2 - MEMORIES

19.7K 2.2K 121
                                    


MASA KINI

Sepulang kuliah Iqbal langsung menuju ke rumah Glen. Sore ini, Iqbal ada janji untuk bertemu dengan Rian di rumah Glen.

Iqbal turun dari mobilnya, ia melihat Rian sudah duduk di teras rumah Glen, melambaikan tangan kepadanya. Sedangkan sosok Glen terlihat kesal dengan geleng-geleng.

"Lo berdua yang janjian, kenapa rumah gue yang dibuat TKP?" protes Glen, takjub dengan ide dua sahabatnya.

Baik Rian dan Iqbal tak ada yang menjawab pertanyaan Glen. Iqbal langsung menarik kursi dan duduk di samping Rian.

Rian menoleh ke Glen yang masih menggerutu tak jelas.

"Gue lemon tea satu ya," ucap Rian dengan tak berdosanya.

Kedua mata Glen langsung melotot tak santai mendengar ucapan Rian.

"Gue es jeruk aja," tambah Iqbal.

Kini giliran Iqbal yang mendapat pelototan dari Glen. Kedua sahabatnya sungguh luar biasa!

"Mohon maaf bapak-bapak, ini rumah saya. Bukan café. Kalau mau pesan minum, di depan perumahan ada café!" tajam Glen.

Rian mengumam pelan seolah sedang berpikir.

"Kentang goreng juga ada, nggak? Kalau ada bawain juga ya. Gue agak lapar." Bukannya merespon ucapan Glen, Rian malah semakin ngelunjak.

Glen pun hanya bisa menghela napas panjang, sangat pasrah. Dengan berat hati dia berjalan masuk ke rumahnya untuk mengambilkan pesanan-pesanan dua sahabatnya. Karena Glen tau, jika dia tidak mengambilkan, baik Rian dan Iqbal akan terus menyebalkan seperti itu.

Sepeninggal Glen, Rian dan Iqbal terkekeh, seolah puas mengerjai Glen.

"Ngambek dia?"

****

Rian mengeluarkan PS 5 dari tasnya. Kemudian menyerahkan ke Iqbal. Seminggu lalu, Iqbal memang meminta bantuan ke Rian untuk membelikannya PS baru. Iqbal menerima PS 5 tersebut dengan hati berbunga, akhirnya dia bisa bermain di waktu penatnya.

"Lo nggak ponsel, nggak PS kenapa gampang rusak semuanya? Lo apain mereka?" heran Rian.

"Nanti gue transfer uangnya," balas Iqbal tak berniat menjawab cibiran Rian.

Rian mengangguk kecil.

"Gimana keadaan lo?" tanya Rian.

"Baik," jawab Iqbal seadanya.

"Acha?"

"Baik juga."

Rian mengangguk kembali, senang mendengarnya.

"Gue kemarin lihat Acha di perpustakaan, tapi gue buru-buru harus masuk kelas jadi nggak sempat sapa dia. Nitip salam ke Acha."

Iqbal mendongakkan kepalanya, menatap Rian lekat.

"Minggu depan lo dan Amanda sibuk?" tanya Iqbal.

Rian mengerutkan kening.

"Kenapa?"

"Acha pengin camping setelah ujian. Dia cukup kesulitan semester ini," jelas Iqbal.

"Efeknya separah itu? Dia beneran nggak sepintar dulu?" tanya Rian memastikan.

"Sepertinya hanya butuh adaptasi lagi."

Rian menghela napas panjang, dia memang pernah mendengar kondisi Acha dari Amanda. Rian tak menyangka hal itu benar-benar terjadi pada Acha.

OUR MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang