satu

157 8 1
                                    

"Long time no see, i guess?"

Wonyoung menceletuk begitu sewaktu Haruto datang dan menarik kursi di depannya sambil menatap lurus tanpa ekspresi. Wonyoung, perempuan cantik yang terkenal tidak hanya karena paras ataupun status sosialnya namun juga kepribadiannya yang baik juga kerja kerasnya itu kini menatap salah satu laki-laki yang pernah mengejarnya dulu tetapi ia tolak begitu saja.

Lelaki yang kelihatannya nggak mau bersikap ramah namun kentara butuh bantuannya.

"Ei. Whats going on?" Seloroh Wonyoung sembari mengambil segelas strawberry milkshake miliknya yang masih utuh karena ia terlalu sibuk menyusun proposal sampai tak tersentuh. "I listen to you."

"I don't know how to start it." Haruto bergumam dan Wonyoung menenangkan. "Santai aja. Mau mulai dari mana terserah lo."

"I broke up with her."

Wonyoung diam sejenak tapi tetap mendengarkan, saat Haruto menarik napasnya dan menatap matanya sedetik sebelum dia menepuk pahanya cukup keras dan berdiri.

"Udah. Cuma mau bilang itu aja."

"Oh c'mon!" Seru Wonyoung nggak percaya. Haruto nggak memberi reaksi apapun lagi sampai bel kafe berdenting disusul seruan manis dari ujung pintu, Haruto tentu saja mencari sumber suara, dan ia mendapati gadis berambut sebahu dengan poni yang dipotong rata menutupi dahi dan tahi lalat di pipi juga lehernya tengah melihat lurus ke arahnya.

"Hai!"

"Ohayou, Rei-chan!"

Haruto bergeming dan ia merutuki dirinya sendiri karena terlalu percaya diri kalau sapaan itu diperuntukan untuknya. Pada akhirnya ia melanjutkan langkah dan berjalan bersisian dengan gadis dengan aroma permen kapas itu.

"Not ohayou but its konnichiwa for you." Protes Rei dengan bercanda sambil menyodorkan paper bag yang sengaja ia bawa dari rumah untuk diserahkan kepada Wonyoung. "Oleh-oleh dari Jepang."

"Is it from Anan?"

Rei menyahut terkejut, "Lo ingat namanya?"

"Of course! Lo pernah cerita kalau itu kota lahir lo. Nggak heran kalau gue ingat, jadi kenapa kaget gitu? Ini nggak seperti gue bisa membaca pikiran lo."

"Nggak pa-pa. Kebanyakan orang cuma tahu Tokyo, and now i remember you're not one of them, you're Jang Wonyoung nae chingu." Sahut Rei memperindah katanya dengan baik dan dibalas Wonyoung dengan kekehan malu. Wonyoung kemudian berterima kasih kepadanya untuk oleh-oleh yang dibawakan oleh Rei.

"Thank you for the gift. Nal joahae."

"Glad to hear that." Balas Rei yang langsung melambaikan tangan ke arah pelayan dan mulai memesan dua potong tiramisu dan segelas cokelat hangat sebelum mengalihkan pandangan keluar dinding kaca.

Ia menyadari keberadaan lelaki jangkung yang beberapa saat lalu mengobrol dengan Wonyoung sedang memarkir range rover biru tua dan ia menebak asal.

"Who is he?" Celetuk Rei terus terang. Ia kemudian menatap Wonyoung penasaran. "Your namja chingu i guess?"

Wonyoung tergelak dan ia melambai dengan anggun. "Ani. Anirago. Just chingu,"

"Kenapa cuma dijadiin temen?" Ujar Rei dengan kecewa. "He looks so so soooo atractive and also tasty, right?"

Wonyoung menunjukan jemari kirinya tepat di mana cincin berlian itu tersemat di jari manisnya dan ia tergelak dengan anggun lagi saat Rei kembali terkejut.

"Dang. Lagi-lagi gue lupa siapa elo tahu nggak? I'm sorry." Ujar Rei dibalas kibasan tangan Wonyoung santai. "Bukan masalah besar sama sekali. Santai aja."

"Speaking of him," tembak Wonyoung segera mengembalikan topik utama pembicaraan. "Namanya Haruto. Watanabe Haruto. Dia pewaris hotel Hilteum. Keluarganya punya 5,5 triliun hotel di seluruh dunia—"

"Serius?!"

Wonyoung tertawa lagi untuk yang ke sekian kalinya karena reaksi terkejut Rei. Jadi ia langsung mengklarifikasi kebingungan temannya tersebut. "Tentu aja nggak. Itu cuma satu dari banyak cara buat ngasih tahu sebanyak apa hotel punya keluarga Watanabe."

"But why he look so messed up?"

"Itu karena dia baru putus sama pacarnya." Jawab Wonyoung sambil meringis. "Gue juga baru tahu."

"Itu artinya dia baru bilang tadi?"

"Mm-hm."

Rei mengerjap dan menyahut, "Is he likes you?"

"In the past? Yes, for once. But i exactly rejected him."

Rei mendecak dan mengibaskan tangan dengan skeptis. "Itu sih artinya dia masih suka sama lo. Dia masih penasaran karena lo nolak dia. Apa ya namanya? Penyakit cowok!"

"But i have a fiance."

"Cowok mah nggak peduli tentang hal kayak gitu kali. Selagi bisa diterobos ya diterobos aja," Rei bergidik bersamaan dengan pesanannya yang sampai. Ia kemudian berterima kasih sebelum menyeruput cokelat panasnya dengan senang, dan Wonyoung menatapnya dengan hangat. "Lo sendiri masih betah sendiri?"

"Of course yes." Rei tertawa kecil. "Nggak ada cowok yang kelihatan cocok buat dipacarin."

"Then how about a girl?"

"Ugh. I think i just wanna date with Yujin eonnie or Liz if their a bi atau bahkan elo kalo lo belom tunangan. Selain itu? Nggak ada." Jawab Rei yang diakhiri dengan tawa renyah bersama Wonyoung.

B; rei • haruto (fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang