Aku terbangun dalam tidurku, entah sudah jam berapa sekarang. Terakhir ku lihat saat hendak tidur menunjukkan pukul 14.30 WIB. Baru saja saat hendak ku bangkit dari tempat tidur, aku melihat satu tangan yang memeluk erat pinggangku. Sudah pasti Bara yang tengah sengaja mengambil kesempatan dalam kesempitan. Buru kulepaskan tangannya, saat hendak berdiri, justru pelukannya semakin erat.
Mau apa sih ni anak? Hais.
“Bara, lepaskan ih! Kamu apa-apan sih?!”
“Ayolah, Kak. Sebentar saja, aku masih mau peluk Kakak.” Ucapnya manja.
Heleh, pengen dijitak mungkin kepalanya.
“Aku belum sholat, Bar.”
“Emang sekarang jam berapa, Kak?” Tanyanya dengan mata yang masih terpejam. Namun tangannya masih bergelayut manja memelukku.
“Jam 16.30 WIB.” Ucapku datar.
“Sebentar lagi ya, Kak. Lima menit lagi aku lepas deh pelukannya.”
“Gak ada toleransi, lepaskan sekarang gak? Atau....” Jawabku menggantung.
“Atau apa? Atau Kakak mau cium aku? Ya sudah cium saja sekarang, aku sudah siap, Kak.” Ucapnya sambil tersenyum lebar dan memejamkan matanya.
Siapa juga yang mau nyium dia? Pede banget nih anak. Awas ya!
“Atau kamu gak boleh tidur disini lagi, kamu tidur diluar saja tuh dikarpet.” Ucapku mengancam.
“Tega banget sih jadi Istri. Aku kan Suamimu, kak.”
“Iya, Suami kepepet.”
“Yang penting Suami. Sudah halal lho, aku ini. Kakak janji boleh aku apa-apakan kalau sudah halal bukan? Aku menagih janjinya sekarang.”
Duh nih anak masih ingat saja sih, padahal kan aku gak seserius itu ngomongnya. Aku belum siap menyerahkan keperawananku padanya. Tapi kalau aku menolak, apakah aku berdosa? Allah pasti mengerti.
“Soal itu....” Aku menggantung ucapanku. Mencoba mencari alasan untuk menolak permintaannya.
“Kenapa? Apa Kakak lupa? Atau pura-pura lupa?”
“Aku.... Aku belum siap, Bar.”
Dia menghela napas panjang. Lalu terdiam sesaat. Entah apa yang dipikirkannya.“Padahal aku sudah siap lho, Kak.”
Iya, kamu yang siap. Akunya enggak siap. Membayangkannya saja sudah bergidik ngeri duluan. Apalagi melakukan itu dengannya?
“Aku mau sholat dulu, Bar. Tolong beri aku waktu.” Ucapku lirih sambil beranjak ke kamar mandi yang masih dalam memakai pakaian tadi.
Aku memang tidak sempat untuk berganti baju setelah pulang dari kampus, belum lagi yang tiba-tiba digerebek Ibu kos dan tetangga kosan. Masih menggunakan pakaian kemeja panjang berwarna lilac, dengan balutan pashmina plisket berwarna sama serta rok plisket berwarna hitam. Entahlah, aku sangat suka pakaian yang bermotif plisket.
Buru aku masuk ke dalam toilet untuk berwudhu sesaat. Entah dengan yang dilakukan anak itu. Aku tak ingin memikirkannya. Buru-buru aku menyelesaikan wudhu ku.Ceklek
Aku keluar dari dalam kamar mandi. Mencari keberadaan anak itu ditempat tidur, namun hasilnya nihil. Biarlah, aku tak peduli. Lebih baik ku laksanakan kewajibanku dulu.
“Assalamu’alaikum warohmatullah..” Ucapku pada bacaan salam dirakaat terakhir.
~~
Bergegas ku lipat mukenah dan sajadah yang baru saja kukenakan. Sudah sore begini perut terasa sangat lapar. Di dalam kosan ku tidak ada makanan sama sekali. Biasa aku membeli makanan jadi diluar kosan. Ku langkahkan kakiku untuk keluar kamar.
Ceklek
Tak ada siapapun disini selain aku. Apa mungkin Bara pulang kerumahnya? Ah sudahlah, aku merasa lega jika dia sudah balik kerumahnya. Aku merasa risi saat dia berada disini. Mungkin karena aku belum bisa menerima kehadirannya yang sekarang telah jadi suamiku.
Kuputuskan untuk mandi sebentar, setelah itu baru ku keluar untuk membeli makanan dan camilan. Seharian ini memang terasa begitu melelahkan. Ditambah lagi dengan kehadiran orang baru dihidupku yang secara tiba-tiba. Kalau saja seandainya aku tidak mengizinkan Bara untuk masuk kedalam kosan ku, semua ini takkkan terjadi. Tak akan Ibu kos beserta tetangga kosan lainnya akan membenciku begini.
Apa aku pindah kosan saja ya? Tapi kemana? Hanya ini kos kosan termurah dan terdekat dengan kampusku. Ada sih, kosan yang lebih dekat lagi dengan kampus. Tapi sangat mahal, wajar bila harganya lebih mahal karena lebih bagus dibanding dengan kosan ini.
“Ah, segarnya... hm.” Gumamku sambil menikmati mandi sore ku.
Setelah selesai mandi, buru-buru ku memakai pakaianku. Sengaja aku membawa pakaian ganti kedalam kamar mandi. Karena sekarang aku sudah tak lagi tinggal sendiri. Aku hanya memakai kaos panjang dengan balutan hijab instan serta celana bahan.
Ceklek
Ku buka pintu kamar mandi, rupanya Bara belum juga balik. Syukurlah, aku bisa bergerak bebas sebentar sebelum dia balik lagi kesini. Bergegas ku ambil dompet dan kunci kamar. Perutku sudah tak bisa ditoleransi lagi rupanya. Terakhir kali ku makan saat dikantin kampus. Itu pun juga saat pukul 09.00 WIB. Dan sekarang sudah pukul 17.15 WIB. Pantas saja aku sangat lapar begini.
~~
“Alhamdulillah, kenyang juga.” Ucapku sambil membereskan beberapa bungkus makanan dan minuman yang sudah habis.
Sesaat kemudian, aku mendengar ada suara ketukan pintu dari luar, aku pun bergegas bangkit dari posisiku yang semula duduk hendak berdiri sekarang. Kulangkahkan kakiku menuju pintu depan. Rupanya Bara. Tapi dia sudah berganti pakaian. Entah apa yang dia bawa ditangannya.
“Kamu keluar kenapa gak bilang-bilang?” Tanyaku menginterogasi.
“Kakak kangen ya? Cie kangen.” Ledeknya.
“Ge-er kamu. Itu apa yang kamu bawa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Bocil
RomancePernikahan yang terjadi setelah adanya penggerebekan di dalam kosan.