tiga puluh empat

64 3 1
                                    

"Berhenti menatap ponsel Anda, Bos."

Sunoo berkata kepada Bos-nya karena akhir-akhir ini ia selalu memergoki lelaki itu sedang menatap ponselnya entah ketika senggang ataupun sedang rapat seperti tadi. Lalu kemudian Jungwon akan berpura-pura tidak melakukan apapun dan bersikap masa bodoh.

Wah, Sunoo sangat jengah kalau Bos-nya mulai melakukan hal itu. Jadi saat ini, ia segera mengambil inisiatif, mendudukan diri di kursi depan Jungwon seperti klien sesungguhnya dan membentuk piramida dengan kedua tangannya yang bertumpu di atas meja diikuti raut wajah sok serius.

"Dengarkan saya,"

Jungwon menunggu apa yang mau dilakukan asisten pribadinya yang cerewet, tapi satu-satunya yang Sunoo lakukan hanyalah meneriakinya dengan gemas.

"Kalau Nona Jang tidak menghubungi Anda, harusnya Anda berinisiatif lebih dulu! Lakukan sesuatu, Bos! Masih belum terlambat untuk memenangkan hatinya!"

Jungwon memutar kedua bola mata jengah dan Sunoo melanjutkan.

"Selama ini, Nona Jang yang selalu berinisiatif duluan kan?"

"Berinisiatif apanya?"

"Nona Jang datang kemari—lebih tepatnya datang ke galeri, ia mengajak Anda makan siang, dan ia juga mencari tahu nomor Anda susah payah."

"Oh, begitu?" Jungwon memicingkan mata saat Sunoo bahkan tidak menyadari apa yang baru saja ia katakan. "Bagaimana kamu tahu kalau dia mencari nomor saya dengan susah payah?"

Sunoo membuka mulutnya sebelum mengatupkannya lagi. "Saya? Saya tahu saja."

"Lebih tepatnya bagaimana kamu bisa 'tahu saja'?"

"Bos tidak kelihatan ingin bergerak lebih dulu. Bos juga tidak bergerak diam-diam untuk mendekati Nona J. Satu-satunya yang Bos lakukan adalah menatap layar ponsel Anda dan menunggu Nona J menghubungi lebih dulu sejak terakhir kali Nona J bersama dengan seseorang—ya Bos pasti tahu siapa yang saya maksud tanpa saya harus menyebutkannya kan—di Salm Gallery satu minggu yang lalu."

Sunoo mengoceh panjang lebar dan ia beruntung kali ini karena Jungwon tidak membantah alibinya.

"Bos, wanita juga butuh dikejar dan disadarkan. Sejatinya, wanita memang harusnya dikejar. Kenapa juga Nona J harus mengejar orang yang tidak terlihat menyukainya? Kalau saya jadi dia pun, saya pasti lebih memilih Kim Doha dari DH Group yang punya lesung pipi itu."

"Saya juga punya!"

Sunoo memasang wajah mengejeknya karena dari sekian banyak poin yang ia katakan, Bos-nya hanya mendengar satu poin tidak terlalu penting dan lelaki itu sedang tersenyum paksa seperti joker hanya untuk pamer.

"Bukan saya, Bos, yang harusnya melihatnya. Tapi Nona J."

"Sunoo, lebih kamu pergi saja dari ruangan saya dan kembali ke tempat kamu." Jungwon mengibaskan tangan kepada Sunoo seperti sedang mengusir lalat. Tapi anehnya, lelaki itu langsung sigap berdiri tanpa membantah.

Kemudian ia berbalik hanya untuk membungkuk kepada seseorang.

"Selamat Siang, Pimpinan."

Jungwon melirik kaca di belakangnya sebelum ikut berdiri menyapa ayahnya yang tiba-tiba saja datang.

Ada apa lagi kali ini?

...

...

Rei sudah berhenti menangis dan sedang duduk di kursi taman ketika Haruto menyerahkan sebotol air mineral dan tisu kepadanya. Wanita itu mendongak, dan Haruto berkata. "Mau gue yang lap?"

B; rei • haruto (fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang