19 - RENCANA

3.2K 263 2
                                    


MASA KINI

Iqbal memilih tidak menyusul Acha, ia menangkan diri untuk mendinginkan kepala seperti yang diperintahkan oleh sang pacar. Iqbal juga merasa Acha masih dipenuhi emosi. Iqbal takut jika dia menemui Acha sekarang, mereka semakin bertengkar besar.

Iqbal akhirnya pulang ke Apartmennya, mengendarai mobil pelan-pelan dengan pikiran mulai tak fokus.

Iqbal sesekali melirik ke ponselnya siapa tau Acha menghubunginya. Namun, nihil. Acha sama sekali tak menelfonnya atau mengirimnya pesan.

Iqbal menghela napas panjang, menyesali ucapannya ke Acha.

"Maaf, Natasha."

*****

Di tempat lain, Acha meracau sendiri di kamar, masih kesal dengan Iqbal. Biasanya jika bertengkar dengan Iqbal, Acha akan langsung menangis. Namun kali ini, Acha memang menangis tapi tidak menangis hebat seperti pertengkaran-pertengkaran lainnya. Karena, Acha lebih merasa kesal karena ucapan Iqbal.

"Bisa-bisanya Iqbal bilang gitu!"

Acha mengambil gelasnya dan meneguk air putih sampai habis. Kerongkongannya mendadak kering. Emosi Acha terlalu menggebu-gebu.

"Nggak akan langsung Acha maafin! Biar Iqbal bisa intropeksi diri!"

Acha mengeluarkan ponselnya dari tas, kemudian sengaja mematikannya saat itu juga.

****

Iqbal bangkit dari kasurnya, ia langsung memeriksa ponselnya. Masih tidak ada telfon ataupun pesan dari Acha. Dan, Iqbal tau Acha pasti sangat marah kepadanya.

Iqbal mencoba menelfon Acha, namun ponsel gadis itu dimatikan. Jujur, Iqbal mulai resah saat ini.

Iqbal menghela napas panjang.

"Sebaiknya gue ke rumah Acha."

Iqbal bergegas mandi dan bersiap. Ia ingin menjemput Acha untuk berangkat kuliah bersama sekaligus meminta maaf kepada sang gadis. Iqbal sangat tau dia yang salah.

****

Iqbal tidak bisa menemukan Acha di rumahnya, ketika sampai di depan rumah Acha, Iqbal tetap tidak bisa menghubungi Acha. Iqbal menunggu hingga tiga puluh menit dan tidak melihat Acha keluar rumahnya sama sekali.

"Sepertinya dia hindari gue."

Iqbal yakin Acha sudah berangkat pagi-pagi agar tidak bertemu dengannya. Iqbal dengan berat hati berangkat ke kampus sendiri dengan perasaan gusar dan takut.

Bagi Iqbal, Acha adalah gadis yang baik, sabar dan selalu mengerti dirinya. Bahkan, Acha tidak pernah marah kepadanya. Namun, jika Acha sudah marah, sangatlah menakutkan bagi Iqbal. Karena, untuk meminta maaf ke Acha butuh perjuangan lebih, seperti saat ini.

****

Iqbal masuk ke dalam kelas, benar saja Ia menekukan Acha sudah duduk dengan teman-teman ceweknya dan sedang bercengkrama dengan mereka. Gadis itu tidak duduk di kursi yang biasanya ia duduki di sebelah Iqbal.

Bahkan saat tatapanya berpapasan dengan Acha, Iqbal ingin menyapa duluan tapi gadis itu langsung membuang muka, tidak memberi kesempatan bagi Iqbal.

Iqbal lagi-lagi hanya bisa menghela napas pasrah. Iqbal tidak ingin memperbesar masalah atau bertengkar di kelas. Iqbal memilih segera duduk di kursi belakang, membiarkan Acha duduk bersama teman-teman ceweknya.

OUR MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang