15.

424 40 9
                                    

"aku dapet kabar dari kak soobin, semalem dia kesini trus ngobatin Jay. Dia bilang kondisi Jay parah. Nggak mau jelasin gimana kronologinya?? Setauku kamu kemarin ada urusan sama mereka bukan??" Tanya sunoo panjang lebar ketika Jungwon baru saja datang.

"Aku bertemu dengannya ketika pulang." Ucapnya lalu melirik sekilas ke arah Riki

"Ah,, kufikir mungkin ada orang dalam yang membantu Jay melarikan diri dari tempat itu, kejadiannya rapi banget bahkan nggak bisa terdeteksi,, aku pikir mereka ada hubungannya." Ucap Riki lalu meminum minuman yang baru diantarkan untuk mereka

"Kau menutupi sesuatu dariku??" Tanya Jungwon tanpa melihat ke arah Riki.

"A-ah,, maksudmu apa?? Semua berjalan sesuai rencana tenang saja." Jungwon mengepalkan tangannya erat,, sunoo yang paham situasi segera bertindak

"Jungwon,, emosimu sedang tak bisa kau kendalikan. Aku tau kau sudah tau semuanya, tapi tolong jangan lihat di satu sisi saja. Dia sudah berubah, dan kau sendiri tau kalau dia adalah Bone.." belom selesai menjelaskan Jungwon membanting gelas yang ia pegang lalu menatap tajam ke arah sunoo dan riki.

"Jangan pernah lupa kak,, orang itu yang aku lihat pake mata kepala aku sendiri orang yang ngebunuh mama. Dan jangan pernah lupa atas apa yang terjadi dengan Daddy." Pandangan mata Jungwon semakin menajam. Riki terdiam, dia takkan bisa menjelaskan apapun pada Jungwon jika emosinya masih memuncak begini. Paling tidak sunoo lah yang bisa meredakan emosi Jungwon.

"Jungwon,, jangan menyudutkan Riki, kita harus melakukan ini kalau ingin semuanya berjalan lancar. Egois nggak akan pernah bisa menyelesaikan apapun. " Jungwon pergi keluar dengan tangan yang masih terkepal dan juga emosinya yang masih memuncak, ia menuju taman yang berada di rumahnya. Ia hanya tak ingin meluapkan emosinya pada orang yang salah.

Ia duduk di salah satu kursi taman dan menutup matanya untuk menetralkan amarahnya, hingga beberapa saat ada tangan yang menyentuh tangannya. Entah mengapa ia tak merasa keberatan atasnya.

"Hyungie Ndak apa??"
'ah suara ini.' ia membuka pelan matanya dan terlihat di sampingnya Jay yang menatap khawatir ke arahnya. Matanya berkaca kaca seakan ingin menangis.

"Ada apa?? Kau membutuhkan sesuatu??" Tanya Jungwon pelan sambil tersenyum. Pertanyaan Jungwon tadi di balas gelengan oleh Jay, bibir Jay seakan siap untuk menangis karena mukanya terlihat memerah menahan tangis.

"Hyungie janan cedih na, hyungie olang baik,, ceongie cayang hyungie. Hiks,, mau peluk hyungie boleh??hiks" Jungwon terdiam mendengar perkataan orang di hadapannya ini, orang baik katanya?? Ah benar, anak ini sama sekali tidak tau seberapa kotor Jungwon, ia lalu merentangkan tangannya.

Di luar dugaan,, Jungwon fikir hanya sekedar peluk biasa, tapi Jay justru berdiri dan duduk di pangkuan nya. Dan memeluk Jungwon erat sekali.

Jay menangis di bahu Jungwon, sedangkan Jungwon hanya mencoba untuk membalas pelukan itu. Sampai ketika raut wajah Jungwon berubah ketika mendengar bisikan jay

"Hyungie,, ayie lelah cekali. Ayie celalu cedih dan nangic hiks,, ayie Ndak mau kelual hyungie,, apa ceongie jahat??hiks" Jungwon sangat ingin mendengar penjelasan tapi ia menahannya karena ini adalah Seongie bukan Jay,, dan Jay masihlah menangis di bahunya.

Semilir angin di taman itu membuat keduanya mengantuk, tapi Jungwon menahannya karena ia harus menjaga bayinya yang sepertinya akan tertidur.

"Ternyata menutupi semuanya bukan hal yang tepat." Ucap Riki melihat ke arah taman dari balkon.

"Tenanglah Riki, semuanya sudah masuk dalam rencana." Ucap sunoo menatap ke arah taman dengan matanya yang sendu.

"Apa mereka akan baik baik saja kalau dibiarkan di luar??" Tanya Jake yang baru datang dengan sunghoon di belakangnya.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang