❖2. Mr. Ral

3.3K 377 86
                                    

Boleh aku minta bintang dari kalian?
Terimakasih banyak untuk yang udah kasih aku apresiasi🧚🏻‍♀️💕.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Pintu laboratorium itu terbuka, menunjukkan seorang perempuan yang tengah menjatuhkan rahangnya penuh rasa terkejut. "Kalian?!" Hange berdiri di depan pintu.

Levi yang melihat sahabatnya datang hanya memasang wajah datar, lalu menyesap teh hangatnya. Terlihat sangat tenang, seperti tidak ada yang terjadi. Sangat jauh berbeda dengan (Name) yang tengah duduk bersitegang.

"Berhenti menatapku seperti itu, Kacamata." Levi menaruh cangkirnya di atas meja dan kembali duduk untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sebelum menutup pintu, Hange mengintip untuk memastikan tidak ada orang di luar. "Kalian tadi sedang apa?" Ia berjalan menuju Levi sambil sedikit berjinjit, nada bicaranya juga seakan berbisik--takut ada orang yang mendengar dari luar--.

Pria dengan julukan 'pria terkuat' itu hanya melirik Hange dari sudut matanya. Lalu menunjuk (Name), "tanya pada dia. Aku sibuk."

Akibat Levi menunjuknya, Hange memperhatikan gadis itu lekat-lekat. Tiba-tiba Hange tersenyum lebar, "apa rasanya berciuman dengan Levi Ackerman?"

(Name) menggeleng cepat, "hah? Tidak, tidak ciuman!"

"Bohong! Jelas-jelas aku lihat sendiri!" Hange menggebrak meja dan menunjuk wajah (Name), membuat wajah gadis itu menjadi merah padam akibat rasa malu yang tak tertahankan.

Saat (Name) ingin membuka mulutnya, tiba-tiba pintu laboratorium terbuka. "Eh? Ada Hange-san?" Ucap Petra sambil membawa nampan berisi secangkir teh.

Hange menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "ahh iyaa!" Kedua bola mata cokelat itu menatap secangkir teh panas yang berada di atas nampan. "Kebetulan sekali aku haus!" Tanpa basa-basi, Hange menghabiskan secangkir teh panas buatan Petra.

Petra membulatkan mata melihat kejadian itu terjadi untuk kedua kalinya. Perempuan itu terkekeh gemas, "apa tidak panas?"

"Tidak! Hawa panas Titan lebih dari ini!" Hange mengelap bibirnya dengan seragam. Ia menaruh cangkir kosong itu kembali ke atas nampan, lalu menatap Levi, "Erwin memanggilmu, Levi. Ayo kita mendatanginya berdua!"

Tangan kekar itu berhenti menulis di atas kertas, Levi menaruh pulpen bulu itu ke tempat tinta. "Tolong kerjakan sisanya," Ujarnya pada (Name).

(Name) mengangguk, "baik, Kapten."

Setelah Hange dan Levi pergi meninggalkan ruangan. Petra membereskan cangkir teh yang berada di meja. Lalu ia mengintip hasil tulisan milik sang Kapten, "(Name) apakah kau sudah lihat? Tulisan Kapten sangat bagus!"

"Eh? Belum," Balas (Name) sambil menggeser bangku untuk melihat hasil tulisan Levi. Ternyata apa yang Petra katakan benar, tulisan Levi sangat bagus dan rapih. Tak disangka kalau orang yang dikenal handal dalam memainkan manuver juga punya tulisan yang bagus. "Bagus! Aku tidak menyangka kalau Kapten punya tulisan sebagus ini!" Puji (Name) girang.

Petra menatap gadis itu untuk beberapa saat, "apa menurutmu aku cantik hari ini, (Name)?"

(Name) membalasnya dengan anggukan cepat, "tentu saja!"

Melihat respon positif dari juniornya, Petra tersenyum. "Ah, aku sedikit berdandan hari ini," Kata Petra.

Lipstik berwarna merah muda terpoles tipis di bibir perempuan itu, membuat wajah Petra terlihat semakin cantik. Sifatnya yang lemah lembut dan ceria juga membuat Petra sering dibicarakan oleh anggota pria Pasukan Pengintai. Singkatnya, Petra adalah Levi versi wanita.

LOVESTORY | Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang