Yudha berlari mengikuti Mbah Buyut yang menjelma menjadi seekor anjing. Mereka menuju Tapak Tilas untuk menyelamatkan Ayu, Bima dan Widya. Dengan menggunakan gonggongan Mbah Buyut dan korek api hijau milik Yudha, mereka bisa melewati lelembut-lelembut kecil yang menjaga gerbang masuk ke Angkaramurka itu.
Mereka berlari menembus semua itu dan sampai di wilayah sanggar Tapak Tilas. Di sana mereka melihat para mahluk gaib yang ada di situ sedang menari ramai mengelilingi Widya, terlihat pula sukma Ayu yang sudah memakai baju penari sedang menari di dekat Sang Penari dengan muka sembab karena menangis. Yudha kemudian berlari ke sana, gonggongan Mbah Buyut lalu membuat mahluk-mahluk gaib itu berhenti bergerak. Yudha lalu menebas beberapa mahluk gaib yang mengelilingi Widya itu dan menarik Widya keluar dari sana.
"Mas Yud!" Kaget Widya saat melihat Yudha.
"Ke belakang ku Wid," Perintah Yudha.
Widya lalu berlindung di balik punggung Yudha. Semua mahluk gaib itu menatap mereka dengan pandangan seram seakan marah akan kehadiran Yudha.
"Mas Yud! Ayu sama Bima Mas!" Widya menangis kejang. "Tolong mereka juga Mas!" Pinta Widya.
Yudha melihat ke arah Ayu yang juga tengah menangis, dirinya dipaksa untuk menari tanpa henti oleh Sang Penari yang duduk di kursi singgah sananya di ujung sanggar itu. Mbah Buyut terus mengonggong.
"Wid, ikuti anjing itu, itu Mbah Buyut, dia akan memandu kamu keluar dari sini," Kata Yudha.
"Tapi Mas, Ayu sama Bima,"
"Ikuti anjing itu, aku akan selamatkan mereka berdua," Kata Yudha, Widya nampak ragu untuk melakukannya. "Cepat Wid! Percaya aja ke aku," Perintah Yudha.
"Tolong ya Mas!" Widya lalu berlari mengikuti Mbah Buyut yang menjelma menjadi anjing itu. Beberapa mahluk gaib itu berusaha mengejar Widya namun Yudha langsung menebas mereka.
Sang Penari itu lalu berdiri dari kursi kebesarannya, dia berjalan menuju Yudha.
"Satria Makai ora tau diuntung! Wes tak jar ke urip neng ra mudeng Terima Kasih, iki bakal dadi terakhir kali awakmu nafas, (Satria Makai tidak tahu diuntung! Sudah aku biarkan hidup tapi tidak tahu terima kasih, ini bakal jadi terakhir kali kamu bernafas)," Ancam Sang Penari itu.
"Uculno konco-konco ku! Terus aku bakal lunga (Lepaskan teman-temanku dan aku akan pergi)," Kata Yudha.
"Ora bakal! Awakmu kudu ngalahke aku sek (Tidak akan! Kamu harus mengalahkan aku dulu)," Penari itu lalu berubah menjadi wujud siluman ularnya yang sangat besar.
"Tidak ada pilihan lain," Yudha lalu juga memanggil zirahnya dan memakainya untuk melawan Sang Penari itu. Yudha melapisi pedangnya dengan api hijau lalu menjalarkannya mengelilingi sanggar, supaya para mahluk gaib yang lain tidak mengganggunya saat melawan Sang Penari.
Pertarungan antara Yudha dan Sang Penari itupun dimulai, Yudha hanya punya 180 detik, dengan waktu sesingkat itu dia harus bisa mengalahkan Sang Penari dan menyelamatkan Ayu dan Bima.
>>>
Terdengar rombongan warga berteriak-teriak ramai dari luar Posko. Pak Prabu, Nur, Wahyu dan Anton yang mendengar itu lalu bergerak melangkah keluar rumah untuk melihat. Itu adalah Widya. Nur Menatap Widya, matanya sayu, letih dan berantakan. Dia tampak terguncang dan juga takut, Nur lalu memeluk Widya dengan erat. Widya lalu melihat Ayu dan menangis sejadi-jadinya.
"Nur! Ayu! Ayu! Ayu sama Bima, Nur!" Kata Widya sambil menangis.
Mbah Buyut lalu masuk ke dalam rumah, dengan tegas lalu Mbah Buyut memerintahkan semua yang ada di situ untuk berdoa.
"Semuanya! Sekarang berdoa! Kita bantu temanmu!" Perintah Mbah Buyut. Semuanya lalu berdoa dengan keyakinannya masing-masing, mereka berdoa supaya Ayu, Bima dan Yudha bisa kembali dengan selamat.
Sementara itu di Angkaramurka, pertarungan tampak timpang. Sang Penari mendominasi pertarungan, dia tampak tidak bisa dikalahkan. Dia melilit dan kemudian memental-mental kan Yudha berkali-kali, tebasan-tebasan yang Yudha layangkan seperti tidak ada gunanya. Mahluk-mahluk gaib yang ada di situ lalu mengejek Yudha yang terdesak dengan menari-nari di sekitaran Ayu. Ayu menangis, dia seperti ingin membantu Yudha namun tidak bisa. Waktu semakin sempit, Yudha terbanting dan tersungkur di tanah, Sang Penari lalu melilitnya dengan kencang.
"Iki akibat e nek awakmu ora ngruoke aku! (Ini akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan aku!)," Kata Penari itu.
Penari itu melilit Yudha dengan kencang, batas waktu Yudha semakin dekat. Yudha tidak ingin menyerah, dia ingin menyelamatkan Ayu dan Bima.
"Apa, tidak ada yang bisa aku lakukan?" Yudha mulai putus asa.
Saat itulah dia mendengar suara-suara doa dari orang-orang. Dia mendengar suara Nur, dia mendengar suara Widya, dia mendengar suara Wahyu, dia mendengar suara Anton, dia mendengar suara Pak Prabu, dia mendengar suara Mbah Buyut. Yudha lalu mengingat apa yang pernah dikatakan oleh jiwa yang ada di dalam zirah miliknya.
"Jangan kehilangan harapan! Saat matahari terbenam, bintang-bintang datang bertebaran! HUAAAA!!!" Yudha berteriak sambil mengepalkan tangan, tiba-tiba badannya seakan di penuhi kekuatan. Kekuatan doa dan harapan yang dikirimkan oleh teman-temannya, juga keingingannya yang sangat kuat untuk menyelamatkan Ayu dan Bima.
Dengan kekuatan itu, Yudha berhasil melepaskan diri dari lilitan Sang Penari. Yudha lalu membuat Sang Penari itu terpental jauh, membisukan mahluk-mahluk gaib lain yang tadi mengejeknya dengan menari-nari di dekat Ayu. Cahaya emas lalu mulai bersinar dari zirah Yudha. Warna-warna hitam yang ada pada Zirah itu lalu sedikit demi sedikit terkelupas menjadi emas murni, melepaskan kekuatan sebenarnya dari Zirah Serigala Emas Garo.
"Mustahil!" Sang Penari terkejut melihat itu.
Lalu dengan pancaran sinar Emas Garo yang murni, Yudha membuat mahluk-mahluk gaib di sana takut.
"SangPenari, aku akan kalahkan kamu dan menyelamatkan teman-temanku!" Yudha laluberjalan menyongsong Sang Penari itu. Waktu tersisa 57 detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa Ketujuh KKN di Desa Penari
FanfictionWhat if, dalam cerita KKN di Desa Penari mereka tidak berangkat hanya berenam, melainkan bertujuh? Dan What if, kalau orang ketujuh ini punya kemampuan untuk menyelamatkan Ayu dan Bima? Cerita ini adalah sebuah Fan Fiction dari KKN di Desa Penari...