Chapter 19

7.6K 906 14
                                    

~Happy Reading









Irene meneliti ruangan yang kini akan menjadi kamar sementaranya selama berada di ras manusia-----tepatnya rumah milik Jerome.

Kamar itu sangat kecil menurutnya. Tentu saja akan terasa kecil nan menyesakkan jika di bandingkan dengan kamarnya yang berada di istana Collins.

Ibu Jerome mengatakan kamar ini adalah kamar yang dulu di tempati Jerome ketika masih remaja. Irene baru mengetahui ternyata pria itu gemar membaca, Dapat di lihat kamar ini memiliki cukup banyak koleksi buku.

Ya, mau tak mau Irene terpaksa mengantar Jerome untuk pulang ke kampung halamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, mau tak mau Irene terpaksa mengantar Jerome untuk pulang ke kampung halamannya. Sebenarnya, melihat kondisi pria itu yang nyaris mati, Irene berinisiatif membawanya kembali ke kerajaannya. Di sana Jerome pasti akan mendapatkan pengobatan terbaik, namun pria itu menolak.

Jerome sempat tersadar beberapa saat dan berkata ingin bagaimanapun keadaannya ia akan tetap pulang ke kampung halamannya.

Bukan tanpa sebab pria itu keras kepala walau tengah berada dalam kondisi tak baik-baik saja. Ibunya, mengatakan bahwa sang ayah Kembali kumat penyakitnya dan berkata ingin bertemu anak semata wayangnya-----Jerome.

Melihat keadaan Jerome yang kesadaran nya amat tipis, Irene memutuskan untuk menggunakan kekuatan angin nya dan terbang agar lebih cepat sampai pada tempat tujuan. Tentunya dengan panduan Jerome yang berada dalam dekapannya.

Pemandangan pertama yang Irene tangkap saat sampai di rumah yang Jerome katakan adalah 'rumahnya' ialah sederhana dan asri. Banyak tumbuhan hias yang bersarang di halaman depan rumahnya dan sempat Irene lihat juga terdapat kebun sayur di belakang rumah sederhana namun cantik tersebut.

Mengingatnya, Irene tiba-tiba mempunyai keinginan untuk mengunjungi kebun sayur serta taman bunga yang berada di rumah ini. Tentu saja, Karena Irene suka tumbuhan.

Saat terbang Irene juga dapat menangkap beberapa pemandangan yang cukup indah di tempat ini. Pemandangan yang tak bisa ia temukan di kerajaan nya. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, wilayah kekuasaan para Vampir adalah tempat yang gersang. Berbeda halnya dengan wilayah manusia yang melimpah ruah airnya.

Namun, suara kegaduhan di luar ruangan berhasil mengalihkan perhatian Irene. Gadis itu memutuskan untuk keluar dari kamar sementaranya yang terletak di lantai dua.

Ternyata, kehebohan terjadi karena Jerome telah sadarkan diri. Terlihat ibu dan ayah pria itu menangis bahagia melihat putra semata wayang mereka kembali membuka mata setelah tak sadarkan diri 1 Minggu lamanya.

Irene tak berniat menghampiri keluarga kecil tersebut. Gadis itu memilih mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang tersedia di kamar rawat Jerome. Mengamati pemandangan mengharukan bagi orang lain, namun tidak baginya.

"Ya--yang mulia?"

Irene kira, Jerome tidak akan menyadari kehadirannya. Terlihat pria itu sangat bahagia karena dapat melepas rindu pada kedua orang tuannya. Namun, nyatanya pria itu masih memperhatikan keadaan sekitarnya.

"Ah! Iya! Nona Irene, maaf kami tidak menyadari kamu ada di sana" Irene tersenyum tipis menanggapi wanita paruh baya di hadapanya.

Menurutnya, ibu Jerome ini cukup ramah dan baik. Tipe ibu hangat yang menyayangi buah hatinya.

"Hahaha tidak masalah bibi. Justru aku yang minta maaf karena telah mengganggu kalian" ujar Irene sembari menampilkan senyum formalitasnya.

"tidak nona, justru kami berterimakasih karena anda telah membantu Jerome dan membawanya pulang dengan selamat. Sungguh kami sangat terimakasih"

Lagi dan lagi, Irene hanya dapat tersenyum menanggapi ucapan pria paruh baya----ayah Jerome.

Irene jarang berinteraksi dengan orang luar, hingga gadis itu tak tahu harus berbuat apa. ia hanya dapat menampilkan senyum formalitasnya jika berada dalam kondisi yang menurutnya membingungkan.

Irene akhirnya pamit untuk kembali ke kamarnya. Cukup canggung rasanya berada di tengah-tengah keluarga kecil tersebut.

-REPEAT-

Jerome kaget. Bahkan sangat. Malam telah tiba dan seperti biasa sang ibu pasti akan menyiapkan makan malam, lalu mereka akan menikmati hidangan tersebut bersama-sama di meja makan.

Kini terlihat Irene ikut duduk bersama mereka di meja makan. Gadis itu duduk dengan anggun nan elegan. Khas wanita bangsawan.

Tentunya, kehadiran gadis itulah yang membuat Jerome kaget bukan main. Irene adalah seorang vampir. Namun, mengapa ia berada di ruang makan ini sekarang? Bukankah vampir hanya menikmati cairan merah bernama darah saja? Pikirnya.

"Ayo, silahkan di nikmati hidangannya nona. Maaf, kami hanya dapat menghidangkan menu sederhana ini saja" Jerome mendelik mendengar ucapan ayahnya. Ia lupa bahwa kedua orang tuanya tak mengetahui bahwa gadis yang ada bersama mereka ialah seorang vampir. Bukan sekedar vampir, tetapi ratu Vampir!

Ya, kedua orangtuanya mengetahui Jerome hanya bekerja di tempat jauh dengan upah besar hingga mereka dapat membangun rumah yang kini mereka tempati.

Dulu, ekonomi keluarga mereka sangat buruk. Bahkan untuk sekedar makan saja mereka harus menghutang dan bekerja mati-matian. Di tambah dengan keadaan sang ayah yang sakit-sakitan.

  Tentu sebagai anak yang berbakti Jerome akhirnya beralih menjadi tulang punggung keluarga dan berakhir menjadi salah satu makanan Irene di istananya.

Hanya saja, mereka tak mengetahui bahwa pekerjaan Jerome yang sebenarnya ialah menjadi persediaan darah segar bagi ratu Vampir.

Jerome tak pernah memberitahu perihal pekerjaan aslinya pada kedua orang tuanya. Tidak----Jerome memang berniat untuk tidak memberitahu mereka. Pria itu tak ingin membuat kedua orang yang paling ia cintai khawatir jika mengetahui pekerjaannya begitu mengerikan untuk di mengerti oleh akal manusia normal.

"Bagaimana nona? Apa masakan bibi sesuai selera mu?" Irene mengangguk di sertai senyuman khasnya saat ibu Jerome bertanya.

Sementara itu Jerome menatap pemandangan di hadapanya tak mengerti. Irene terlihat biasa saja memakan masakan ibunya. Bahkan menelan tanpa rasa takut bawang putih yang berada di piringnya.

Jerome pernah membaca buku tentang Vampir. Di buku itu, mereka menjelaskan bahwa makhluk penghisap darah bernama vampir tersebut pantang dengan bawah putih, sinar matahari dan tanda salip.

Namun, Jerome baru menyadari bahwa selama ini Irene sama sekali tak takut dengan yang namanya sinar matahari. Bahkan gadis itu suka berjemur di pagi hari, Irene juga mengenakan kalung serta anting-anting berbentuk salip. Dan sekarang? Gadis itu menelan bawang putih tanpa takut dan ragu sedikitpun.

Kini Jerome menyesal telah mempercayai buku yang dulu di bacanya. Ternyata itu hanya buku dongeng anak-anak yang tak berarti apa-apa.

Mengangkat bahu acuh, pria itu melanjutkan acara makan malamnya dengan sesekali melirik kecil pada Irene yang tampak Anggun di meja makan sederhana rumahnya.





REPEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang