empat

47 6 0
                                    

"Kenapa lo bawa gue ke sini?"

Rei terbangun dengan suara berat itu yang terdengar marah, dan ia memutar kedua bola matanya jengah. "Look at you, lo masih hidup sampai sekarang. Semalam lo bilang bakal mati kalau gue bawa ke rumah sakit."

"Gue nggak minta." Haruto sudah memakai kembali pakaiannya yang semalam dan ketika Rei mendudukan dirinya sendiri, ia baru menyadari kalau baju rumah sakit dan selimut lelaki itu kini berpindah menyelimuti tubuhnya yang semalam hanya terbalut gaun pendek berwarna hitam.

Pantas hangat, pikir Rei yang ia simpan sendiri.

"Gue membantu lo secara cuma-cuma."

"Emangnya ada yang cuma-cuma di dunia ini?" Sahut Haruto dengan sinis, kini ia mengeluarkan dompetnya dari saku celana dan menyerahkan beberapa lembar uang kepada Rei. "Gue nggak suka hutang budi. Karena lo udah bangun, lo bisa pulang ke rumah lo naik taksi, dan gue bakal urus urusan gue sendiri."

Rei memutar kedua bola matanya, "Hows funny? Gue punya lebih dari cukup buat diri gue, dan nggak butuh uang lo."

"Masih kurang?" Haruto membuka dompetnya lagi dan mengambil lebih banyak uang untuk disodorkan di depan wajah Rei. "Gue nggak punya banyak uang cash."

"You jerk." Rei mengumpat dan ia mendongak menatap Haruto sengit. Ia kemudian berdiri dan mendorong bahu Haruto dengan kesal sebelum berjalan ke tempat yang lebih luas sebelum melepas atasan rumah sakit itu dari tubuhnya. "Apa lo selalu sekasar ini sama orang yang membantu lo?"

Rei berbalik dan menatap Haruto datar lalu melanjutkan. "Nggak usah ngomongin hutang budi. Gue nggak mengharapkan balasan apapun dari menolong manusia."

"Bullshit." Haruto mengatainya dan ia maju sambil melepas satu per satu kancing kemejanya ketika ia melanjutkan. "So you want my body?"

"FUCK OFF!" Bentak Rei dengan benci. Ia menendang tulang kering Haruto sampai lelaki itu mengerang dan membungkuk. Ketika itu, ia menamparnya dengan keras. "Boy, you should wash your mouth. Its too dirty to talk with a woman like me. You trash."

Rei pergi dari ruangan tersebut dengan wajah yang memerah karena marah dan ia tidak peduli ada lelaki jangkung lain di koridor yang terkejut melihatnya keluar dari ruangan tersebut.

Jeongwoo datang setelah Haruto meneleponnya pagi-pagi buta dan ketika ia sampai di depan pintu kamar temannya, ia melihat Haruto sedang memegangi kakinya kesakitan dengan kancing kemeja bagian atas terbuka.

"WHAT THE FUCK?!" Seru Jeongwoo horor. Haruto mengangkat kepalanya dan mengutuk. "You better shut up!"

Jeongwoo menggelengkan kepalanya sebelum melongok ke arah perginya gadis cantik yang kelihatan galak itu dengan takjub.

"Did you talk like a trash to her?" Celetuk Jeongwoo penasaran. Haruto menggerutu dan kini ia sudah bisa berdiri dengan baik sehingga Jeongwoo kembali menceloteh. "Lo bilang apa sampai dia semarah itu? Are you going to rape her?"

"Dia nggak mau gue bayar pake uang. So i offer my body instead."

"YOU SUCK."

Haruto melotot, "Bukannya kalau keadaannya dibalik cewek juga melakukan hal yang sama?"

"Di mana? Di drakor sama drachin maksud lo?" Sahut Jeongwoo skeptis. Ia menatap temannya dengan prihatin dan menyahut tak habis pikir. "Pantesan aja dia marah banget."

"Gue nggak minta dia nolong gue. Tapi dia nolongin gue dan bikin gue merasa punya hutang budi sama dia. Man, lo pikir ada orang yang bener-bener nolong karena cuma-cuma? Nggak ada. Cepat atau lambat dia pasti bakal minta sesuatu. Lihat aja." Ucap Haruto membela diri dan Jeongwoo melaksanakan niatnya dengan baik dengan memukul kepala temannya cukup keras.

"You such a jerk, man." Sahut Jeongwoo gemas. Ia kemudian mengedikan dagu memberi isyarat sehingga Haruto yang walaupun bersungut-sungut tetap mengikuti lelaki itu keluar.

Haruto memang sengaja meminta tolong pada Jeongwoo untuk datang menjemputnya karena ia sudah memanggil orang bengkel untuk memperbaiki bagian mobilnya yang penyok.

"But she looks so pretty, didnt you notice her beauty? Unik." Kata Jeongwoo memulai pembicaraan dan Haruto cuma diam. "Soooo, you're not interested." Lanjut Jeongwoo santai.

"Who's her name?"

"B." Jawab Haruto seadanya.

"B for Bianca?"

"B for Butterfly." Ujar Haruto sebelum berdeham dan menyikut rusuk Jeongwoo yang masih bingung. "How about my twins? Lo pasti yang jemput dia dari bandara kan semalam? Dia menginap di tempat lo?"

Jeongwoo mendengus, "Mantan pacar lo langsung menculiknya dan kayaknya kembaran lo juga mau diculik makanya dia malsuin jadwal kepulangannya secerdik mungkin."

"Whos?"

"Yoon."

"Jayoon atau Sullyoon?"

Jeongwoo langsung menoleh menatap temannya dengan sangat sinis ketika ia sadar Haruto baru saja memamerkan bahwa ia berhasil menaklukan gadis-gadis cantik itu sebelumnya. Kekehan khas buaya daratnya adalah hal yang paling menyebalkan.

"Pretty sure its Jayoon. Kenapa? Lo mau jemput dia ke kandang harimau?"

"Ya. Gue harus menjemput kembaran gue sekaligus menyapa mantan gue yang super galak itu langsung." Jawab Haruto kalem. "Ada acara makan malam dengan kolega Papa dan gue punya pikiran buruk tentang hal itu."

"Akhirnya datang juga waktu di mana lo akan dijodohin." Ledek Jeongwoo sarkatis. Namun Haruto membalas Jeongwoo dengan umpatan tertahan.

"Itu nggak akan terjadi, Man. Gue pastikan itu nggak bakal terjadi."

B; rei • haruto (fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang