"MAU KERJA DIMANA KAMU HAH. KERJA DIMANA." Sentak Irma.
Irma menjambak rambutnya frustasi. Ia mendekatkan tubuhnya ke Nala yang kini menatap dirinya melalui pantulan cermin
"KERJA DI MANA MAMAH TANYA" Sentaknya lagi dengan penuh penekanan. Irma berdiri di samping Nala dengan bertolak pinggang
Nala diam membisu. Sesekali ia menyeka air mata yang mengalir membasahi pipinya. Hal ini sudah diduganya sejak tadi.
Walaupun Irma sedang diluar kota, mendengar kabar dari Winda jika Nala di pecat dengan tergesa - gesa ia segera balik meninggalkan acara bulanan bersama gengnya.
"KALAU KAMU NGAK KERJA. MAMAH SAMA WINDA MAU MAKAN APA. MAU HIDUP PAKAI APA"
Irma menggunakan sebelah tangannya untuk mengambil botol parfum milik Nala. Tangannya mengepal kuat di permukaan botol itu.
"LISTRIK SIAPA YANG BAYAR." Tunjuknya menggunakan tangan sebelah kiri
"SIAPA?" Bentaknya lagi
Botol yang tadi dipegang Irma hampir saja mendarat di dekat mata Nala. Untung saja ia segera menepis kuat botol itu sehingga tidak mengenainya.
Nala merebut paksa botol parfum yang ada di tangan Irma. Setelah mendapatkannya ia membuang ke sembarang arah.
"Kalau sampai besok kamu masih belum dapat kerjaan. Siap - siap kamu pergi dari rumah ini." Irma membanting tubuhnya kasar di kasur. Ia mengambil guling panjang milik Nala
Dug...
Suaranya terdengar keras. Irma menghantam kuat kepala Nala hingga mengenai tembok. Nala meringis sambil memegang kepalanya yang sedikit berdenyut akibat terkena tembok
Air matanya kembali lolos sangat deras dari pelupuk matanya.
"Mamah tanya sekali lagi." Irma menghela nafas
"Mamah sama Winda mau makan apa kalau kamu ngak kerja?"
"MAKAN APA"
Pintu kamar Nala terbuka. Batang hidung milik Winda terlihat jelas dari pantulan cermin
"Mah, Tadi pagi kakak ngancem aku." Ujar Winda dengan senyum simrik
"DIA NGANCAP APA" Irma menengok kearah Winda, ia beranjak menghampiri Winda yang kini masih berdiri diambang pintu
"Kalau aku ngak berangkat bareng, Kakak mau cabut semua biaya hidup kita." Ujarnya sedikit berbohong. Hal ini membuat Irma semakin emosi. Berani sekali anak angkatnya itu
"SEKARANG KAMU BERANI SAMA MAMAH." Irma mendorong kuat kepala Nala dari belakang
Nala hanya diam. Ia menghembuskan nafasnya penuh arti, sambil memohon kejadian ini akan segera terhenti dan tidak akan hinggap lagi di kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALARIAN
General FictionMenjadi anak yang terlahir dari keluarga kaya raya merupakan impian semua orang. Namun, siapa sangka? dibalik kemewahan serta kekayaan sebuah keluarga ternyata menyimpan banyak sekali rahasia rahasia besar di dalamnya. . . . "Kamu nggak mau kan kelu...