Tugas Negara

4.4K 636 62
                                    

Jangan lupa vote & Komen kawan✌️
Mature content, yang dibawah umur menjauh dulu ya.























“Anghh... Jenh pelan aahh!”

Di ruangan yang temaram akan cahaya, hanya mengandalkan satu lilin di sudut nakas dan binar rembulan. Kembali sepasang kekasih itu bergelung dengan hasrat yang menggebu. Saling berbagi kehangatan di tengah dinginnya angin malam.

“Kau sangat indah sayang, benar-benar indah”

Bisik sang dominan tepat di samping telinga submissive cantik yang kini berada di bawah kukungannya. Nafas mereka saling menderu, geraman dan desahan mengalir saling bersahutan. Si cantik menitikkan air matanya karena tak sanggup dengan gelenyar kenikmatan yang ditimbulkan oleh sang pujaan hati.

“Aahh... D–di sanah Jeno... Nghh”

“Jangan tahan suara mu sayang, argh... Kau benar-benar nikmat Renjun-ah”

Tumbukan demi tumbukan bergerak semakin cepat untuk mencapai nikmatnya. Pergesekan antara dinding rektum dengan penis tak dapat lagi terelakan. Jemari kaki mulai menekuk kala prostat itu sudah tersentuh berkali-kali. Bulir keringat dari si manis dan dominannya menjadi pertanda seberapa panas kegiatan mereka.

“Suka ini Ratuku? Suka ketika aku menemukan titik mu hm? Ughh”

Yang ditanya tak sanggup menjawab. Bibir merah bengkaknya hanya bisa mengeluarkan desah frustasi karena pergerakan sang suami yang tidak memberinya celah sedikitpun untuk bernafas normal. Telapak tangan yang lebih kecil digiring untuk meraba wajah sosok tampan suaminya.

Renjun memejamkan matanya menikmati setiap lekuk pahatan pada wajah pujaan hatinya. Hingga sampai pada bibir tebal yang kerap kali membubuhkan kecupan hingga pagutan panas padanya, ia dapat merasakan hembusan nafas Jeno yang sedikit bergetar. Bibir lembab itu menyentuh tepat pada telapak tangannya. Jeno kecupi tangan Renjun dengan penuh rasa cinta.

Tak kuasa menahan gejolak yang menggelora, Renjun tarik tengkuk suaminya untuk ia bawa pada pagutan panas yang menambah keintiman persenggamaan keduanya. “Mnhh... Nghh hah...”

Setelah pagutan terlepas Jeno bawa kedua kaki mulus sang Istri pada pundaknya. Gerakan Jeno semakin tak beraturan, penisnya masuk lebih dalam untuk menumbuk telak prostat si manis. Renjun mengambil nafas tergesa, dengan mulut sedikit terbuka, suara lembutnya mengalun mengisi Pavilion sang Raja Theodoric.

“Aahhh... Kuh mohon aahh ahh Jenohh”

“Yah, sayanghh terus seperti itu sebut namaku... Bagaimana bisa kau begitu memabukkan?”

“Jenhh! inih aahh akuh tidak tahan nghh...”

“Terlalu menikmati hm? Kau sangat menyukainya cantik? emhh”

Jeno menyukai ekspresi Renjunnya yang melenguh, menunjukkan raut yang tak kuasa menahan kenikmatan penyatuan mereka. Renjunnya yang begitu indah, dengan banyak tanda yang ia buat di sekujur tubuh si manis. Renjunnya yang kini seharum bunga mawar bahkan lebih-lebih memabukkan. Renjunnya dengan bibir membengkak yang terus menyerukan namanya dalam setiap persenggamaan mereka. Renjunnya yang paling ia cintai.

“Jenohh aku sampai... Aakhh! Hah hah”

Pelepasan Renjun yang entah sudah keberapa kali kembali keluar. Jeno memelankan sedikit gerakkannya guna memberi ruang pada si manis untuk menikmati pelepasannya. Setelah dirasa nafas Renjun mulai teratur kini giliran Jeno yang menjemput kenikmatannya.

Amour Éternel [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang