"bagaimana hari ini sayang? Semua berjalan lancar bukan?" Ucap seorang wanita yang sudah cukup berumur itu sembari tersenyum, sebenarnya itu senyum yang indah kalau saja orang yang ditanyai itu tidak dalam keadaan ketakutan.
"Ma-maa."
Anak itu tak bisa lagi menyembunyikan rasa takutnya, kini badannya sudah bergetar hebat karena melihat wanita yang ia sebut mama itu mendekat ke arahnya. Ia menutup matanya takut hingga sebuah elusan di rambutnya membuatnya membuka mata dan takut takut melihat ke arah mamanya itu. Ia merasa sedikit lega karena ternyata apa yang ia takutkan tak terjadi, namun rasa lega itu tak bertahan lama karena ia saat ini tengah meringis kesakitan merasakan rambutnya ditarik keras."Bukankah mama pernah bilang sayang, mama ingin melihat hasil yang sempurna, apa kau tak bisa menjadi seseorang yang berguna untuk mama? Apa Jay tak menyayangi mama lagi? Baiklah mari ikut mama sebentar, ya sayang??" Ucap orang itu lalu menarik paksa Jay yang memohon untuk dilepaskan.
"Ma,, maa Jay mohon lepaskan maa, ini sakit maa,, hiks maa" tak ada satupun kata kata nya yang didengarkan oleh mamanya seolah olah mamanya itu tuli. Dan disini mereka sekarang, sebuah ruangan yang bercahaya remang mendominasi merah darah dengan jay yang terduduk ketakutan melihat mamanya berjalan ke sebuah lemari.
"Mama hanya akan mendisiplinkan kamu sayang, mama akan memberikan hadiah kalau Jay mendapatkan hasil yang sempurna, dan mama terpaksa harus menghukum jay kalau sebaliknya bukan?? Jadi diamlah sampai hukuman ini selesai ya? Sayang?"
Memang sangat ringan mulut wanita itu dalam berkata, ia seolah sangat menyayangi Jay dengan menampilkan senyumnya padahal ia adalah seseorang yang menjadi sumber rasa sakit Jay, Jay hanya bisa terdiam sambil memeluk dirinya sendiri ketakutan.Ctass
Satu cambukan mendarat di punggungnya yang bahkan masih terlihat bekas cambukan kemarin, entah yang sudah mengering ataupun yang masih terlihat baru.
"Ma-maaf ma, Jay nggak akan ulangi lagi ma,, Jay akan berusaha lagi ma, jangan pukul lagi." Mohon jay yang kesekian kalinya, ia sudah merasa lelah, bahkan ia merasa sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya. Ia tak peduli lagi akan punggungnya yang terkoyak akibat cambukan itu, ia hanya ingin mamanya menghentikan semua yang dilakukannya.
"Kau terlalu berisik sayang, diamlah maka semua akan selesai." Ucap wanita itu tenang lalu melanjutkan apa yang ia lakukan tanpa menghiraukan suara kesakitan dari seseorang yang ia sebut anaknya. Sudah berkisar 30 menit berlalu tapi sepertinya ia masih belum puas, hingga ia memutuskan untuk berhenti dan memeluk tubuh penuh darah itu.
"Hari ini mama hampir kehilangan pekerjaan sayang, mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Maafkan mama ya sayang, maaf kalau mama berlebihan." Jay sudah tak bisa berkata kata lagi, ia tau ia hanya dijadikan pelampiasan dari semua masalah mamanya, ia sadar tak akan pernah menemukan keluarga atau sosok yang akan menyayangi nya dengan tulus, ia sudah menjalani hidup seperti ini sejak lama, dan kini itu terulang kembali.
Ya, Jay adalah anak adopsi. Ini adalah keluarga ketiga yang ia tinggali. Tak ada kisah bahagia dalam hidupnya. Di keluarga kandungnya bahkan ia juga merasakan penyiksaan, ia adalah anak yang tak diinginkan karena ia adalah anak diluar pernikahan, ia bertahan di rumah itu hanya karena neneknya yang sangat menyayanginya, tapi setelah neneknya meninggal tak ada seorang pun dalam hidup Jay yang memberikannya kasih sayang, lalu ia di tempatkan di panti asuhan karena ayah tirinya membenci kehadiran Jay, dengan mudahnya mama kandung Jay meninggalkan nya di panti asuhan saat Jay berumur sekitar 10 tahun.
***
Keesokan paginya Jay pergi ke sekolahnya seperti biasa tanpa menghiraukan rasa sakit yang sangat terasa itu. Ia merasa ini lebih baik daripada ia harus dicambuk lagi karena tak masuk sekolah.
" Hai jayie,, mau makan bersama?" Tanya seseorang yang baru datang itu sambil tersenyum memegang kedua tangan Jay.
"Oh jakey,, baiklah." Ucap Jay tersenyum. Jake adalah salah satu temannya yang menghiraukan ocehan Jay yang menyuruhnya menjauh agar tak terkena bully, tapi Jake kekeh ingin berteman dengan jay. Dan sekarang jay faham kenapa Jake tak takut kalau dia akan dibully karena tunangan Jake adalah pemilik sekolah ini. Itu membuat Jay tak lagi dibully selama ada Jake disampingnya. Memang terlihat seperti memanfaatkan tapi Jake sendiri yang bilang kalau,,
"Pokoknya bilang sama orang yang akan gangguin jayie kalau jayie adalah teman terbaik Jake, mengerti?"
Mereka berjalan menuju kantin dan duduk setelah memesan makanan.
"Mukanya Jay kok kelihatan pucat sekali?? Apa Jay sakit??" Tanya Jake khawatir.
"Semalam jay belajar terlalu malam, jadi Jay kurang tidur." Jawab Jay lalu mempoutkan bibirnya lucu.
"Kan sudah Jake bilang,, atur waktunya Jay, kalo Jay sakit nanti Jake sama siapa??" Jay terkekeh mendengar ucapan Jake, astaga anak ini sangat lucu.
"Kan ada sunghoonie Jake, ah ya apa dia belum datang?? Kemana dia?"
" Hoonie nggak bilang Jake mau kemana jadi Jake Nggak tau deh." Belum lama mereka membicarakan sunghoon orangnya datang.
"Kalian emang suka ya bicarain orang, mana masih pagi lagi."
"Ih,, jangan duduk deketnya Jake sunghoon, jauh jauh sana."
" Kalian bertengkar??" Tanya Jay pada mereka bingung.
"Tidak Jay, Jake hanya sedang tak ingin bicara denganku. Biarkanlah saja." Ucap sunghoon bergeser tempat duduk.
"Jake marah sama sunghoon tuh soalnya kemaren Jake lihat sunghoon,, hmm, lepwaaaassss" belum selesai Jake menjelaskan sunghoon menutup mulut Jake.
"Jake lihat apa??" Tanya Jay penasaran.
" Jake nggak lihat apa apa kok Jay, hehehhe,, kalian pesan apa??" Tanya sunghoon setelah melepaskan tangannya dari mulut Jake. Jake bergeser tempat menjadi sangat dekat dengan jay dan memicingkan matanya ke arah sunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Randomterkadang apa yang kau lihat tak membuat kamu mengerti akan maknanya, hujan yang turun dengan sangat deras memang terlihat menakutkan tapi bagi beberapa orang hujan itu mampu membuatnya tersenyum, ada juga yang membencinya karena suatu hal dan ada y...