008

117 12 3
                                    

Dengan jantung yang berdegup kencang, Nala memberanikan diri membuka knop pintu ruangan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Nala memberanikan diri membuka knop pintu ruangan besar. 

Hampir dua puluh lima perusahaan sudah ia pijaki, tak ada satu pun yang menerimanya untuk bekerja akibat orang tua Niko. Untuk menjadi office girl pun tak ada juga yang menerimanya

Ini kesempatan terakhir sebelum akhirnya ia pasrah untuk tak lagi melamar pekerjaan di perusahaan besar.

"Permisi." Nala melangkahkan kakinya masuk dengan jantung berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

"Masuk." Seorang HRD pria mengedarkan pandangannya setelah melihatnya berdiri di ambang pintu

Nala tersenyum lalu melangkahkan kakinya lebih dalam ke ruangan itu. 

"Dengan ibu Nala?" Tanya HRD tertuliskan Andi di dada sebelah kanannya

Tangan sebelah kirinya menggeser sedikit kursi terbuat dari busa itu lalu mendudukkan tubuhnya setelah di rasa pas.

"I-iya saya sendiri. Ini semua persyaratan yang sebelumnya perusahaan ini minta" Nala mengangguk lalu menyerahkan berkas - berkas miliknya ke atas meja 

"Saya cek terlebih dahulu lalu akan saya ajukan ke bos. Jika nanti bos saya menyetujui anda. Kami akan melakukan interview lebih ke anda."

"Baik pak." Jawabnya singkat

Sambil menunggu Andi mengecek semua berkasnya, sesekali Nala melihat seisi ruangan besar yang ia pijaknya

Pandangannya seketika terhenti setelah salah satu foto berhasil mencuri perhatiannya. Ia sepertinya tak asing dengan orang di dalam bingkai foto itu.

"Mungkin lain orang."  Ujar Nala dalam hati. Memandangi bingkai foto itu semakin lama membuatnya ingat siapa dia

"Semuanya sudah lengkap. Ibu bisa menunggu terlebih dahulu di luar sebelum bos saya memutuskan."

Nala mengangguk, ia beranjak dari kursi itu lalu keluar dari ruangan

*

"Bagaimana pak. Sebelum bekerja di sini dia ada minusnya." Tanya Andi.

"Saya bisa bertemu dengan dia. Sepertinya saya kenal dengan wanita itu." Ujar lelaki menghadap ke arah dinding dengan salah satu sikunya sebagai tumpuan di kursi

"Bisa pak."

"Suruh dia masuk kedalam ruangan saya sekarang."

"Tapi pak. Bukankah di ruangan ini hanya orang penting saja yang boleh masuk." Paparnya

"Suruh saja dia masuk."

"Baik pak." Andi mengangguk paham lalu keluar dari ruangan tersebut

Tak lama setelah itu, Andi membawa Nala masuk kedalam ruangan milik bos besarnya itu.

GALARIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang