chapter 9

14.8K 1.4K 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Burung-burung membentuk kelompok seraya terbang dengan kicaun merdunya, embun pagi menetes dari dahan pohon membuat rumput di bawahnya basah.

Matahari mulai menampakkan dirinya dari balik bukit hijau, menghasilkan cahaya hangat favorit gadis cantik yang kini telah rapi dengan balutan dress hitam panjangnya.

Irene membuka jendela kamarnya. Suasana pagi ini terasa lebih menyenangkan dan menenangkan baginya, Apalagi ketika mengingat kejadian kemarin---dimana ia telah resmi memutuskan hubungannya dengan Albern juga Angelina.

Sebelum beranjak dari jendela itu, Irene tersenyum tipis. Penyebab Masa depan suram yang akan menjemputnya sudah ia singkirkan.

Ah...tidak sepenuhnya tersingkirkan, karena mereka masih dapat berkeliaran bebas di luar sana. Namun, Irene tentu tak akan membiarkan hal itu berlanjut lebih lama. Mereka pasti menaruh dendam besar padanya.

Irene tak mungkin melepaskan mereka begitu saja, Ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya karena ia berbaik hati melepaskan mereka.

Katakan saja Irene jahat, tetapi memang begitulah cara hidup di dunia ini. Irene bukan Dewi yang akan tetap berbaik hati setelah pengkhianatan serta penghinaan besar yang di terimanya.

"Tidurmu nyenyak?" Tanya Irene seraya menghampiri Juju yang masih tergeletak malas di atas ranjangnya.

"Ya, begitulah" jawab Juju sembari meregangkan otot penuh lemak nya tersebut. Tentu saja, itu membuat Irene gemas!

Menyadari tatapan mengerikan Irene, dengan segera Juju mendelik tajam. Kucing putih itu trauma akibat pelukan maut Irene kemarin pagi.

"Apa-apaan matamu itu? Jangan berpikir untuk memelukku lagi! Kalau kau nekat melakukannya aku akan mencakarmu!" Ancam Juju tajam. Bukanya takut, Irene hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Uh...aku takut sekali~!" Ucap Irene dengan nada mengejeknya, membuat Juju Kembali menatap malas gadis itu.

"Untung dia tuanku" gumam Juju berusaha bersabar. Kucing itu mengelus dadanya pelan.

Di mata Irene Juju amat menggemaskan, hingga gadis itu dengan cepat mengangkat tubuh gempal kucing putih tersebut seraya menciumnya bertubi-tubi.

Ingin sekali Juju mencakar Irene, tetapi ia terlalu sayang pada majikanya. Ia tidak tega melakukanya, hingga yang dapat ia lakukan hanya diam bak boneka.

"Hahahaha mari kita pergi, bukankah kau Suka berjemur di pagi hari?" Tawar Irene dan di balas anggukkan malas Juju.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada ku? Jelas-jelas aku masih memiliki Juju yang sangat lucu dan baik. Tetapi aku malah mengabaikannya dan memperhatikan Angelina gadis biadab itu!" Batin Irene seraya mengelus puncak kepala Juju lembut, membuat sang empunya memejamkan mata menikmati elusan tersebut.

REPEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang