Suasana di kos baru

315 14 0
                                    

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan untuk sampai kosan ini, sambil membopong tubuh Bara yang berat, kami pun sampai tepat didepan pintu kosan. Beruntung juga karena yang punya kosan sudah menunggu dan menyerahkan kuncinya. Rupanya Bara sudah membayar uang sewanya. Tapi kapan ya? Mungkin saat aku masih ada kelas matakuliah tadi sepertinya.

“Terimakasih, Pak.” Ucapku sambil mengambil kunci pada pemiliknya.

Untunglah bukan Ibu-ibu lagi yang punya. Trauma aku gara-gara kejadian itu. Huh.

“Iya, saya tinggal dulu ya. Langsung dibawa masuk aja Suaminya. Kayaknya udah kesakitan itu.” Ucap Bapak kos, sepertinya Bara sudah cerita dengan sang empu. Makanya, Bapaknya gak marah saat aku membopong tubuh Bara.

Aku pun langsung membuka kunci pintu kamar kos. Setelah Bapak kos nya sudah pergi menaiki kendaraannya. Syukurlah dia tidak tinggal dikosan ini juga. Setelah membuka pintu, aku langsung menutup pintu dan tak lupa mengunci dari dalam. Takut ada yang tiba-tiba buka pintu, kayak Ibu kos yang dulu main gebrak pintu dari luar. Aku jujur masih agak trauma.

Ternyata didalam kosan ini juga sudah disediakan tempat tidur. Lengkap dengan sprei dan bantal yang sudah terpasang. Sepertinya Bara sudah menyiapkan semua ini untuk kami. Duh, Bara. Aku jadi gak tega sama kamu. Pelan-pelan ku rebahkan tubuhnya diatas kasur, saat aku ingin meninggalkannya sebentar tapi dia malah menepis tanganku untuk tetap disampingnya.

“Jangan kemana-mana kak. Disini aja, perutku masih sakit.” Keluhnya. Duh aku gak tega. Apa dia habis operasi perut ya?

“Coba aku lihat perutmu, aku kasih minyak kayu putih ya. Biar sakitnya hilang.” Dia mengangguk. Perlahan ku buka baju nya, karena merasa iba dengan kondisi wajahnya nya yang agak pucat.

Aku tak melihat ada bekas luka jahitan apapun diperutnya. Tapi kenapa dia terus meringis kesakitan ya? Apa dia masuk angin? Ah, aku jadi merasa bersalah padanya. Dengan lembut ku oles minyak kayu putih di perutnya. Ini bagian menegangkan, perutnya bisa mirip roti sobek gitu sih. Duh, Bara. Aku jadi deg degan.

“Kak.”

“Iya? Masih sakit gak?”

“Hm. Aku mau dipeluk kakak.” Rengeknya manja.

Duh makin manja deh nih anak. Aku menurut saja, karena gara-gara aku dia jadi begini.

Aku merasakan hembusan napasnya yang hangat. Dia nampak nyaman berada dalam pelukanku. Aku pun juga begitu. Dia mengelus-elus punggungku. Padahal dia yang kesakitan, kenapa jadi aku yang dielus?

“Kalau masih sakit, kamu tidur aja.” Tuturku padanya. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar cepat. Sepertinya dia deg degan. Haha!

“Tapi, kakak juga temanin aku ya.” Rengeknya lagi.

“Iya. Yaudah tiduran aja, biar cepat sembuh sakitnya.” Dia mengangguk.

Aku tidak ikut tidur dengannya, melainkan posisiku selonjoran disampingnya sambil mengelus-elus kepalanya. Duh, aku jadi kangen adikku dikampung. Sedang apa ya, dia disana.

Biasanya aku sering melakukan hal ini pada adikku saat ia sedang lelah ataupun saat sakit. Tapi sekarang, Bara yang berada di posisi itu. Tak terasa rupanya dia jadi terlelap dalam pangkuanku. Aku jadi susah buat bergerak kalau begini jadinya. Pelan-pelan ku geser posisi tidurnya agar aku bisa terlepas darinya. Tapi sepertinya dia menyadari saat aku beranjak pergi darinya.

“Kakak mau kemana?”

“Aku mau beli makanan dulu buat kita. Kamu pasti lapar kan?”

“I.. Iya, Kak. Kita pesan lewat aplikasi Go-Food aja, kak. Kakak gak perlu pergi keluar.”

“Kamu ada aplikasinya?”

“Ada.” Terlihat dia tengah mengambil ponsel dari saku celananya.

“Nih, kakak yang pesan.” Ucapnya sambil memberikan ponselnya padaku. Kali ini ponselnya berbeda dari yang kemarin waktu dijadikan mahar untuk menikahiku. Sekarang warnanya berubah jadi warna biru. Sejak kapan dia gantinya? Setahuku dia tidak pergi kemana-mana. Lalu, kemana ponselnya yang itu?

“Kamu mau makan apa?”

“Aku nasi ayam teriyaki aja kak.”

“Oke, aku pesan ya.”

“Kakak pesan apa?”

“Disamain aja kayak kamu, biar cepat.” Jawabku. Dia sekilas tersenyum.

Sewaktu aku lihat saldo gopay nya, hampir saja aku dibuat terkejut. Banyak sekali, bahkan aku sendiri tak pernah mengisi saldo gopay ku sebanyak itu. Paling banyak ya tidak sampai lima ratus ribu, sementara dia saldonya sekitar tiga juta lebih. Apa dia sering memesan makanan diaplikasi itu ya? Ah entahlah. Aku jadi gerah sekarang, ingin mandi rasanya.

Aku memutuskan untuk mandi barang sebentar, sambil menunggu pesanan makanannya datang. Kebetulan juga jarak yang ditempuh oleh ojolnya lumayan jauh, berjarak sekitar 3km. Tapi sepertinya Bara tak suka jika aku tinggal pergi. Padahal kan aku masih di dalam kosan. Tidak kemana-mana. Manja sekali dia. Huh!

“Kakak mau kemana lagi?” Tanyanya menahanku agar tidak pergi. Sudah seperti momong anak kecil yang tak ingin ditinggal pergi.

“Aku mau mandi.”

“Jangan lama-lama ya, Kak.”

“Iya, iya. Sebentar doang kok, Bar. Kamu kayaknya gak suka kalau aku tinggal sebentar aja.”

“Aku takut sendirian, Kak.”

Gemas juga lihat ekspresi wajahnya yang tegang gitu saat dia bilang takut kalau aku tinggal. Haha!

“Kan aku disini, sama kamu. Kalau ada apa-apa, teriak aja panggil kakak.”
Ucapku sambil mengusap telapak tangannya. Aku jadi teringat dengan adikku.

“Kakak bisa romantis juga ternyata.” Ucapnya sambil cengengesan. Mulai lagi deh dia buayanya.

“Emang ya? Perasaan biasa aja, ah. Yaudah kamu diam aja gak usah banyak gerak. Aku mandi gak akan lama kok.”

“Tapi setelah mandi gak usah dipakai lagi kerudungnya.”

“Iya, iya. Bawel banget kamu.” Gerutuku. Dia tersenyum menyeringai. Hilih, pengin tak jewer telinganya.

Aku bergegas untuk mandi, tak lupa membawa pakaian dan handuk serta peralatan mandi yang sudah kuambil dari koperku. Aku memang belum sempat beres-beres, karena tak sempat yang harus merawat Bara yang tiba-tiba jatuh sakit.

Tanpa membuang banyak waktu, hanya sepuluh menit waktu yang kubuang untuk melakukan ritual mandiku. Buru-buru ku mengeringkan rambutku yang basah, dan tak lupa setelah itu memakai pakaian ala kadarnya. Hanya memakai kaos panjang berbahan sutra dan celana bahan biasa kupakai di dalam rumah.

Tapi sayangnya Bara melarangku untuk menggunakan hijab jika di dalam rumah. Huh, belum juga jadi Suami sungguhan, tapi sudah banyak ngatur.

Ceklek

Dinikahi BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang