❖6. Female Titan

2.4K 337 13
                                    

50 vote, aku update.
Sengaja aku targetin biar aku nggak terburu-buru.

Maaf baru bisa update karena tragedi tanganku ini. Sekarang masih sakit, cuma agak mendingan. Terimakasih pengertiannya.

Have a good day!

⋇⋆✦⋆⋇

[Name's POV]

Sasha mengangguk-angguk pelan setelan aku menjelaskan kalau Ibu sudah tidak dianggap lagi di keluarga aslinya. "Tapi tetap saja kau seorang bangsawan. Walaupun mereka tidak mengakui Ibumu, darah bangsawan tetap mengalir dalam tubuhmu," Ujar Sasha menatapku kagum.

Aku mendelik bahu, "mungkin. Aku tidak peduli. Toh, aku sama sekali tidak kenal dengan keluarga Ibu." Aku berdiri sambil membereskan perbekalan untuk misi besok pagi. "Aku tidak tahu siapa mereka dan dimana mereka, mereka tidak pernah mencoba mencari keberadaan Ibuku."

Perbekalanku sudah siap. Kamarku juga sudah bersih untuk ditinggalkan. Sekarang aku dan Sasha hanya harus makan malam, lalu pergi istirahat untuk mengisi tenaga. Misi esok pasti berat, lebih berat dari misi yang kemarin kami lalui.

"Aku mengagumimu."

Suara itu memecah lamunanku. Aku berbalik menatap Sasha, "permisi?" Pintaku agar dia mengulangi ucapannya.

Sasha berdiri dan memegang kedua tanganku, "aku kagum padamu. Kau sangat cantik dan kuat. Benar-benar membuatku iri saja!" Gadis itu melepas pegangannya dan duduk di kasur sambil memasang ekspresi sebal.

"Apa kau tidak pernah berkaca, Sasha? Kita ini sama."

⋇⋆✦⋆⋇ 

Setelah mengambil makan malam, aku, Sasha, dan Mikasa sedang mencari meja yang ditempati oleh teman-teman kami. Lambaian tangan menyapa, Eren dengan senyuman lebarnya memanggil nama kami bertiga. Dengan segera kami berjalan ke arah meja yang sudah ramai ditempati teman-teman.

Di sebelah meja kami adalah meja senior, dapat kulihat Komandan Erwin, Kapten Levi, Hange Buntaicho, Nanaba, Mike, dan Gelgar yang sedang makan malam sambil membicarakan sesuatu.

Menu makan malam kali ini adalah kari dan nasi hangat. Sasha yang duduk di sebelahku melahap makanannya dengan sangat rakus, seperti orang yang belum makan lima hari.

Semua teman-teman menikmati makanan mereka sambil sesekali melempar candaan. "Berthold selalu tidur dengan gaya yang sangat aneh, semalam aku melihatnya," Ujar Armin sambil menahan tawa.

Mendengar ucapan itu, wajah Berthold bersemu merah. Lalu kemudian, Reiner menyambar, "sudah kubilang, bukan? Dia memang selalu tidur dengan gaya yang sangat aneh. Bahkan dia pernah buang angin di depan wajahku!"

Semuanya menertawakan ucapan Berthold. Kulihat lelaki jangkung itu menyikut lengan Reiner, mungkin karena merasa malu. "Sudah-sudah, kita habiskan dulu makanannya. Kita harus tidur lebih cepat!" Kataku sambil menatap mereka semua.

Setidaknya apa yang aku lakukan barusan bisa membuat mereka berhenti menertawakan Berthold. Saat aku melirik ke arahnya, Berthold tersenyum penuh rasa terimakasih.

LOVESTORY | Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang