#25

20 2 0
                                    

"Lo ngeselin!" kesal Zani. Cowok itu melipat kedua tangan di dada memalingkan mukanya ke arah lain dan memajukan bibirnya berapa centi.

"Gue ngeselin?" tanya Glycy sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah wajahnya.

"Hm" jawab Zani tanpa menoleh ke arah Glycy.

"Salah gue apa?"

"Entah"

Glycy menghela nafasnya panjang ia malas menghadapi Zani yang seperti ini lebih baik ia pergi menuju rumah pohon. Saat Glycy hendak pergi Zani mencekal tangan gadis itu.

"Lo mau kemana?" tanya Zani.

"Menurut lo?" tanya Glycy balik.

"Rumah pohon"

"Itu tau. Lepasin gue"

"Nggak"

"Katanya gue ngeselin"

"Emang"

"Ya udah kalo gue ngeselin lepasin gue"

"Gak mau"

"Lo tuh ngeselin banget sih Glycy"

Glycy mengatur nafasnya agar emosinya tidak meledak.

"Ya ngomong ama gue apa yang buat lo mikir gue itu ngeselin?" tanya Glycy berusaha sabar menghadapi cowok yang masih mencekal tangannya itu.

"Karna lo tadi senyum ama orang tadi"

"Mang Ecep?" tanya Glycy.

"Iya"

"Cuma karna gue senyum ama Mang Ecep lo bilang gue ngeselin?" tanya Glycy tak percaya hanya karena cuma hal sepele seperti itu Zani mengatakannya ngeselin.

"Iya lah karna gue tuh gak suka lo senyum sama cowok lain kecuali gue. Pokoknya lo ngeselin" jujur Zani.

Glycy menghela nafasnya. "Lo marah sama gue? Apa Mang Ecep?" tanya Glycy.

"Dua-duanya" jawab Zani sambil menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang marah karena tidak dibelikan permen. Glycy mengulum bibirnya agar tidak tersenyum melihat Zani yang seperti ini membuatnya gemas.

Eh,gemas gak mana ada gemesinnya nih anak gue udah gak waras kali ya_ batin Glycy.

"Terus gue harus kek mana?" tanya Glycy memasang wajah datarnya kembali.

"Gak tau"

"Maaf"

Zani yang mendengar itu berusaha menahan senyumnya.

"Apa gue gak denger?" tanya Zani pura-pura tak mendengar padahal ia sangat dekat dengan Glycy.

Glycy mengehela nafasnya ia tau bahwa Zani pura-pura tidak mendengarnya.

Dasar cowok nyebelin

"Maaf" kata Glycy tetap di telinga Zani biar cowok itu bisa mendengarnya dengan jelas.

Zani mengembangkan senyumannya yang tak bisa ia tahan lagi.

"Cuma maaf doang nih?" Zani menaik turunkan alisnya.

Tangan kiri Glycy yang tidak dicekal oleh Zani mengepal keras lagi-lagi ia berusaha menahan emosinya ia harus ekstra sabar menghadapi cowok seperti Zani.

"Ya terus gue harus apa?" tanya Glycy sambil ia tekankan.

Zani mengeluarkan senyum smirk nya membuat Glycy gugup tapi ia berusaha menutupinya dengan wajah datar nan dinginnya.

"Cium pipi gue" kata Zani dengan suara serak basahnya tepat di telinga Glycy membuat gadis itu merinding apa lagi cowok itu minta dicium. Glycy mengatur mimik wajahnya agar tetap datar.

Glycy & Zani [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang