Jangan lupa vote dan komennya kawan✌️
Waktu demi waktu terlampaui. Tak sehari pun si Lelaki Taurus melewatkan pagi tanpa menemui sang istri tercinta. Ya, Jeno menepati janjinya untuk memulai kegiatan dengan menatap makhluk indah yang Dewa ciptakan untuknya.
Berdiri berhadapan dengan mata terpejam. Menangkup pipi gembil, dengan kulit sehalus sutra sembari memanjatkan doa dan harapan di dalam hati agar sosok tercintanya terhindar dari apapun yang membahayakan selama ia tak berada di samping si manis.
“Dewa, doa dan harapanku masih sama setiap harinya. Tolong lindungi Istriku dari setiap mata jahat yang memandangnya, dan ancaman berbahaya yang datang ketika aku tidak berada di sampingnya. Limpahi Istriku dengan kesehatan dan kebahagiaan Dewa... Jangan biarkan senyuman hangatnya menghilang. Ku mohon Dewa, aku mencintai Istriku”
Kala sepasang iris kelam itu terbuka, tatapannya langsung disuguhkan pemandangan wajah ayu sang pemilik hati. Dua kecupan pada kelopak mata milik si mungil ia bubuhkan dengan penuh kelembutan. Terakhir satu kecupan lama pada kening istrinya menjadi penutup acara penyambutan hari baru sebelum memulai aktivitas.
“Boleh ku ketahui doa mu setiap kali kau datang padaku di pagi hari Yang Mulia?”
Jeno tersenyum memandang onyx bulat pujaan hatinya yang memancarkan kilat penasaran. “Ini rahasiaku dengan Dewa, kami tidak akan memberitahu mu” jawab Jeno dengan jenakanya. Ratu Theodoric itu dibuat mendengus oleh tingkah suaminya. Jeno selalu melakukan itu, menemui Renjun di pagi hari untuk melakukan hal yang ia sebut ‘Ritual Pagi Sebelum Memulai Hari’. Terkadang Jeno juga datang ketika Renjunnya masih terlelap jika ia memiliki kegiatan di pagi hari.
Renjun pun sudah disibukkan dengan kegiatannya sebagai Ratu utama. Menyambangi beberapa daerah terpencil untuk memantau pendidikan di sana, dan juga kesehatan masyarakat. Seringkali Renjun mendapati doa-doa baik dari para tetua di desa-desa yang ia kunjungi.
“Semoga Yang Mulia segera diberikan momongan”
“Semoga kelak Pangeran tampan lahir di Istana”
“Semoga kau selalu diberkahi, dan diberikan kebahagiaan Yang Mulia”
Semua kalimat manis itu membuat hati si rubah mungil tersentuh. Terlebih ketika itu doa mengenai kehidupan rumah tangganya bersama sang Raja Pemimpin negeri. Ya, dibalik kesenangan juga terdapat duka yang terselip di sana. Ia juga tidak jarang mendengar Dayang-dayang Istana, para Pelayan, atau Pengawal Istana yang menggunjingkannya karena tak kunjung ada berita kehamilan.
Jangan pikir Renjun tak khawatir, ia sangat-sangat khawatir tentang itu, apalagi syarat dalam pernikahannya Renjun tidak mengizinkan Jeno mempersunting Istri lain selain dirinya. Dengan kesimpulan, Renjun harus siap menjadi harapan satu-satunya Theodoric untuk keberlangsungan keturunan Raja, sekaligus penerus takhta.
Waktu memang terus bergulir, tak jarang Jeno mengunjunginya, atau ia yang datang ke Pavilion Raja. Renjun dan Jeno pun kerap kali berusaha demi menghadirkan Malaikat kecil diantara mereka. Para tabib kepercayaan negeri diundang untuk melihat kondisi keduanya. Tidak ada masalah, pasangan Pemimpin negeri itu baik-baik saja, dan diyakini mampu memberikan penerus takhta Theodoric. Hanya saja mungkin Dewa belum menghendaki keinginan mereka.
“Lain kali tolong sisipkan dalam doa mu agar aku segera diberikan kesempatan untuk mengandung Yang Mulia” ucap Renjun sembari mengusap pundak sang Suami perlahan, turun pada dada bidang yang sering menjadi sandarannya itu.
“Dengar, kita sudah berusaha. Mungkin memang Dewa belum memberikan kesempatan, tidak apa sayang... Tidak perlu terburu-buru. Memiliki keturunan bukan sebuah perlombaan” Jeno mencoba menenangkan sang Istri. Ia mengerti kegundahan yang Renjun alami. Terlebih ia juga mengetahui banyak sekali mulut-mulut yang bicara bebas tanpa berpikir sebelumnya. Jeno berusaha menindak tegas pada siapapun yang sampai terdengar di telinganya berani menggunjingkan sang Istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Éternel [SUDAH TERBIT]
Romance"Aku bersumpah demi nama rakyatku dan mendiang ayahku. Jika aku berani melukai Renjun sedikitpun, maka potong kedua tanganku dengan pedang ku sendiri. Untuk apa aku punya sepasang tangan jika ku gunakan untuk menyakiti orang yang ku cintai? Ku rasa...