MASA KINI
Iqbal mengeluarkan mobilnya dari parkiran rumah. Hari ini dia ada kelas pagi. Iqbal segera beranjak menuju kampusnya.
Saat Iqbal akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba satu pesan masuk di ponselnya. Iqbal memilih mengecek ponselnya terlebih dahulu, melihat pesan tersebut yang ternyata dari sang pacar.
Iqbal segera membukanya.
Natasha Kay
Acha datang bulan hari ini. Mood Acha lagi nggak bagus!
Iqbal langsung menghela napas panjang setelah membaca pesan peringatan dari Acha. Iqbal sudah bisa membayangkan bagaimana beratnya menghadapi Acha yang sedang datang bulan. Gadis itu bisa bertingkah sangat manja atau tiba-tiba bertingkah sangat menyebalkan.
Iqbal memaksakan dirinya untuk mengembangkan senyum, memberi kekuatan kepada dirinya sendiri.
"Semangat, Bal!"
*****
Iqbal masuk ke dalam kelas, ia mengedarkan pandangnya mencari keberadaan Acha yang biasanya selalu duduk di pojokan jika sedang datang bulan seperti ini.
Benar saja, Iqbal menemukan Acha tengah duduk di kursi belakang paling ujung dengan tubuh membungkuk ke meja dan kepala di taruh di meja. Iqbal hanya bisa geleng-geleng saja.
"Pagi yang cukup berat," lirih Iqbal.
Iqbal berjalan mendekati Acha, mengambil duduk di sebelah Acha dengan hati-hati. Iqbal tidak mau mengganggu Acha.
"Beliin Acha teh hangat."
Iqbal tersentak kaget saat Acha tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan menatapnya dengan wajah memelas.
Iqbal tidak tega melihat Acha yang terlihat kesakitan seperti itu. Tangan Iqbal terulur, menyentuh rambut Acha dan membelainya hangat.
"Are you okay?"
Acha menggeleng lemah.
"Sama sekali nggak oke. Perut Acha keram banget sejak subuh. Sakit," rintih Acha.
"Mau ke klinik?"
Acha menggeleng lagi.
"Acha nggak mau absen lagi. Acha harus lulus kelas Prof. Tomi."
Iqbal mengangguk paham, Acha memang paling struggle di kelas profesor Tomi. Lalu, Iqbal berdiri dari kursinya.
"Gue beliin teh dulu."
"Iya, makasih Iqbal."
Setelah itu, Acha kembali membungkuk dan Iqbal keluar kelas menuju kantin untuk membelikan teh hangat.
*****
Iqbal memilih membelikan teh hangat dan juga roti cokelat untuk Acha. Iqbal yakin gadisnya belum sarapan.
"Tumben pagi-pagi sudah nangkring di kantin, Bal."
Iqbal menoleh, mendapati Abdi sudah berdiri di sampingnya entah sejak kapan.
"Beliin Acha," balas Iqbal seadanya.
"Tumben Acha nggak sarapan?"
Iqbal mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR MARIPOSA
Teen FictionUntuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang selalu merindukan Mariposa ❤️