MASA DI SMA ARWANA
"Bangun. Gue tau lo nggak pingsan."
Saat itu juga Acha buru-buru bangun dan mendudukan tubuhnya. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Iqbal tau dari mana Acha nggak pingsan?" tanya Acha dengan lugunya.
Iqbal tak menjawab, ia berjalan mendekati Acha, membuat Acha gugup sekaligus takut.
"Aw!" ringis Acha, saat Iqbal dengan sengaja menekan sedikit bahu kanannya yang terkena lemparan bola basket.
Jujur, Acha tak merasakan apapun setelah dibopong oleh Iqbal. Namun saat ini rasa nyeri itu sangat terasa jelas di bahu Acha.
"Sakit Iqbal," ringis Acha.
"Kompres aja di rumah," ucap Iqbal.
Iqbal hendak berbalik untuk beranjak keluar. Namun, Acha dengan berani menahan lengan Iqbal, membuat cowok itu berhenti dan menatap Acha dengan bingung.
"Iqbal mau kemana? Pulang?"
Iqbal melepaskan tangan Acha dari lengannya.
"Hm."
"Acha gimana? Acha pulang sendiri? Bahu Acha masih sakit Iqbal. Kalau Acha tiba-tiba pingsan lagi gimana?"
"Yang sakit bahu lo apa otak lo?" tajam Iqbal.
"Bahu Acha, Iqbal," jawab Acha tertolak.
"Pulang sendiri."
"Acha nggak bisa pulang sendiri. Iqbal nggak ada cita-cita mau anterin Acha pulang?"
"Nggak."
"Kenapa nggak ada? Adain ya Iqbal biar Acha bisa pulang bareng Iqbal," mohon Acha.
Iqbal menghela napasnya sejenak.
"Yang sakit bahu lo apa kaki lo?" tajam Iqbal kedua kalinya.
Nyali Acha kembali menciut, Iqbal terus saja menyerangnya tanpa mau kalah.
"Bahu Acha, Iqbal."
Lalu Iqbal kembali meneruskan langkahnya, ia keluar begitu saja dari UKS. Iqbal benar-benar meninggalkan Acha sendirian. Lagi-lagi Acha hanya bisa tersenyum hampa. Kejadian seperti ini bukan tiga atau lima kali, sudah cukup sering Iqbal meninggalkannya.
Acha memaksakan senyumnya lebar.
"Semangat Acha. Setidaknya Iqbal tadi udah mau bopong sampai UKS!" seru Acha memberi kekuatan ke dirinya sendiri.
Acha bergumam panjang dengan raut wajah sok melidik.
"Jangan-jangan Iqbal sudah mulai ada rasa ke Acha? Bener, kan? Kalau Iqbal nggak suka kenapa Iqbal mau bopong Acha ke UKS? Padahal Iqbal sudah tau Acha pura-pura pingsan?" Acha mulai heboh sendiri.
Acha menurunkan tubuhnya dari kasur, semangatnya kembali berkobar.
"Ya, Acha sangat yakin Iqbal pasti sudah mulai suka dengan Acha. Mungkin Iqbal masih belum sadar perasaanya!"
Acha kegirangan sendiri dengan asumsi yang dibuatnya.
"Acha harus lebih semangat untuk membuat Iqbal menyadari perasaannya ke Acha!"
*****
Acha berjalan membelah lorong setelah yang sudah cukup sepi, Acha merasakan bahunya masih terasa nyeri.
"Cha!!"
Acha mendongakkan kepala ke arah sumber teriakan. Ia melihat Dina dan Dino berjalan cepat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR MARIPOSA
Teen FictionUntuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang selalu merindukan Mariposa ❤️