Firasat

875 26 1
                                    

Note: Cerita ini hanya sebuah fan fiction fiksi yang dibuat hanya untuk hiburan dan bahan bacaan tanpa mengurangi esensi dan pesan moral dari cerita aslinya. Selamat Membaca.

"Jangan pernah kehilangan harapan, karena ketika matahari terbenam, bintang-bintang akan datang bertebaran"

Desember 2009

Sesudah Anton menyetujui ajakan Ayu untuk mengikuti KKN bersamanya, Yudha teman seangkatan Anton dan Wahyu itu datang kepadanya dan bertanya apa masih ada tempat di kelompok KKN-nya itu.

"Apa aku masih bisa gabung Ton? Situasi udah kritis nih, kalau nggak dapet KKN aku nggak iso skripsi," Kata Yudha memelas.

"Coba tak tanyake sek ke Ayu, mudah-mudahan boleh soalnya kemarin temannya juga bawa teman satu lagi, maksimal 6 kan?" Jawab Anton.

"Nek ngono yo mbok dang cepet kono SMS (kalau gitu ya sana SMS)," Kata Yudha dengan logat Jawa Tengahnya yang kental.

"Iya-iya," Anton kemudian mengeluarkan telepon genggam dan mengirim pesan SMS ke Ayu. "Mengko tak kabari eneh (nanti aku kabari lagi)," Lanjut Anton sesudah mengirim SMS ke Ayu.

Selang beberapa jam kemudian Ayu menjawab pesan singkat Anton.

"Bisa mas, kata Widya tadi Bu Anggi nggak masalah," Begitu isi pesan singkat Ayu. Yudha pun menjadi anggota ke tujuh kelompok KKN Anton, Wahyu, Widya, Ayu, Nur dan Bima.

>>>

Tiba harinya dimana para peserta KKN diberangkatkan. Pagi harinya sebelum berkumpul bersama di Kampus, Anton menjemput Yudha di rumahnya. Yudha memang bukan orang Jawa Timur namun keluarganya punya rumah dekat dari kampus, sehingga daripada menyewa kamar kos Yudha lebih memilih tinggal di rumah itu. Rumahnya kecil dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi luar serta dapur. Anton dan Wahyu sering mampir ke rumah Yudha jika mereka sedang menghindari ibu kos karena telat membayar kos. Ketika sudah sampai di depan pintu, Anton kemudian mengetuk pintu itu.

"Yud! Tangi, ayo mangkat!! (Yud bangun, ayo berangkat)," Teriak Anton.

"Yo kosek, lagi klamben (Iya sebentar, baru pakai baju)," Jawab Yudha dari dalam rumah.

Anton kemudian menunggu beberapa menit sebelum akhirnya dibukakan pintu oleh Yudha.

"Suwe men? (Lamat banget)," Kata Anton saat dibukakan pintu.

"Sorry, mau wetengku mules soalle, mlebuo sek wae (Maaf, soalnya tadi perutku sakit, masuk dulu saja)," Balas Yudha.

Anton kemudian masuk dan duduk di kursi ruang tamu, dia melihat sekeliling sambil menunggu Yudha yang menyiapkan tasnya di kamar. Rumah Yudha itu begitu polos dan sepi, tidak banyak ornamen atau prabot, di ruang tamu ada satu set kursi tamu beserta meja, itu adalah satu-satunya ruangan yang punya prabotan lengkap di rumah. Setelah beberapa lama Yudha kemudian keluar dari kamar sambil membawa bawaannya.

"Kon gowo payung gede men (Bawa payung besar sekali kamu)," Kata Anton yang melihat Yudha membawa payung yang besar.

"Benowo udan, lagian awakku yo gede, wes ayo mangkat (Jaga-jaga kalau hujan, lagipula badanku memang besar, sudah ayo berangkat)," Kata Yudha.

Yudha kemudian membonceng Anton berangkat ke kampus untuk berkumpul terlebih dahulu dengan teman-teman yang lain. Saat sampai, di sana sudah menunggu Widya, Ayu, Nur dan Bima, tidak ada tanda-tanda dari Wahyu.

Mahasiswa Ketujuh KKN di Desa PenariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang