikah dengannya. Apa-apa selalu ku kerjakan sendiri, tidur pun sendiri. Namun, sekarang sudah ada yang menemani. Lelaki yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya untuk jadi Suamiku. Kita bertemu dengan pertemuan yang tidak disengaja. Bahkan itu pun tiba-tiba dia datang saat aku tengah memakan bakso di kantin kampus.
Meskipun pernikahan kami belum diresmikan secara negara dan hukum, tapi aku telah menerimanya dengan sepenuh hatiku. Aku pun telah jatuh cinta padanya. Setelah sekian lama hatiku mengeras seperti batu. Namun, dia datang untuk melelehkan bongkahan es itu, yang menjadi cair dan hangat seperti sekarang ini.
Aku benar-benar telah jatuh cinta padanya, bahkan kalau pun aku hamil nanti, Insha Allah aku siap dengan janin yang akan menjadi anakku dengannya. Walaupun aku belum tahu pasti orang tua Bara akan menerimaku atau tidak. Aku tidak takut kalau orang tua Bara ternyata tidak menyukaiku dan tidak merestui hubungan kami. Yang aku takut jika Bara pergi meninggalkanku dan memilih untuk kembali bersama orang tuanya. Aku takut itu terjadi.
Aku ingin menagih janjinya yang semalam akan mengajakku bertemu dengan Mamanya. Aku ingin tahu seperti apa Ibu mertuaku nanti. Ada rasa khawatir saat membayangkannya.
“Kak? Kakak ngelamun ya?” Tanyanya seketika menghentikan lamunanku yang tengah memikirkan nasib pernikahan ku nanti.
“Ah, enggak kok sayang. Kamu ada berapa mata kuliah hari ini?” Tanyaku mengalihkan.
“Hm... Hanya satu kayaknya. Kalau Isteriku yang cantik ada berapa?”
“Aku ada tiga.”
“Yah, lama dong kalau gitu.”
“Kan nanti kita bisa ketemu lagi sepuasnya.”
“Oh iya juga ya. Tapi aku pengennya gak mau jauh-jauh dari kakak.” Rengeknya manja.
Beneran manja banget sih dia ini. Beda banget kalau lagi sama Arka, sok cool gitu.
“Iya cinta. Aku juga gak mau jauh-jauh, tapi aku harus masuk kelas hari ini.”
“Uh so sweetnya Isteriku. Sini dong kak, deketan sama aku.”
“Emang kenapa?” Tanyaku sambil merapikan beberapa buku dan alat tulis untuk kumasukkan ke dalam tasku.
“Aku mau romantis-romantisan sama kakak.”
“Mulai deh manjanya.” Ucapku tanpa menoleh ke arahnya.
“Biarin wle.” Ucapnya sambil mendekat ke arahku.
Bersambung....
![](https://img.wattpad.com/cover/310581171-288-k510725.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Bocil
RomancePernikahan yang terjadi setelah adanya penggerebekan di dalam kosan.