chapter 23

6.4K 864 6
                                    

~Happy Reading

















Derasnya gemuruh hujan semakin mempercepat tarian seorang gadis cantik yang tengah terfokus itu.

Gelapnya aula Istana sama sekali tak mengusik Irene walau sebenarnya ia tak menyukai suasana ini.

Seperti biasa, para pelayan dan pengawal diam-diam menyaksikan tarian indah ratu mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, para pelayan dan pengawal diam-diam menyaksikan tarian indah ratu mereka. Irene, mengetahuinya tetapi gadis itu memilih abai.

Merasa hujan sudah cukup lama turun membasahi wilayah kekuasaannya, gadis itu menghentikan tariannya. Para pekerja diam-diam mengeluh melihatnya, padahal mereka masih belum puas menyaksikan tarian indah dari ratu Vampir tersebut.

Tentu saja, Irene mendengarnya namun gadis itu tidak perduli. Energinya sudah terkuras setengah akibat menciptakan hujan dari kekuatan sihirnya.

Irene mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang tersedia di aula itu. Matanya menatap kosong jauh ke depan sana, perasaan tak enak itu lagi-lagi menghampirinya.

Sungguh, Irene sangat membenci perasaan tak mengenakkan yang ia rasakan saat ini. Irene merasa Dejavu, saat kehilangan kedua orangtuanya sewaktu kecil dulu ia merasakan hal serupa.

Beberapa saat kemudian Irene menggelengkan kepalanya, berusaha menepis semua perasaan buruk itu.

"Aku tak lagi memiliki sosok berharga dalam hidupku. Tentu saja, perasaan ini harusnya tidak berarti apa-apa" batin Irene sembari berdiri dari kursi yang sedari tadi di dudukinya. Namun, aroma familiar yang kian mendekat ini mengentikan pergerakannya.

"Salam hormat, yang mulia"

Irene membalas sapaan hormat Ryder dengan anggukan singkat. Lantas menaikkan salah satu alisnya ke atas, bermaksud menanyakan alasan Ryder tak kunjung menyingkir dari hadapannya.

"Em...yang mulia,  kemarin Juju berkata anda bersedia membantu saya?" Tanya Ryder dengan sedikit ragu.

"Benarkah?" Tanya Irene balik dengan tampang pura-pura lupa. Tentu saja, hal itu membuat pria di hadapannya terkejut dan tak tahu harus berkata apa.

Bagi Ryder, berada terlalu dekat dengan Irene sangat menegangkan. Ratu Vampir itu memiliki aura tersendiri yang mampu mengintimidasi seseorang. Aura dingin yang terpancar dari gadis cantik itu sungguh mengerikan.

Sementara itu Irene mengernyitkan dahinya samar saat mendapati ekspresi tegang dan takut milik Ryder. Ia baru mengingat fakta bahwa ibu pria itu hanya memiliki sisa waktu 24 jam untuk bisa kembali membuka mata jika berhasil mendapat penawarnya.

Jujur saja Irene sangat malas untuk melakukannya, sebab itulah Irene pura-pura lupa. Namun, ketika mengingat bahwa ia telah berjanji pada kucing peliharaannya, Irene pun terpaksa melakukannya.

"Siapkan kereta kuda. Di luar masih hujan" ujar Irene sembari menepuk pundak kokoh Ryder beberapa kali, kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan aula istana tersebut.

"Syukurlah...tadi itu benar-benar menegangkan" gumam Ryder setelah memastikan Irene telah berlalu dari tempatnya berdiri saat ini.

-REPEAT-

Ekspresi datar nan dingin itu sedari tadi menghiasi wajah cantik Irene. Beberapa saat yang lalu, gadis itu telah tiba di sebuah kastil besar nan suram milik Ryder. 

Para pekerja di kastil itu tentu saja kaget dan takut karena kedatangan  ratu Vampire cantik tersebut. Sedari tadi mereka membungkuk hormat dengan tubuh bergetar. Menghiraukan mereka yang ketakutan, Irene memberi isyarat pada Ryder untuk menunjukkan jalan menuju kamar ibunya.

Cukup lama mereka menaiki tangga, ternyata kamar nyonya Harold tersebut berada di lantai tertinggi kastil, hingga tibalah mereka di tempat tujuan.

Di sebuah ranjang besar, Irene melihat sosok wanita paruh baya cantik tertidur lelap. Sama persis seperti yang Juju ceritakan. Ryder pun dengan sigap mengusir para Pengawal dan pelayan yang bertugas menjaga kamar ibunya, takut menganggu ketenangan sang ratu.

Tanpa kata, langsung saja Irene mengigit salah satu telunjuk tangannya hingga berdarah, mengeluarkan cairan kental berwarna biru pekat. Lantas, menaruh darahnya tepat di atas kening wanita paruh baya itu.

Ryder menunggu di luar kamar dengan gelisah. Ya, Irene ikut mengusirnya. Gadis itu tak ingin menunjukkan bagaimana bentuk dan rupa darahnya kepada orang lain. Hanya segelintir orang yang mengetahui bagaimana darah ratu Vampir tersebut.

Tentu saja, Irene dan vampir biasa memiliki darah berbeda. Para vampir dengan kasta biasa maupun bangsawan sekalipun memiliki darah berwarna hijau, sementara dirinya yang merupakan seorang ratu memiliki darah berwarna biru.

Irene Kembali mengalihkan pandangannya, kini terlihat pergerakan kecil dari wanita yang ia ketahui sebagai ibu dari pelayan kucingnya. Sebenarnya Irene cukup terkejut mengetahui darahnya benar-benar dapat menghilangkan kutukan itu.

Merasa tugasnya telah usai, Irene memilih meninggalkan ruangan. Hingga bertemulah gadis itu dengan Ryder yang saat ini menatapnya penuh harap.

"Masuklah, nyonya Harold pasti mencarimu" ujar Irene sebelum melangkahkan kakinya bermaksud meninggalkan kastil itu, namun pergerakannya terhenti karena tiba-tiba Ryder bersujud di hadapannya.

"Te---terimakasih yang mulia, sungguh----terimakasih" Irene tak menjawab, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya singkat.

"Kalau begitu, hutangku lunas"

Setelah mengatakan itu, Irene pun benar-benar pergi meninggalkan Ryder. Pria itu juga tak lagi berusaha menghadang jalannya, kini Ryder berlari cepat menuju kamar sang ibu. Air mata bahagia tak dapat di cegah ketika mendapati wanita yang berpuluh-puluh tahun tertidur lelap kini kembali membuka mata.

Kini Ryder benar-benar bertekad untuk melayani Juju sebaik mungkin. Tentu saja, Ryder menyadari bahwa semua ini juga berkat majikannya. Jika bukan karena Juju yang pergi menemui Irene, dapat di pastikan ratu Vampir itu tak akan mau menolongnya.


REPEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang