Krisnala menghentikan kegiatannya. Sejak jam setengah lima tadi ia berkutat di meja dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi. Wanita itu berjalan masuk ke kamarnya. Ia akan mandi lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Sebelum masuk ke dalam kamar. Ekor matanya melirik dua pintu yang bersebelahan dari kamarnya. Nala mengerutkan keningnya, dua penghuni yang juga tinggal di rumah itu ternyata belum bangun juga padahal jam menunjukkan pukul 06.15.
"Udah lah nanti aja. Dari pada nanti di bangunin marah marah. Mendingan aku mandi dulu." Ujar Nala. Ia memegangi gagang pintu kamarnya lalu masuk ke dalam.
Setelah mandi, kini Nala sudah mengenakan baju dinasnya. Ia duduk di depan cermin kaca sambil menyisir rambut lurus tanpa gelombang itu. Netranya memandang tajam cermin itu.
Flashback...
"Nala... ibu dan bapak berangkat dulu. Disini hati hati, jaga kesehatan, jangan lupa makan, dan jangan lupa ingat sama ayah ibu. Semoga tuhan selalu melindungimu nak."
"Iya buk. Ibu sama ayah juga jaga kesehatan disana."
"O iya buk. Nanti kalau udah pulang aku minta tolong belikan makanan khas daerah sana ya." Matanya berbinar dengan kedua telapak tangan disatukan
Wanita itu mengangguk. "Bunda berangkat dulu." Wanita itu melepas pelukan dari anaknya. Ia beranjak pergi menuju mobil yang di dalamnya sudah ditunggu oleh suaminya.
Nala meneteskan air matanya deras. Dari lubuk hati yang paling dalam, ia merasakan akan terjadi sesuatu saat orang tuanya pergi.
Nala tersenyum penuh arti. Tangannya melambai lambai ke arah mobil yang kini mulai menjauh dari pekarangan rumahnya.
**
"Ibu sama bapak kapan kembali? Nala udah lama nunggu Ibu sama bapak di sini sendirian. Nala capek buk pak selalu di suruh - suruh sama mamah Irma, ditambah lagi Winda yang selalu minta apa - apa seenaknya sendiri."
"Andai waktu bisa di putar. Biarkan Nala aja yang pergi dulu." Sesalnya. Ia mengingat ingat betul kejadian di mana ibu dan bapaknya pamit untuk pergi keluar kota karena ada urusan pekerjaan, tapi kenyataannya hingga kini keduanya tak kunjung balik.
Nala menyeka air mata yang membasahi pipinya. Ia menaruh sisirnya di nakas lalu beranjak pergi keluar kamar.
"Pagi bun..." Sapa Nala di kala Irma duduk di meja makan.
Irma hanya membalas dengan deheman. Wanita itu melanjutkan mencari baju baju mewah di aplikasi onlinenya itu.
"Winda mana bun. Udah bangun belum?" Tanyanya
Irma melirik sekilas. Satu tangannya mengucek kelopak matanya "Lagi mandi." Ketus Irma "Kamu jadi kakak, tau udah siang malah ngak bangunin adiknya. Kalau Winda telat gimana. Kamu mau tanggung jawab. Ngak kan?" Cemoohnya
KAMU SEDANG MEMBACA
GALARIAN
General FictionMenjadi anak yang terlahir dari keluarga kaya raya merupakan impian semua orang. Namun, siapa sangka? dibalik kemewahan serta kekayaan sebuah keluarga ternyata menyimpan banyak sekali rahasia rahasia besar di dalamnya. . . . "Kamu nggak mau kan kelu...