Jangan lupa vote-! (๑˃̵ ᴗ ˂̵)و.
Have a good day!
⋇⋆✦⋆⋇
[Name's POV]
Setelah pertemuanku dan Willson hari itu, kami jadi lebih sering bertemu. Setiap malam dia selalu memintaku ke taman belakang Markas untuk menunggu ke datangannya. Atau kadang, ia memperhatikanku di siang hari dari jauh.
Tidak pernah sekalipun Willson tidak datang. Kakakku selalu ada, selalu ingin melihat wajahku setiap hari. Terkadang ia juga membawa sesuatu untukku. Makanan, uang, atau hanya dekedar bunga.
Awalnya aku khawatir karena ia terus membawakanku sesuatu, aku takut ia mencurinya. Namun, Willson telah menjawab pertanyaanku sebelum bertanya, "aku tidak mencurinya, aku membelinya." Ia tersenyum setelah memberikanku sepotong kue pie.
"Terimakasih banyak." Aku mengambil sepotong kue itu dan duduk di sebelahnya.
Dari atas bukit, kami berdua memandang ke arah matahari yang mulai tenggelam. Angin sepoi-sepoi menerpa kulit kami, menyalurkan rasa nyaman yang sulit untuk dijelaskan.
Aku menggigit potongan pie blueberry yang Willson berikan. Rasanya manis, segar, asam, dan sangat lezat. Membuatku rindu dengan masakan Ibu ketika aku masih kecil.
"Enak?" Tanya Willson memandangiku.
Aku mengangguk penuh semangat, "sangat. Aku ingat dulu Ibu sering membuatkan kita pie seperti ini."
Willson tersenyum kecil dan memandang ke arah matahari terbenam, "kau merindukan Ibu, kan?"
"Selalu," Balasku pelan.
Tangannya memegang tanganku dan meremasnya pelan, "aku juga." Willson menggantung ucapannya, "aku akan selalu berada di dekatmu, sedekat yang aku bisa. Aku bersumpah akan menjagamu, seketat yang aku mampu. Tidak akan kubiarkan seseorang dapat menyakitimu, bahkan diriku sendiri."
Aku tersenyum hangat, dan menyambar tubuhnya dengan pelukan. Kedua mataku terpejam, mencoba untuk menahan tangis. Mendengar detak jantung Willson membuatku merasa sakit hati, mengingat hanya Willson seorang yang tersisa untukku.
Kedua orang tua kami sudah berpulang, rumah kami sudah hilang. Tempat peristirahatan terdekat dan satu-satunya hanyalah satu sama lain.
Aku mendengar detak jantung Ayah dan Ibu dalam diri Willson. Pelukanku semakin mengerat, Willson juga ikut mengeratkan pelukannya.
Aku juga tidak akan membiarkan seseorang menyakiti Willson. Tidak akan pernah membiarkan seseorang membuat kakak laki-lakiku merasa tersakiti. Willson berhak menerima dunia ini, Willson berhak menerima kasih sayang semua orang.
Atau mungkin lebih tepatnya, kami berdua berhak menerima dunia yang kami impikan.
"Aku mencintaimu, Kak!" Ujarku disela-sela tangisan.
Kurasakan tangan besar itu mengelus kepalaku, "aku lebih mencintaimu. Kau satu-satunya harta yang aku punya sekarang."
Aku melepaskan pelukan dan menatapnya lekat, "berjanjilah untuk tidak pergi kemana pun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESTORY | Levi Ackerman
FanfictionKetika seorang Levi Ackerman mencintai (Name) Genieve. Tetapi, Levi harus mengingat janjinya kepada Ayah Petra. Janji sebagai prajurit yang harus ditepati. Story and cover by Lavendie Corinne. [Attack on Titan ©Hajime Isayama]