1 - TOGETHER

36.8K 2.8K 533
                                    


MASA KINI

Acha membaca kembali buku catatannya, merapikan beberapa notesyang ada di sana. Ujian Blok sebentar lagi tiba, Acha berusaha keras untuk mengejarnya. Acha terkadang frustasi dengan dirinya sendiri, karena beberapa ingatannya masih samar membuat tingkat kepintarannya tidak semaksimal saat dia masih SMA.

"Masih ada yang nggak paham?"

Acha menoleh ke samping, tersenyum melihat sang kekasih. Siapa lagi jika bukan Iqbal.

Acha senang melihat Iqbal akhirnya keluar dari kamar mandi. Jadi, dia bisa meminta Iqbal untuk mengajarinya.

Acha mempersilahkan Iqbal duduk di sampingnya, cowok itu segera duduk sembari tangan menepuk pelan puncak kepala Acha, memberi semangat.

"Rambut Iqbal keringin dulu," protes Acha.

Iqbal terkekeh pelan. Ia menyerahkan handuk kecilnya ke Acha.

"Bantuin," rajuk Iqbal seperti anak kecil.

Acha berdecak pelan kemudian menerima handuk kecil Iqbal. Setelah banyak rintangan dan masalah mereka lalui setahun terakhir ini, sikap Iqbal ke Acha berubah lebih manja dan protektif. Tapi, Acha tetap menyukainya.

Iqbal membalikkan seluruh tubuhnya menghadap ke Acha kemudian menundukkan sedikit kepalanya agar Acha lebih mudah membantu mengeringkan rambutnya. Acha pun mulai mengusap-ngusapkan handuk kecil di tangannya ke kepala Iqbal.

"Enak ya jadi cowok," ucap Acha tiba-tiba.

"Kenapa?" sahut Iqbal masih dengan kepala setengah tertunduk.

"Samponya nggak cepat habis. Beda sama cewek, sebulan aja bisa habisin satu botol."

"Sebulan?"

"Iya, bahkan kalau keramasnya rutin banget bisa nggak sampai sebulan."

Iqbal mengangkat kepalanya, menatap Acha dengan tatapan tertegun.

"Samponya nggak diminum juga, kan?"

Acha mendesis kesal sembari memukul Iqbal pelan dengan handuk di tangannya. Iqbal masih sempat-sempatnya bercanda.

"Keracunan Iqbal kalau diminum. Bisa mati muda!"

"Boros banget sebulan habis."

"Bukan boros! Rambut cewek lebih banyak lima kali lipat dari pada cewek."

Iqbal manggut-manggut nggak berani memperdebatkan lagi.

"Jadi kamu juga enak," ucap Iqbal kali ini tak mau kalah.

"Jadi Acha? Kenapa?" tanya Acha penasaran.

Iqbal tersenyum kecil, jemarinya menyentuh pipi kanan Acha dan mencubitnya pelan.

"Bisa cantik setiap hari."

****

Iqbal memesankan sushi kesukaan Acha, setelah mengajari Acha selama hampir dua setengah jam akhirnya mereka bisa istirahat dan makan malam. Sejak masuk di Kedokteran dan kelas yang sama, rutinitas keduanya tidak jauh-jauh dari kuliah, belajar dan makan. Ya, waktu bermain pun mereka hanya bisa nyolong-nyolong saat tak ada ujian blok dan ujian pre-test atau di weekend.

"Acha pengin liburan," rengek Acha dengan mulut yang masih dipenuhi sushi.

"Kunyah dulu, Cha," suruh Iqbal.

OUR MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang