Pagi buta ini Gala akan berangkat ke sekolah. Ia tak ingin jika berangkat seperti biasanya akan disuguhi pertanyaan tak berkelas dari Retno.
Gala berjalan keluar kamar. Kedua tangannya memasang dasi di kerah bajunya sambil menuruni anak tangga.
"Mamah belum bangun kan Bi?" Tanya Gala.
Pembantu bernama Ayu tersentak kaget. "Astagfirullah aden. Untung piring yang bibi pegang ngak pecah."
"Jangan di ulangi lagi den. kalau piringnya beneran pecah nyonya bisa marah besar sama bibi."
Gala tersenyum cengengesan, dia memang sengaja datang tanpa menimbulkan suara untuk mengageti Ayu.
"Iya bi maaf. Mamah belum bangun kan?" Tanyanya lagi
"Belum den. Tapi tadi pak bos ke belakang ngak tau lagi ngapain." Ucapnya kembali melanjutkan mencuci piring
Gala mengangguk paham. ia menggeser salah satu kursi untuk duduk sambil menunggu satu asisten rumah tangganya lagi datang membawa sarapan.
"Pagi aden. Ini sarapannya. Sesuai sama request yang tadi malam aden minta dan ini susunya."
Satu pembantu lagi bernama Inah itu datang dengan membawa nampan. Ia memberikan semua isi yang ada di nampan ke hadapan Gala
Gala tersenyum "Makasih bi."
Inah membalas senyuman Gala. Ia kembali lagi ke dapur belakang untuk menyiapkan sarapan yang lain.
***
Gala berjalan sendiri menyusuri koridor sekolah. Laki laki itu berjalan dengan hoodie hitam masih terpasang di tubuhnya, tak lupa kacamata hitam bulat bertengger di atas hidungnya.
Pagi ini Gala berangkat tak seperti biasanya. Ia diantar oleh Doni. Saat mengambil kendaraannya di garasi, Doni mengajaknya untuk berangkat bersama.
Sebenarnya, yang di ucapkan oleh Ayu tadi memang benar. Doni ke belakang untuk menyelinap melalui taman samping menuju garasi.
Pagi buta juga ia berangkat ke kantor untuk menghindari pertengkaran antaranya dengan Retno.
Saat berjalan di koridor, Gala berpapasan dengan Winda. Wajahnya terlihat murung, dari matanya ia melihat seperti ada sesuatu yang terpendam namun dia ingin mengungkapkannya tapi tak tau ke siapa.
"Win..." Panggi Gala
Winda menghentikan langkahnya. Ia berhenti di samping Gala
"Kenapa kak?" Winda memutar tubuhnya ke samping
"Lo kenapa. Kok murung gitu wajahnya?"
Secepat kilat, Winda mengubah ekspresi wajahnya. Ia menggelengkan kepalanya cepat "Aku ngak papa kok kak. Aku permisi dulu."
Winda berjalan dengan cepat meninggalkan Gala sendiri.
Gala cengo melihat ekspresi wajah Winda tadi. Ia mengangkat bahunya lalu berjalan lagi ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALARIAN
General FictionMenjadi anak yang terlahir dari keluarga kaya raya merupakan impian semua orang. Namun, siapa sangka? dibalik kemewahan serta kekayaan sebuah keluarga ternyata menyimpan banyak sekali rahasia rahasia besar di dalamnya. . . . "Kamu nggak mau kan kelu...