13.

372 41 11
                                    

Sudah sekitar 30 menit lebih Jay menerima hukuman dari mamanya. Ia tak bisa mengeluarkan suara apapun baik suara tangis ataupun erangan rasa sakit. Luka di punggungnya masih terlihat jelas dan kini luka itu terbuka lagi.

Mamanya benar benar melampiaskan semuanya hari ini. Jay di cambuk, di tendang hingga kepalanya terbentur ranjangnya, di tampar berkali kali dan itu tak memiliki jeda.

"Mama sayang sekali Jay sama kamu. Mama fikir kamu juga menyayangi mama, tapi nyatanya kamu nggak melakukan apa yang mama inginkan. Kenapa kamu nggak menurut sama mama jay?? Apa mama berbuat salah padamu?? Kenapa kamu nggak jawab pertanyaan mama Jay?? " Ucapnya sambil mencengkeram erat pipi Jay hingga kukunya yang tajam dan panjang itu menggores pipi Jay.

Jay meneteskan air mata karena ia merasakan sakit. Ia tak bisa menentukan bagian mana dari tubuhnya yang sakit karena sekujur tubuhnya sangatlah sakit menurutnya

"Kenapa kamu cuma nangis Jay?? Kenapa kamu nggak jawab pertanyaan mama?? Mama merindukan Jay yang penurut. Mama menyayangi mu Jay." Ucapnya sambil mengelus Surai Jay beberapa kali.

Sayang?? Jay dulu sangat mempercayainya, lambat laun Jay meragukannya, mamanya tak pernah membentaknya, dengan kata selembut itu mamanya memperlakukan Jay selama ini. Jay memang punya perjanjian dengan mamanya. Jay sering merasa lelah dan ingin mengakhiri semuanya dan disaat itulah pasti ada mamanya yang memeluknya dan memberi kata kata penenang.

Jay benar benar dibuat bingung. Ia bingung dengan keadaan, ia sudah tak punya siapapun untuk bisa ia percaya selain teman dan mamanya. Ia tak ingin membawa masalahnya pada temannya. Ia ingin bertahan sendiri tapi kadangkala ia merasa lelah. Dan hari ini bahkan Jay siap dengan segala keadaan termasuk pergi dari dunia ini. Kalaupun itu terjadi, Jay merasa itu adalah takdir terbaik yang Tuhan berikan untuknya. Jay sudah mempersiapkan segala hal. Karena saat ini pun ia sudah tak bisa merasakan sakit apapun karena terlalu banyak luka yang ia miliki dalam hidup nya.

"Mama lelah Jay, mama akan istirahat. Jadi, kamu juga harus istirahat ya sayang. " Usapan di kepala Jay memberat di gantikan jambakan kuat dari mamanya. Tanpa rasa kasihan mamanya menarik rambut Jay tapi masih tersenyum seolah tak ada yang ia lakukan. Ia melepas tali yang mengikat Jay

"Selamat malam sayang." Lanjutnya melepas tangannya lalu berjalan ke arah pintu. Ketika melihat mamanya akan mematikan lampu, Jay yang sudah sadar akan sekitarnya itu pun menggeleng dengan keras.

"Maa Jay mohon maa,, Jay takut gelap. Hiks. Jangan dimatikan ya ma, hiks Jay mohon hiks." Jay mencoba untuk berdiri tapi badannya terlalu lemah untuk itu. Mamanya kemudian mendekat lagi ke arah Jay

"Apa sekarang Jay mencoba memerintah mama?? Kenapa disaat mulut Jay terbuka Jay banyak bicara?? Jadii,, bisaKAH KAU LEBIH BAIK DIAM DAN JANGAN PERNAH MEMBUKA MULUTMU LAGI JAY. KAMU MEMBUAT SEMUANYA KACAU DAN BERANTAKAN. AKU LELAH DENGANMU." setelah berteriak seperti itu mamanya Jay langsung keluar dan mematikan lampu kamar itu dan berlalu pergi

Jay beruntung malam ini cahaya bulan sangatlah terang hingga gelap ini tak begitu terasa gelap baginya. Tapi bukan di sana masalahnya.

"Hiks hiks tenapa badan ceongie cakit cemua na?? Hiks hiks. Dingin cekali."

Di sebuah tempat.

"Kenapa??" Itulah kata pertama yang Jungwon katakan setelah tiba di suatu tempat guna menemui seseorang yang menelfon nya.

"Maaf karena ada kesalahan, kami tiba tiba di serang ketika kami akan membawanya ke markas." Ucap salah seorang dari mereka.

Tanpa berkata apapun Jungwon menodongkan pistol yang ia bawa

"Keluar." Ucapnya tanpa melepas todongan pistol pada lelaki tadi. Beberapa saat tapi tak ada yang keluar dan tanpa mendengarkan ocehan orang itu yang berusaha meyakinkan Jungwon kalo ia adalah orangnya, Jungwon menembaknya tepat di kepala orang itu.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang