MASA DI SMA ARWANA
Acha memutar-mutar ponselnya dengan gundah. Pelajaran kimia yang sedang diterangkan Pak Bambang sama sekali tidak ia dengar. Fokus Acha terbelah sejak menit pertama pelajaran di mulai.
"Acha," panggil Amanda mulai risih dengan tingkah Acha.
Tak ada jawaban apapun. Amanda menoleh, memperhatikan Acha dengan heran.
"Cha!!" Amanda memanggil sekali lagi, kali ini penuh penekanan.
Acha tersentak, seketika tersadarkan. Acha menoleh ke Amanda dengan bingung.
"Kenapa Amanda?" tanya Acha.
"Lo lagi mikirin apa sih? Dari tadi nggak fokus?"
"Mikirin Iqbal," jawab Acha dengan entengnya.
Amanda menghela napas panjang, harusnya dia tidak bertanya.
"Fokus ke depan. Pak Bambang lagi materi penting."
Acha menatap ke papan tulis dan Pak Bambang sebentar, kemudian kembali memandangi Amanda dengan wajah tak berdosanya.
"Materi ini udah diluar kepala Acha. Nggak perlu Acha dengerin, Acha udah bisa," ucap Acha dengan percaya dirinya.
Lagi-lagi Amanda hanya bisa merutuki ucapannya sendiri, ia melupakan bahkan sahabatnya ini adalah juara olimpiade kimia nasional.
"Lo mending berhenti muter-muter bolpoin dan fokus ke depan!" tajam Amanda.
Acha menggeleng tegas, tak mau menuruti ucapan Amanda.
"Acha sibuk banget Amanda."
"Sibuk apa lagi?" gemes Acha.
"Acha sibuk mikirin gimana Acha bisa semakin deket sama Iqbal dan buat Iqbal suka sama Acha!! Acha nggak boleh menyia-nyiakan sedetik pun waktu Acha!" ucap Acha berkobar.
Amanda hanya bisa geleng-geleng pasrah. Sahabatnya memang sudah dibutakan oleh rasa cinta.
"Terserah!"
"Amanda ada ide nggak?" tanya Acha berharap.
"Nggak ada. Gue juga sibuk!"
"Sibuk apa?"
Amanda memberikan senyum paling manis ke Acha.
"Sibuk lurusin pikiran biar nggak ikut gila kayak lo!"
****
Jam istirahat akhirnya tiba. Tanpa menunggu Amanda, Acha langsung bergegas ke kantin. Acha tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan duduk di meja yang sama dengan Iqbal. Misinya kali inu harus berhasil.
Acha tersenyum senang melihat keberadaan Iqbal bersama Rian dan Glen di meja ujung. Mereka sedang sibuk berbincang sembari menyantap bakso. Acha tidak langsung ke meja Iqbal dan kawan-kawan, Acha berbelok dulu ke etalase esk krim dan membeli satu eskrim cone.
Setelah itu, Acha segera menghampiri Iqbal dengan wajah dipenuhi senyum bahagia.
"Iqbal," panggil Acha dan langsung duduk di samping sang pangeran. Tangannya masih setia memegangi es krim cone yang sudah ia buka bungkusnya.
Suara panggilan Acha membuat Glen dan Rian menoleh. Tapi tidak dengan Iqbal. Cowok itu bergeming sedikit pun, tetap fokus memakan baksonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR MARIPOSA
Fiksi RemajaUntuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang selalu merindukan Mariposa ❤️