chapter 3

20.6K 1.9K 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















"AKH!! AM--AMPUN YANG MULIA!!"

"SA--SAKIT AKHH!!!"

"AGGHHH!!! TOLONG!!"

"AMPUN YA--YANG MULIA!!"

"PANAS! PANAS!"

menulikan pendengaran nya, Irene semakin tersenyum lebar melihat raut kesakitan serta keputusasaan dua pengawal yang kini tersujud di bawah kakinya.

"Cium kakiku" perintah Irene sembari menyeringai.

Tanpa membantah kedua pengawal itu menuruti perintah ratu mereka. Berharap dengan patuh mereka akan di lepaskan. Namun, itu hanyalah mimpi belaka karena Irene tidak akan melepaskan mereka.

"Seperti janjiku, jika aku dapat 'mengulangnya kembali', kalian berdua lah yang pertama akan ku cari! Hahahaha!" Monolog Irene dengan tawa puas yang menggelegar ke seluruh ruangan.

Ya, kedua pengawal itu ialah dua pengawal yang di tugaskan untuk membinasakan nya di masa depan. Kini Irene benar-benar puas menyiksa keduanya.

Tak terlalu berat, untuk ukuran pengawal rendah seperti mereka Irene hanya menjemur nya di bawah terik sinar matahari yang paling panas, Hingga membuat kulit dua pengawal itu melepuh bahkan nyaris berubah menjadi abu.

Tentu saja Irene tak membiarkan mereka mati dengan mudah. Ketika di rasa dua pengawal itu akan sampai pada batasnya, Irene akan memerintahkan healer istana untuk menyembuhkan keduanya.

Setelah luka mereka sembuh, maka Irene akan kembali menjemur mereka. Sama sekali tak ada raut kasihan di wajah cantiknya, hingga membuat mereka yang menyaksikan nya bergidik ngeri.

Kedua pengawal itu bahkan tak mengetahui apa kesalahan yang telah mereka perbuat hingga sang ratu menyiksa mereka sedemikian rupa. Tiba-tiba saja mereka di tarik paksa untuk masuk ke ruang eksekusi dan berakhir seperti sekarang.

Sungguh, dari pada di siksa seperti ini lebih baik langsung bunuh saja, pikir mereka.

"Ha...membosankan. muka jelek kalian ini membuatku mual" ucap Irene sembari menutup hidung mancung nya dengan angkuh.

Bau gosong yang berasal dari dua pengawal itu benar-benar menganggu dan menjijikkan.

"Hei kalian!" Panggil Irene pada pengawal lainya yang tengah menyaksikan penyiksaan mengerikanmya.

"Ya, yang mulia?" Tanya mereka cepat dengan keringat dingin yang bercucuran. Takut jika Irene juga ikut menyiksa mereka.

"Habisi mereka juga seluruh keluarganya. Jangan sampai ada yang tersisa! Jika sampai ada tikus yang berhasil kabur----! Kalian akan tahu akibatnya!" Ucap Irene tajam yang tentu saja membuat mereka meneguk Saliva susah payah.

Benar-benar mengerikan, batin mereka.

"BAIK YANG MULIA!"

Spontan, semua pengawal dan pelayan membuka jalan dengan badan membungkuk hormat.

Irene tersenyum puas, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu keluar eksekusi dengan dagu terangkat ke atas.

Gaya angkuh itu benar-benar kontras dengan wajah cantik bak dewinya.

🍷REPEAT🍷

Sekuat tenaga Irene menahan gejolak tak biasa di dadanya. Diam-diam gadis cantik itu mengepalkan tangannya kuat, saat matanya menangkap sosok yang sangat ia benci itu kini berjalan ceria tanpa dosa di depannya.

Sosok tak tahu diri yang berani mengkhianati dan menusuknya dari belakang. Ah...juga merebut segala yang ia miliki. Irene sangat membencinya. Sangat.

"Eh?...kakak? Huwaa Angelina sangat merindukan kakak!"

Ya, sosok itu tak lain dan tak bukan ialah Angelina, Sang adik angkat tak tahu diri.

Dengan cepat Irene menghindar ketika Angelina ingin memeluknya. Gadis itu menatap Angelina datar yang tentunya membuat Angelina khawatir.

Tentu, Angelina merasa Khawatir kakak angkatnya itu akan merasa bosan padanya dan berakhir mengusirnya dari istana mewah ini.

Tidak!! Angelina tidak akan membiarkan semua itu terjadi! Ia dulu hanya seorang budak rendahan, namun berkat Irene yang mengangkatnya menjadi adik, ia dapat hidup mewah seperti sekarang. Terlebih menjadi putri kerajaan Collins.

"Tahan Irene...tahan....kau tak boleh mengusir dan membunuhnya sekarang!" Batin Irene dengan mata tertutup rapat, berusaha menahan segala emosinya.

"Kak? Ada apa? Apa kakak sakit?" Tanya Angelina dengan nada sok khawatir.

Diam-diam Irene tersenyum sinis melihatnya. Dulu jika gadis itu memberikan perhatian yang jarang ia dapatkan, ia pasti akan tersenyum senang dan mengabulkan apapun permintaan gadis itu.

Namun sekarang? Hanya ada perasaan jijik, kesal, marah, kecewa, tak suka dan benci!.

"Aku tak apa, jadi kau tak perlu cemas" ujar Irene dengan senyum yang mati-matian ia paksakan untuk terbit.

Sementara itu Angelina tersenyum puas. Tadinya ia sempat khawatir kakak bodohnya itu mengetahui segala rencana jahat yang telah ia susun sejak pertama kali menginjakkan kaki ke istana ini.

"Dasar bodoh. Irene, lihat lah aku akan merebut semua yang kau miliki" batin Angelina tersenyum jahat, namun berbeda dengan ekspresi yang ia tampilkan di hadapan Irene saat ini, yaitu polos dan baik hati.

"Kau kira aku akan kembali terperangkap dalam rencana jahatmu? Jangan harap! Sebentar lagi aku akan mengusir mu dari dunia ini" batin Irene menyeringai keji, namun Angelina tak mengetahuinya.

Ia tertipu karena saat ini Irene tengah mengelus puncak kepalanya lembut sarat akan kasih sayang.








REPEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang