41. Eksekusi Terakhir

1.2K 183 38
                                    

"Kau gila? Ugh, pegal sekali!"

Sakura memeloti suami nya yang bagi nya kelewat cabul itu.

Bagaimana tidak? Sasuke langsung 'menerkam' nya seraya mengatakan bahwa Sakura sudah menutupi kehamilan nya. Sakura tidak punya waktu untuk menjelaskan karena Sasuke tak memberi ruang untuk menjelaskan. Sekarang, ia sangat kelelahan sekali!

"Itu karena aku merindukan mu. Biasanya kami rutin melakukan ini. Hanya saja karena urusan di Istana dan bahkan kau nampak enggan, jadi kegiatan nya mulai jarang di lakukan. Aku tidak tahan, tapi aku dengan paksa menahan diriku karena tidak ingin membuatmu lelah. Tapi, karena sudah lama, aku tidak bisa menahan nya lagi di tambah berita bahagia ini sengaja kau sembunyikan begitu lama. Karena begitu, kenapa tak sekalian saja aku menyapa anak kita?"

Sasuke menjelaskan panjang lebar sebelum ia mendapat pemukulan dari istri nya.

"Menyapa ya menyapa. Tapi, ya tidak harus sekeras itu!" ketus Sakura. "Tapi, kau sendiri menyukainya, bukan?" balas Sasuke yang di balas cengiran oleh Sakura. Dasar.

"Walau pun aku memang mau, tapi aku harus berhati-hati, Sasuke. Jadi, lain kali jangan di ulangi lagi, ya? Kalau pun kau rindu dan ingin menyapa, lakukan perlahan. Demi keamanan anak kita. Lagi pula, aku tidak mau anak kita kesal karena Ayah nya menganggu nya disana?" kekeh Sakura, membuat Sasuke tertawa gemas.

"Baiklah. Aku akan menurut pada Istriku!"

Sakura tersenyum saja saat di ciumi oleh Sasuke.

"Sudah, lebih baik kita bersiap. Kita harus ke aula sekarang."

Dengan ajakan Sakura, Sasuke menurut. Tadi nya Sakura ingin mandi sendiri-sendiri saja. Namun, Sasuke memaksa untuk mandi bersama. Selain untuk efisiensi waktu, kata nya melepas rasa rindu juga. Ah, benar-benar.

Selesai mandi, berpakian dan bersiap, mereka keluar dari kamar. Sudah ada Jenderal Hamada yang menunggu di luar.

"Bagaimana dengan Istana?" tanya Sasuke santai. "Menjawab, Yang Mulia. Semuanya baik-baik saja. Hanya..." jawab Jenderal Hamada, namun nampak ragu di akhir untuk melanjutkan kata-kata nya.

"Hanya?"

Di tatap tajam oleh Raja, membuat Jenderal Hamada ketakutan. Ia menunduk semakin dalam dan melanjutkan kata-kata nya dengan hati-hati.

"Para Menteri dan pejabat datang dan sudah menunggu di aula. Mereka mengatakan ingin membahas tentang pengeksekusian orang-orang kediaman Perdana Menteri dan beberapa pejabat yang ada di pihak nya."

Sasuke diam, kemudian mendengus.

"Bernyali juga mereka. Sepertinya mereka mau mengajukan protes!"

Sakura hanya bisa menghela napas dan mengusap lembut lengan suami nya itu.

Sebelum ke aula, mereka sarapan dulu. Entah sengaja atau tidak, mereka makan dengan tenang dan terkesan santai tanpa terburu-buru. Tak mungkin mereka langsung ke pergi ke aula tanpa mengisi perut mereka dahulu, bukan? Walau tanpa makan pun mereka bisa tetap hidup, tetap saja makan adalah kemewahan tersendiri. Lagi pula, dengan keadaan Sakura yang sedang hamil saat ini, mana mungkin Sasuke membiarkan istri dan  anak nya kelaparan, bukan?

Selesai menikmati sarapan, mereka pun bergegas menuju ke aula Istana.

Begitu sampai di sana, para Menteri dan pejabat membungkuk, memberikan salam hormat kepada Raja dan Ratu mereka. Sasuke dan Sakura duduk di kursi singgasana mereka. Mereka di buat berdiri kering di sana karena menunggu Raja dan Ratu yang lama muncul. Mereka pun tidak berani melayangkan protes sedikit pun.

Orang-orang itu terdiam, tak berani mengangkat tubuh mereka. Bagaimanapun, Raja akan memerintahkan mereka untuk berdiri jika sudah memberi salam. Namun, kini, Raja hanya diam saja. Jika mereka berinisiatif berdiri sendiri, akan di anggap tidak sopan dan jelas membuat Raja dan Ratu tidak puas. Namun, mau sampai kapan mereka terus membungkuk seperti ini?

The Eternal Love (Hades×Persephone, SasuSaku Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang