004

184 14 0
                                    

Nala menyalakan air yang ada dikamar mandinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nala menyalakan air yang ada dikamar mandinya. Ia berdiri di bawah air yang muncul dari kepala shower. Netranya memejam dengan air mata membanjiri pipinya.

Nala menelan salivanya susah payah.

Tubuhnya mundur ke belakang hingga menyentuh tembok. Ia terus saja menangis sedih. Rahangnya sejak tadi bergetar. Tubuhnya mulai merosot ke bawah. Nala menangis dengan memeluk kedua lututnya.

Nala terus menangis. Air matanya semakin tumpah. Bayang - bayang beberapa jam lalu kembali berputar di otaknya.

Tubuhnya hancur karena ulah muridnya itu. 

"Kalau aja waktu bisa diputar. Aku pasti ngak akan ngirim foto itu ke orang tuanya."

"Semua ini terjadi memang karena salahku."

"Harusnya aku bisa lebih sabar menghadapi murid sepertinya."

"Ada banyak cara selain itu. Tapi kenapa aku begitu bodohnya melakukan hal itu."

"Aku harus gimana. Kalau Ibu sama Bapak tau dia sana, pasti mereka akan benci sekali sama aku. Apa lagi kalau mamah Irma tau. Pasti dia akan ngehajarku habis - habisan. Belum lagi kalau sekolah tau"

Nala mengusap ingus yang keluar dari hidungnya. Ia menarik nafasnya dalam. Menghilangkan penyesalan yang telah ia lakukan beberapa jam yang lalu. 

Hasilnya tetap sama. Penyesalan itu kembali berputar di otaknya

"Aku memang bodoh. Aku ngak pantas buat siapapun." Nala semakin mengeraskan tangisannya

"Aku ngak pantas untuk ditiru. AKU BODOH. BODOH SEKALI."

Nala menangis dibawah air shower yang mengenai tubuhnya. Sungguh, ini bukan kejadian yang diinginkannya. Mau bagaimana pun, nasi telah menjadi bubur. Nala tak bisa berbuat apa - apa lagi, ia sangat - sangat pasrah akan keadaan yang menimpanya.

Wanita itu kembali bangkit dari duduknya. Ia menghapus seluruh sisa air mata. Tangannya meraih sabun yang ada di samping tempat ia berdiri saat ini.

***

Setelah mandinya tadi selesai. Nala memilih untuk mengurung diri di kamarnya. Ia terus menatap langit langit kamarnya. 

"Gimana kalau nanti seluruh sekolah tau aku hamil tanpa seorang suami." 

"Gimana masa depan aku. Gimana status aku yang sekarang jadi guru." Butiran air mata berhasil lolos dari kelopak matanya.

Nala menatap kosong. Dalam hatinya, ia selalu menyalahkan perbuatannya tadi. Ia sungguh menyesal. sungguh menyesal

"Ngak... Ngak... Ini ngak bakalan terjadi."

"Enggak.............." Nala terbangun dari tidurnya. Ia duduk dari posisi tidurnya. Nafasnya tersengal - sengal. Jantungnya berdegup sangat kencang.

GALARIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang