Perjuangan Seumur Hidup

4.3K 801 67
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya guys:)
















Paviliun Anggrek, tempat tinggal khusus untuk pasangan dari putra mahkota. Para pelayan berkata sudah banyak yang berubah dari paviliun itu semenjak Jeno mendekornya sendiri. Paviliun itu jadi lebih hidup dari sebelumnya. Ruangan yang bernuansa putih, dengan arsitektur yang indah menambah kesan elegan di dalamnya.

Untuk pertama kalinya Renjun menapakkan kaki di ruangan itu. Ia perhatikan setiap sudut ruangan yang kini akan menjadi tempatnya untuk beristirahat. Renjun pikir selera Jeno cukup baik, karena dekorasi ruangan serupa dengan kamarnya dahulu di Gardenia. “Ini terasa seperti ruanganku sendiri..” ucapnya perlahan.

Para pelayan masuk membukakan Jendela besar yang langsung dihadapkan dengan danau, dan pemandangan kehijauan dari Theodoric. Dari sini Renjun dapat melihat indahnya langit biru membentang, hamparan danau luas, dan daratan yang asri. Renjun melangkah mendekati jendela, lalu menatap keluar seraya menarik nafasnya dalam. “Hari pertamaku di Theodoric, dan aku harap di masa depan aku tidak akan membuat kekacauan apapun” ucapnya sembari menghembuskan nafas pelan.

“Mohon maaf Yang Mulia, kami diminta untuk memberitahukan pada anda, bahwa pakaian anda telah selesai dibuat semua. Tolong beri tahu kami apa yang kurang dan harus kami perbaiki Yang Mulia” ucap salah satu dayang yang baru saja masuk ke ruangan membawa berbagai pakaian khas Theodoric untuk Renjun.

Renjun sentuh setiap helai kain yang akan menempel pada tubuhnya itu. Ia perhatikan setiap detail, dan sulaman yang ada di sana. Renjun terkesan karena semuanya nampak indah, rapi, dan bahan dari pakaian itu sangat halus.

“Kalian memiliki penjahit yang berkualitas, aku sangat terkesan dengan hasilnya. Pakaian-pakaian ini indah”

“Sejujurnya bahan ini dipilih langsung oleh putra mahkota. Bahkan beliau terjun langsung untuk sekedar memilih benang. Mantel musim dingin yang kami buat untuk anda juga merupakan mantel paling hangat di Theodoric. Putra mahkota berkata anda tidak bisa terkena cuaca dingin” lanjut sang dayang memberi penjelasan.

Lagi-lagi Renjun dibuat begitu jatuh pada kekaguman, bagaimana Jeno begitu tahu tentang segala hal mengenai dirinya. Ya..  meskipun Renjun akui bahwa seseorang seperti Jeno tidak mungkin kesulitan mendapatkan informasi apapun tentangnya. Jeno benar-benar memperhatikan kebutuhan Renjun dengan baik.

“Seluruh keperluan anda sudah kami siapkan dan kami rapikan Yang Mulia, kalau begitu kami izin undur diri” Dayang kepala yang membantu menata barang-barang Renjun berpamitan seraya membawa anak buahnya keluar setelah Renjun mengangguk mengiyakan kepergian mereka.

Renjun mengamati beberapa lukisan yang terpampang di dinding ruangannya. Semua terlihat begitu cantik dengan sentuhan yang klasik dan unik. Renjun menyukai seni, dan selera yang Jeno gunakan di kamarnya seakan menghidupkan jati diri Renjun.

Ketika si manis tengah berfokus pada satu lukisan di sudut ruangan, ia dikejutkan dengan suara Permaisuri utama kerajaan. “Suka dengan ruangan mu pangeran?” Sontak Renjun dengan tergesa memutar tubuhnya, memberi hormat pada istri dari mendiang Raja Theodoric itu.

“Lukisannya begitu cantik, hamba menyukainya Yang Mulia” jawab Renjun setelah salam penghormatannya.

“Aku sudah tau bahwa ruangan ini kelak akan dihuni oleh mu. Jeno selalu berkata bahwa ia akan mendapatkan mu, dan sekarang itu benar-benar terjadi” ucap Taeyong diiringi kekehan ringan sebelum submissive cantik itu duduk pada salah satu kursi di ruangan milik sang menantu. “Duduklah nak, ini ruangan mu, jangan terlalu kaku pada ibumu sendiri” Taeyong meminta menantunya itu untuk duduk di sampingnya, karena Renjun terlihat begitu gugup saat berhadapan dengannya.

Amour Éternel [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang